(158)
Sesungguhnya
Shafa dan Marwah itu adalah daripada syiar-syiar Allah jua. Maka barangsiapa
yang naik haji kerumah itu atau umrah, tidaklah mengapa bahwa dia keliling
pada keduanya. Dan barangsiapa yang menambah kerja kebaikan, maka
sesungguhnya Allah adalah Pembalas terimakasih, lagi Maha Mengetahui.
Sa'i Di Antara Shafa
Dan Marwah
Menurut Syaikh Muhammad Abduh dalam pelajaran tafsirnya , ayat ini masih
urutan dari masalah peralihan kiblat juga. Meskipun pada tafsir-tafsir yang
lain seakan-akan telah terpisah. Menyebutkan dari hal Sa'i di antara Shafa
dan Marwah setelah memperingatkan menyuruh sabar dan shalat, guna menerima
segala penyempurnaan nikmat Tuhan kelak, dan supaya tahan menderita segala
macam percobaan, maka dengan ayat ini dibayangkanlah pengharapan, bahwa akan
datang masanya mereka akan berkeliling di antara bukit Shafa dan Marwah.
Betapapun besarnya kesulitan yang tengah dihadapi sekarang namun pengharapan
mesti selalu dibayangkan. Apatah lagi kalau yang membayangkan pengharapan
Allah Ta'ala sendiri:
إِنَّ
الصَّفَا وَ الْمَرْوَةَ مِنْ شَعَآئِرِ اللهِ
"Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu adalah daripada syiar-syiar Allah jua."(
pangkal ayat 158).
Bahasa kita
Indonesia telah kita perkaya juga dengan memakai kalimat syi'ar. Kita telah
selalu menyebut syiar Islam. Syiar artinya tanda. Kata jamaknya ialah
sya'air. Sya'airallah artinya tanda-tanda peribadatan kepada Allah. Ketika
mengerjakan haji banyaklah terdapat syiar itu. Unta-unta dan lembu yang akan
dikurbankan waktu habis haji ditukai tengkuknya, sebagai tanda Melukai
itupun dinamai syi'ar. Shalat di makam lbrahim adalah termasuk syiar ibadat.
Tawaf keliling Ka'bah, wuquf di Arafah dan di ayat ini disebut berjalan atau
Sa'i di antara Shafa dan Marwah itupun satu di antara syiar-syiar (sya'air)
itu pula, dan melempar Jamrah di Mina. Syiar-syiar demikian adalah termasuk
ta'abbudi, sebagai imbangan dari ta'aqquli( Dalam istilah Ushul Fiqh:
Ma'qulul-ma'na ).
Ta'abbudi
artinya ialah ibadat yang tidak dapat dikorek-korek dengan akal mengapa
dikerjakan demikian.
Ta'aqquli
ialah yang bisa diketahui dengan akal. Kita mengetahui apa hikmahnya
mengerjakan shalat; itu namanya ta'aqquli. Tetapi kita tak dapat meng-akali
mengapa zuhur empat rakaat dan subuh dua rakaat. Itu namanya ta'abbudi. Kita
dapat mengetahui hikmah rnengerjakan haji sekurangnya sekali seumur hidup
(ta'aqquli), tetapi kita tidak dapat mengetahui mengapa ada perintah
melontar Jamrah dengan batu kecil 7 kali (ta'abbudi). Maka syiar-syiar itu
termasuklah dalam ta'abbudi.
فَمَنْ
حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ
بِهِمَا
"Maka barangsiapa
yang naik haji
atau umrah, tidaklah
mengapa bahwa dia keliling pada keduanya."
Rumah itu
yang dimaksud di sini ialah Baitullah (Ka'bah) itu. Adapun haji ialah pada
waktu tertentu dimulai 9 Zulhijjah sampai selesai berhenti di Mina
sekeliling tanggal 12 atau 13 Zulhijjah. Tetapi umrah adalah kewajiban di
waktu lain, selain waktu haji, yang tidak memakai wuquf di Arafah dan
berhenti di Muzdalifah dan di Mina. Tetapi haji dan umrah sama-sama memakai
pakaian ihram, sama-sama memakai tawaf keliling Ka'bah dan sama-sama
memakai sa'i di antara kedua bukit Shafa dan Marwah.
Shafa dan
Marwah adalah dua buah bukit kecil, atau menunggu di dekat Masjidil Haram.
Jarak di antara kedua bukit itu ialah 760 1/2 (tujuhratus enampuluh
setenggah) hasta. Setelah perbaikan Masjidil Haram yang terakhir (1957)
kedua bukit itu telah termasuk dalam lingkungan mesjid. Maka dalam rangka
mengerjakan haji dan umrah termasuklah sa'i, yaitu berkeliling pergi dan
kembali di antara kedua bukit itu 7 kali. Dikerjakan setelah mengerjakan
tawaf. Sehabis sa'i itulah boleh tahallul, yaitu mencukur rambut dan
menanggalkan pakaian ihram . Dengan tahallul nusukpun selesai.
Menurut
Hadits Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas , syiar sa'i ini adalah kenangan
terhadap Hajar (isteri muda Ibrahim) seketika Ismail yang dikandungnya
telah lahir , sedang dia ditinggalkan di tempat itu oleh Ibrahim seorang
diri, sebab Ibrahirn melanjutkan perjalanannya ke Syam , maka habislah air
persediaannya dan nyaris keringlah air susunya, sedang sumur untuk
mengarnbil air tidak ada di iempat itu. Anaknya Ismail telah menangis-nangis
kelaparan, hingga hampir parau suaranya. Maka. dengan harap-harap cemas
setengah berlarilah (sa'i) Hajar itu di antara kedua bukit ini mencari air ,
sampai 7 kali pergi dan balik. Anaknya tinggal dalam kemahnya seorang diri
di lembah bawah.
Tiba-tiba
kedengaran olehnya suara dan kelihatan burung terbang. Padahal tangis
anaknya kedengaran pula meminta susu. Selesai pulang balik 7 kali itu diapun
berlarilah kembali ke tempat anaknya yang ditinggalkannya itu. Dilihatnya
seorang Malaikat telah menggali-gali tanah di ujung kaki anaknya, maka
keluarlah air.
Dengan
amat cemas dipeluknya air itu seraya berkata: Zam! Zam! yang artinya;
berkumpullah, berkumpullah! Kebetulan di masa itu datang kafilah orang
Jurhum yang tengah mencari air. ltulah sumur Zamzam dan itulah asal "lembah
yang tidak mempunyai tumbuh-tumbuhan" itu diramaikan menjadi negeri. ltulah
asal Makkah.
Maka
perkelilingan Hajar itu dimasukkanlah dalam rangka syiar ibadat haji dan
umrah, dan diakuilah , dia oleh ayat yang tengah kita tafsirkan ini , bahwa
dia memang syiarlah adanya daripada ibadat kepada Allah. Salah satu dari
tanda peribadafan. Barangsiapa yang naik haji atau umrah tidaklah ada
salahnya jika dia berkeliling pula di antara kedua bukit itu sebagaimana
lazimnva.
Menurut
sebuah Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim, pada suatu hari Urwah
bin Zubair menyatakan pendapatnya di dekat Ummul Mu'minin Siti Aisyah,
bahwa demikian bunyi ayat tidaklah wajib sa`i di antara Shafa dan Marwah
itu. Karena kalau disebut tidaklah mengapa berkeliling di antara keduanya,
niscaya tidak berkelilingpun tidak mengapa. Pendapat Urwah ini ditegur
dengan baik oleh Aisyah: "Bukan sebagai yang engkau fahamkan itu wahai anak
saudaraku." * Adapun sa`i di
antara Shafa dan Marwah itu adalah termasuk dalam rangka syiar ibadat: Maka
ayat itu menyebut tidak mengapa, . ialah karena di sana di zaman jahiliyah
kalau ada orang Anshar pergi beribadat haji atau umrah ke Makkah , mereka
mesti bertemu dengan berhala manata yang besar dan seram yang terletak di
antara kedua bukit itu. Setelah mereka menjadi Muslim semua musykillah dalam
hati mereka bagaimana mereka akan sa'i juga di antara kedua bukit itu ,
padahal di sana masih berdiri berhala manata itu. Maka ayat ini menjelaskan
bahwa tidak mengapa jika mereka sa'i di sana , walaupun di sana masih
berdiri berhala itu.
Demikian
kita tuliskan maksud dari Hadits Bukhari dan Muslim itu.
Lanjutan ayat:
وَ
مَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ
"Dan barangsiapa yang menarnbah kerja kebaikan, maka sesungguhnya Allah
adalah pembalas terimakasih, lagi Maha Mengetahui." (ujung ayat 158).
Mengerjakan
haji atau umrah yang wajib hanya sekali seumur hidup. Tetapi jika orang
ingin menambah lagi dengan tathawwu' , menambah haji lagi dan menambah umrah
lagi , entah berapa kali dia ke Makkah, maka Allah mensyukuri amalnya itu
dan membalas budinya itu dengan baik. Dan semua amalnya yang ikhlas
diketahui oleh Allah.
Maka
terasalah bahwa ayat ini masih bertali dengan perintah peralihan kiblat dan
pengharapan akan kemenangan di zaman depan: Satu waktu kelak merekapun akan
dapat mengerjakan umrah. Meskipun di antara bukit Shafa dan Marwah itu masih
ada berhala dan di dinding Ka'bah masih bersandar patung-patung , tidak
mengapa mereka meneruskan ibadat mereka, karena ibadat itu tidak ada
sangkut-pautnya dengan berhala itu. Maka pada beberapa masa kemudian
bermimpilah Rasulullah bahwa dia dan sahabat-sahabatnya pergi ke Makkah
mengerjakan umrah, lalu mereka pergi bersama-sama, sesuai dengan yang
dimimpikan.
Tetapi
sampai di Hudaibiyah pada tahun keenarn Hijriyah, mereka dihalangi orang
Quraisy clan terjadilah perdamaian Hudaibiyah. Tidak jadi mereka naik tahun
itu. Pada tahun mukanya , tahun ketujuh , barulah terjadi Umratul Qadha.
Mereka telah mengerjakan umrah dengan baik dan selesai , mereka tawaf
keliling Ka'bah yang masih berhala, dan mereka sa` i di antara Shafa dan
Marwah yang masih ada berhala manata di sana, tetapi mereka tidak singgung
menyinggung dengan itu. Syiar ibadat mereka lakukan dengan sempurna. Dan
kelak pada tahun kedelapan setahun kemudian, karena orang Quraisy telah
mengkhianati janji , negeri Makkah telah ditaklukkan dan segala berhala
telah disapu bersih. Dan semuanya itu mereka capai dengan didahului oleh
berbagai penderitaan , kekurangan hartabenda , kekurangan kawan-kawan yang
syahid di medan jihad, tetapi akhirnya ialah penyempurnaan
---------------------------------------------------------------------------------------------
*Urwah bin
Zubair adalah anak dari Zubair bin Awwam, salah seorang dari sahabat mulia
yang sepuluh, yang bergelar
Hawari Rosulullah
Saudara dari Abdullah bin Zubair bin Urwah ialah Asma bintu Abu Bakar yang
bergelar "Yang empunya dua ikat pinggang" sebab satu dari dua ikat
pinggangnya itu tempat penyembunyian makanan yang diantarnya kepada
Rasulullah dan ayahnya ketika sembunyi di gua Tsaur. Asma adalah kakak dari
Aisyah. ltu sebabnya maka beliau mengatakan kepada Urwah "Wahai anak
saudaraku." Dan Urwah membahasakan Aisyah
Kholati
saudara perempuan ibuku.
---------------------------------------------------------------------------------------------
dari nikmat yang
telah dijanjikan Allah. Dan Allah membalas segala amal dan usaha mereka
dengan kemenangan dunia dan kebahagiaan akhirat.
Adapun
tentang Sa'i di antara Shafa dan Marwah itu, telah ijma'lah sekalian Ulama
ikutan kita menyatakan bahwa dia itu memang termasuk
rnanasik
haji.
Cuma mereka
berbeda pendapat tentang hukumnya menurut ketentuan Fiqh. Imam Malik dan
Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa dia termasuk Rukun
pada Haji. Imam Abu Hanifah berpendapat termasuk
wajib haji.
Referensi : http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_158.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar