بسم
الله الر حمن الرحيم
(159) Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah pernah Kami turunkan dari
keterangan - keterangan dan petunjuk, setelah Kami terangkan dianya kepada
manusia di dalam Kitab , mereka
itu akan dilaknat oleh Allah dan merekapun akan dilaknat oleh orang-orang yang melaknat.
itu akan dilaknat oleh Allah dan merekapun akan dilaknat oleh orang-orang yang melaknat.
(160) Kecuali orang-orang yang bertaubat darr berbuat perbaikan dan mereka yang memberikan penjelasan. Maka mereka itulah yang akan Aku beri taubat atas mereka ; dan Aku adalah Pemberi taubat lagi Penyayang.
إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَ مَاتُوْا وَ
هُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللهِ وَ الْمَلآئِكَةِ وَ
النَّاسِ أَجْمَعِيْن
(161) Sesungguhnya orang-orang yang tidak mau percaya , dan mati , padahal mereka masih di dalam kufur. Mereka itu , atas mereka adalah laknat Allah dan Malaikat dan manusia sekaliannya.
(161) Sesungguhnya orang-orang yang tidak mau percaya , dan mati , padahal mereka masih di dalam kufur. Mereka itu , atas mereka adalah laknat Allah dan Malaikat dan manusia sekaliannya.
خَالِدِيْنَ فِيْهَا لاَ يُخَفَّفُ عَنْهُمُ
الْعَذَابُ وَلاَ هُمْ يُنْظَرُوْ
(162) Kekal mereka di dalamnya; tidak akan diringankan azab atas mereka, dan tidaklah mereka akan di perdulikan.
(162) Kekal mereka di dalamnya; tidak akan diringankan azab atas mereka, dan tidaklah mereka akan di perdulikan.
Ayat-ayat ini masih menyangkut
dengan sikap ahlul kitab, terutama Yahudi yang ada di Madinah seketika
Rasululiah memulai da'wahnya ini. Mereka telah mengetahui bahwa kiblat yang
diajakkan oleh Rasul itu adalah benar. Di ayat 146 di atas telah diterangkan
pula bahwa mereka mengenal siapa Rasulullah s.a.w. itu sebagairnana mereka
mengenal anak kandung mereka sendiri , sebab sifat-sifatnya cukup tertera di
dalarn Kitab yang mereka terima (Taurat), tetapi sebahagian besar di antara
mereka sengaja menyemburryikan kebenaran itu. Sekarang datanglah ayat ini,
(159) menerangkan orang-orang yang menyembunyikan kebenaran itu:
إِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَا
أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَ الْهُدَى
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah pernah Kami turunkan, dari keterangan-keterangan dan petunjuk. " ( pangkai ayat 159 ).
Keterangan-keterangan itu ialah tentang sifat-sifat Rasul Akhir Zaman yang akan diutus Tuhan itu, yaitu Nabi Muhamrnad s.a.w. yang demikian jelas sifat sifatnya itu diterangkan , sehingga mereka kenal sebagaimana rnengenal anak mereka sendiri. Dengan menyebut keterangan-keterangan , nyatalah bahwa penjelasan ini bukan di satu tempat saja dan bukan satu kali saja, melainkan di berbagai kesempatan. Dan yang dirnaksud dengan petunjuk atau hudan ialah intisari ajaran Nabi Musa , yang sama saja dengan intisari ajaran Muhammad s.a.w. yaitu tidak mempersekutukan yang lain dengan Allah , tiada membuatnya patung dan berhala:
مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ
"Setelah kami terangkan dianya kepada manusia di dalam Kitab."
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah pernah Kami turunkan, dari keterangan-keterangan dan petunjuk. " ( pangkai ayat 159 ).
Keterangan-keterangan itu ialah tentang sifat-sifat Rasul Akhir Zaman yang akan diutus Tuhan itu, yaitu Nabi Muhamrnad s.a.w. yang demikian jelas sifat sifatnya itu diterangkan , sehingga mereka kenal sebagaimana rnengenal anak mereka sendiri. Dengan menyebut keterangan-keterangan , nyatalah bahwa penjelasan ini bukan di satu tempat saja dan bukan satu kali saja, melainkan di berbagai kesempatan. Dan yang dirnaksud dengan petunjuk atau hudan ialah intisari ajaran Nabi Musa , yang sama saja dengan intisari ajaran Muhammad s.a.w. yaitu tidak mempersekutukan yang lain dengan Allah , tiada membuatnya patung dan berhala:
مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ
"Setelah kami terangkan dianya kepada manusia di dalam Kitab."
Artinya, segala keterangan dan petunjuk itu jelas tertulis
di Kitab Taurat itu sendiri , dan sudah disampaikan kepada manusia, sehingga
tidak dapat disembunyikan lagi:
أُولَئِكَ يَلعَنُهُمُ اللهُ وَ يَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُوْن
"Mereka itu akan dilaknat oleh Allah dan merekapun akan dilaknat oleh orang orang yrang melaknat." (ujung ayat 159).
Orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan itu adalah orang yang tidak jujur, orang-orang yang curang , yang telah melakukan korupsi atas kebenaran , karena mempertahankan golongan sendiri , Orang yang sernacam itu pantaslah rnendapat laknat Tuhan dan laknat manusia. Kecurangan terhadap ayat suci di dalam Kitab-kitab Tuhan, hanya semata-mata untuk mempertahankan kedudukan, adalah satu kejahatan yang patut dilaknat.
Di dalam Kitab Ulangan fasal 18 ayat 15 telah ditulis perkataan Nabi Musa demikian bunyinya:
"Bahwa seorang Nabi dari tengah-tengah kamu dan antara segala saudaramu , dan yang seperti aku ini; yaitu yang akan dijadikan oleh Tuhan Allahmu bagi kamu, maka akan dia patutlah kamu dengar."
Kemudian pada ayat berikutnya , ayat 18 lebih dijelaskan lagi sebagai sabda Tuhan Allah kepada Musa disuruh menyampaikan kepada Bani Israil:
"Bahwa Aku akan menjadikan bagi mereka seorang Nabi dari antara segala saudaranya, yang seperti engkau, dan Aku akan rnemberi segala firmanKu dalam mulutnya dan iapun akan mengatakan kepadanya segala yang aku suruh akan dia."
Di ayat berikutnya (ayat 19) Iebih dijelaskan lagi;
"Bahwa sesungguhnya barangsiapa yang tidak mau dengar akan segala firmanKu, yang akan dikatakan olehnya dengan namaKu, niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang lain."
Setelah itu pada ayat 20 dijelaskan lagi perbedaan di antara Nabi yang benar-benar Nabi dengan Nabi palsu. Demikian firman Tuhan dengan perantaraan Nabi Musa.
"Tetapi adanya Nabi yang melakukan dirinya dengan sombong dan mengatakan firman dengan namaKu, yang tiada Kusuruh katakan, atau yang berkata dengan nama dewa-dewa , niscaya orang nabi itu akan mati dibunuh hukumnya."
Kernudian pada ayat berikutnya (ayat 21) dijelaskan lagi:
"Maka jikalau kiranya kamu berkata dalam hatimu demikian; dengan apakah boleh kami ketahui akan perkataan yang bukannya firman Tuhan adanya?"
Ayat 22 seterusnya menjelaskan tanda itu demikian:
"Bahwa jikalau Nabi itu berkata demi nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya itu tiada jadi atau tiada datang, jatuhlah perkataan yang bukan firman Tuhan adanya , maka Nabi itupun telah berkata dengan sombongnya, janganlah kamu takut akan dia."
Ayat-ayat ini terpancang dengan jelasnya di dalam Kitab Ulangan tersebut, yang menurut keyakinan orang Yahudi, kitab itu adalah salah satu dari rangkaian Kitab Taurat.
Orang Kristenpun mengakuinya. Kumpulan kitab yang sebelum Nabi Isa a.s. mereka namai "Perjanjian Lama".
Ayat 20 tersebut sesuai bunyinya dengan al-Quran Surat al-Haqqah (Surat 69), ayat 44, 45 dan 46; yaitu jikalau Nabi Muhammad s.a.w. berani mengatakan suatu perkataan yang bukan wahyu dikatakannya wahyu, diapun akan dibunuh: "Akan Kami putusken urat lehernya."
Dari antara segala saudara itu, ialah saudara yang satu keturunan yaitu Bani Israil adalah keturunan dari Ishak dan orang Arab adalah keturunan dari Ismail.
Keduanya anak kandung Nabi Ibrahim , maka dari kalangan Bani lsrail itupun akan diutus Tuhan seorang Nabi yang seperti engkau, yaitu seperti Nabi Musa juga.
Demikianlah bunyi firman Tuhan itu, yang sampai sekarang tetap terpancang didalam Kitab Ulangan tersebut.
Tetapi orang Yahudi sengaja menyembunyikan kebenaran itu. Dan orang Nasrani menafsirkannya kepada Nabi Isa bukan kepada Nabi Muhammad. Padahal kalau difikirkan dengan tenang dan jujur, lebih serupalah Nabi Musa dengan Nabi Muhammad, daripada dengan Nabi Isa. Dan kalau difikir secara jujur pula, jauhlah perbedaan Musa dengan Isa. Lebih banyak keserupaan Musa dengan Muhammad. Musa dan Muhammad sama-sama lahir sebagai manusia biasa, yaitu berbapa. Bapa Musa keturunan Bani Israil clan Bapa Muhammad keturunan Bani Ismail.
Tetapi kebenaran dan kenyataan firman ini mereka sembunyikan. Di zaman Rasulullah s.a.w. masih hidup, benar-benar naskah itu,tidak mereka bolehkan jatuh ketangan orang-orang yang beriman. Tetapi di zamari sekarang dengan kemajuan cetak-mencetak dan telah disalinnya Kitab-kitab itu ke dalam segala bahasa , tidaklah dapat mereka sembunyikan lagi.
Sungguhpun begitu mereka berkeras memberikan tafsir yang lain. Orang.Yahudi mengatakan bahwa Nabi yang disebutkan itu bukanlah Muhammad, melainkan Nabi yang lain masih ditunggu. Dan orang Nasrani berkeras juga mengatakan bahwa Nabi yang disebut itu ialah Isa Almasih; sebab kata mereka Isa Almasih itu keturunan Daud. Padahal Yusuf yang kawin dengan Maryam sesudah Isa lahirlah yang keturunan Daud bukan Isa. Silsilah keturunan Yusuf dari Daud itulah yang ditulis Matius dalam Injilnya fasal 1 ayat 1 sampai ayat 17. Bukan keturunan lsa Almasih, sebab dia bukanlah anak dari Yusuf tersebut, Isa tidak berbapak.
Dan segala puji bagi Tuhan. Nabi kita Muhammad s.a.w. bukanlah membuat-buat wahyu sendiri dan bukan menyerukan dewa-dewa. Sebab itu bukanlah beliau mati dihukum bunuh, dengan diputus urat lehernya. Seorang perempuan Yahudi yang jahat telah mencoba meracuni beliau seketika beliau menaklukkan benteng Khaibar. Tetapi cepat beliau tahu. Sahabatnya Abu Bakar termakan juga sedikit racun itu. Sejak termakan racun itu kesihatan Abu Bakar sangat mundur. Salah satu penyakit yang membawa ajalnya ialah bengkak dalam perut, bekas racun tersebut.
Seketika ditanyakan kepada perempuan tersebut mengapa dia berbuat demikian keji, dengan terus-terang perempuan itu berkata bahwa kalau dia memang Nabi, niscaya dia akan tahu racun itu.
Maka yang dimaksud dengan ayat yang akan kita tafsirkan ini ialah penyembunyian kebenaran yang telah mereka lakukan itu; karena tidak mau percaya kepada Utusan Tuhan, sampai hatilah mereka menyembunyikan. Berani mereka berlangkah curang terhadap yang mereka sendiri mengakui Kitab Suci. Tentu laknat kutuk Allahlah yang akan menimpa orang yang demikian. Dan manusiapun akan mengutuk selama manusia itu masih ingin akan kebenaran. Apatah lagi tulisan itu tidak dapat dihilangkan, melainkan bertambah tersebar di muka bumi ini. Orang yang datang di belakang tentu hanya menurut tafsiran yang telah ditentukan oleh orang yang dahulu.
Ayat yang tengah kita tafsirkan ini adalah celaan keras atas perbuatan curang terhadap kebenaran. Sebab itu janganlah kita hanya menjuruskan perhatian kepada sebab turunnya ayat, yaitu pendeta Yahudi dan Nasrani tetapi menjadi peringatan juga kepada kita ummat Muslimin sendiri. Apabila orang-orang yang dianggap ahli tentang agama tentang al-Quran dan Hadits telah bersikap pula menyembunyikan kebenaran, misalnya karena segan kepada orang yang berkuasa, atau takut pengaruh akan hilang terhadap pengikutpengikut mereka, maka kutuk-yang terkandung dalam ayat inipun akan menimpa mereka.
Terutama dari hal Amar Ma'ruf , Nahi Munkar, menganjur-anjurkan berbuat yang baik-baik dan mencegah daripada mungkar, menjadi kewajibanlah bagi orang-orang yang telah dianggap ahli dalam hal agama. Apatah lagi karena sabda Nabi:
"Ulama-ufama adalah penjawat waris Nabi-nabi." Dirawikan oleh Abu Daud, Termidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Baihaqi dari Hadis Abu Darda'.
Lantaran itu dalam Islam ulama mempunyai dua kewajiban, yaitu menuntut ilmu agama untuk mengajarkanriya pula kepada orang yang belum rahu, sehingga diwajibkan bagi yang belum tahu itu bertanya kepada yang tahu. Kewajiban yang kedua menyampaikan atau mentablighkan. Ulama dalam Islam bukanlah hendaknya sebagai sarjana yang duduk di atas istana gading, menjauhkan diri dari bawah dan melihat-lihat saja dari atas. Lantaran itu maju mundurnya agama di suatu negeri amat bergantung kepada aktif tidaknya ulama di tempat itu dalam menghadapi masyarakat. Kalau mereka telah menyembunyikan pula ilmu dan pengetahuan , keterangan keterangan dan petunjuk , kutuk laknat Tuhanlah yang akan menimpa dirinya. Dan manusiapun mengutuk pulalah , sehingga kadang-kadang jika terdapat banyak maksiat di satu negeri, maka bertanyalah orang: "Tidakkah ada ulama di sini?"
Imam Ghazali menceritakan bahwa shufi yang besar itu, Hatim si Tuli (al-Asham) datang ke satu negeri Islam dan bermaksud hendak berdiam lama di sana. Tetapi baru tiga hari dirobahnyalah niatnya , dia hendak segera berangkat meninggalkan negeri itu. Maka bertanyalah orang kepadanya , mengapa tidak jadi niatnya diteruskari hendak menetap di negeri itu ? Beliau menjawab: "Sudah tiga hari saya di sini, tidak pernah saya mendengar suatu pengajianpun dalam negeri ini. Tidak ada rupanya ulama di sini yang sudi mencampungkan dirinya kepada orang awam buat mengajar mereka. Maka kalau aku tahan lama-lama di sini akan matilah aku."
أُولَئِكَ يَلعَنُهُمُ اللهُ وَ يَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُوْن
"Mereka itu akan dilaknat oleh Allah dan merekapun akan dilaknat oleh orang orang yrang melaknat." (ujung ayat 159).
Orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan itu adalah orang yang tidak jujur, orang-orang yang curang , yang telah melakukan korupsi atas kebenaran , karena mempertahankan golongan sendiri , Orang yang sernacam itu pantaslah rnendapat laknat Tuhan dan laknat manusia. Kecurangan terhadap ayat suci di dalam Kitab-kitab Tuhan, hanya semata-mata untuk mempertahankan kedudukan, adalah satu kejahatan yang patut dilaknat.
Di dalam Kitab Ulangan fasal 18 ayat 15 telah ditulis perkataan Nabi Musa demikian bunyinya:
"Bahwa seorang Nabi dari tengah-tengah kamu dan antara segala saudaramu , dan yang seperti aku ini; yaitu yang akan dijadikan oleh Tuhan Allahmu bagi kamu, maka akan dia patutlah kamu dengar."
Kemudian pada ayat berikutnya , ayat 18 lebih dijelaskan lagi sebagai sabda Tuhan Allah kepada Musa disuruh menyampaikan kepada Bani Israil:
"Bahwa Aku akan menjadikan bagi mereka seorang Nabi dari antara segala saudaranya, yang seperti engkau, dan Aku akan rnemberi segala firmanKu dalam mulutnya dan iapun akan mengatakan kepadanya segala yang aku suruh akan dia."
Di ayat berikutnya (ayat 19) Iebih dijelaskan lagi;
"Bahwa sesungguhnya barangsiapa yang tidak mau dengar akan segala firmanKu, yang akan dikatakan olehnya dengan namaKu, niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang lain."
Setelah itu pada ayat 20 dijelaskan lagi perbedaan di antara Nabi yang benar-benar Nabi dengan Nabi palsu. Demikian firman Tuhan dengan perantaraan Nabi Musa.
"Tetapi adanya Nabi yang melakukan dirinya dengan sombong dan mengatakan firman dengan namaKu, yang tiada Kusuruh katakan, atau yang berkata dengan nama dewa-dewa , niscaya orang nabi itu akan mati dibunuh hukumnya."
Kernudian pada ayat berikutnya (ayat 21) dijelaskan lagi:
"Maka jikalau kiranya kamu berkata dalam hatimu demikian; dengan apakah boleh kami ketahui akan perkataan yang bukannya firman Tuhan adanya?"
Ayat 22 seterusnya menjelaskan tanda itu demikian:
"Bahwa jikalau Nabi itu berkata demi nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya itu tiada jadi atau tiada datang, jatuhlah perkataan yang bukan firman Tuhan adanya , maka Nabi itupun telah berkata dengan sombongnya, janganlah kamu takut akan dia."
Ayat-ayat ini terpancang dengan jelasnya di dalam Kitab Ulangan tersebut, yang menurut keyakinan orang Yahudi, kitab itu adalah salah satu dari rangkaian Kitab Taurat.
Orang Kristenpun mengakuinya. Kumpulan kitab yang sebelum Nabi Isa a.s. mereka namai "Perjanjian Lama".
Ayat 20 tersebut sesuai bunyinya dengan al-Quran Surat al-Haqqah (Surat 69), ayat 44, 45 dan 46; yaitu jikalau Nabi Muhammad s.a.w. berani mengatakan suatu perkataan yang bukan wahyu dikatakannya wahyu, diapun akan dibunuh: "Akan Kami putusken urat lehernya."
Dari antara segala saudara itu, ialah saudara yang satu keturunan yaitu Bani Israil adalah keturunan dari Ishak dan orang Arab adalah keturunan dari Ismail.
Keduanya anak kandung Nabi Ibrahim , maka dari kalangan Bani lsrail itupun akan diutus Tuhan seorang Nabi yang seperti engkau, yaitu seperti Nabi Musa juga.
Demikianlah bunyi firman Tuhan itu, yang sampai sekarang tetap terpancang didalam Kitab Ulangan tersebut.
Tetapi orang Yahudi sengaja menyembunyikan kebenaran itu. Dan orang Nasrani menafsirkannya kepada Nabi Isa bukan kepada Nabi Muhammad. Padahal kalau difikirkan dengan tenang dan jujur, lebih serupalah Nabi Musa dengan Nabi Muhammad, daripada dengan Nabi Isa. Dan kalau difikir secara jujur pula, jauhlah perbedaan Musa dengan Isa. Lebih banyak keserupaan Musa dengan Muhammad. Musa dan Muhammad sama-sama lahir sebagai manusia biasa, yaitu berbapa. Bapa Musa keturunan Bani Israil clan Bapa Muhammad keturunan Bani Ismail.
Tetapi kebenaran dan kenyataan firman ini mereka sembunyikan. Di zaman Rasulullah s.a.w. masih hidup, benar-benar naskah itu,tidak mereka bolehkan jatuh ketangan orang-orang yang beriman. Tetapi di zamari sekarang dengan kemajuan cetak-mencetak dan telah disalinnya Kitab-kitab itu ke dalam segala bahasa , tidaklah dapat mereka sembunyikan lagi.
Sungguhpun begitu mereka berkeras memberikan tafsir yang lain. Orang.Yahudi mengatakan bahwa Nabi yang disebutkan itu bukanlah Muhammad, melainkan Nabi yang lain masih ditunggu. Dan orang Nasrani berkeras juga mengatakan bahwa Nabi yang disebut itu ialah Isa Almasih; sebab kata mereka Isa Almasih itu keturunan Daud. Padahal Yusuf yang kawin dengan Maryam sesudah Isa lahirlah yang keturunan Daud bukan Isa. Silsilah keturunan Yusuf dari Daud itulah yang ditulis Matius dalam Injilnya fasal 1 ayat 1 sampai ayat 17. Bukan keturunan lsa Almasih, sebab dia bukanlah anak dari Yusuf tersebut, Isa tidak berbapak.
Dan segala puji bagi Tuhan. Nabi kita Muhammad s.a.w. bukanlah membuat-buat wahyu sendiri dan bukan menyerukan dewa-dewa. Sebab itu bukanlah beliau mati dihukum bunuh, dengan diputus urat lehernya. Seorang perempuan Yahudi yang jahat telah mencoba meracuni beliau seketika beliau menaklukkan benteng Khaibar. Tetapi cepat beliau tahu. Sahabatnya Abu Bakar termakan juga sedikit racun itu. Sejak termakan racun itu kesihatan Abu Bakar sangat mundur. Salah satu penyakit yang membawa ajalnya ialah bengkak dalam perut, bekas racun tersebut.
Seketika ditanyakan kepada perempuan tersebut mengapa dia berbuat demikian keji, dengan terus-terang perempuan itu berkata bahwa kalau dia memang Nabi, niscaya dia akan tahu racun itu.
Maka yang dimaksud dengan ayat yang akan kita tafsirkan ini ialah penyembunyian kebenaran yang telah mereka lakukan itu; karena tidak mau percaya kepada Utusan Tuhan, sampai hatilah mereka menyembunyikan. Berani mereka berlangkah curang terhadap yang mereka sendiri mengakui Kitab Suci. Tentu laknat kutuk Allahlah yang akan menimpa orang yang demikian. Dan manusiapun akan mengutuk selama manusia itu masih ingin akan kebenaran. Apatah lagi tulisan itu tidak dapat dihilangkan, melainkan bertambah tersebar di muka bumi ini. Orang yang datang di belakang tentu hanya menurut tafsiran yang telah ditentukan oleh orang yang dahulu.
Ayat yang tengah kita tafsirkan ini adalah celaan keras atas perbuatan curang terhadap kebenaran. Sebab itu janganlah kita hanya menjuruskan perhatian kepada sebab turunnya ayat, yaitu pendeta Yahudi dan Nasrani tetapi menjadi peringatan juga kepada kita ummat Muslimin sendiri. Apabila orang-orang yang dianggap ahli tentang agama tentang al-Quran dan Hadits telah bersikap pula menyembunyikan kebenaran, misalnya karena segan kepada orang yang berkuasa, atau takut pengaruh akan hilang terhadap pengikutpengikut mereka, maka kutuk-yang terkandung dalam ayat inipun akan menimpa mereka.
Terutama dari hal Amar Ma'ruf , Nahi Munkar, menganjur-anjurkan berbuat yang baik-baik dan mencegah daripada mungkar, menjadi kewajibanlah bagi orang-orang yang telah dianggap ahli dalam hal agama. Apatah lagi karena sabda Nabi:
"Ulama-ufama adalah penjawat waris Nabi-nabi." Dirawikan oleh Abu Daud, Termidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Baihaqi dari Hadis Abu Darda'.
Lantaran itu dalam Islam ulama mempunyai dua kewajiban, yaitu menuntut ilmu agama untuk mengajarkanriya pula kepada orang yang belum rahu, sehingga diwajibkan bagi yang belum tahu itu bertanya kepada yang tahu. Kewajiban yang kedua menyampaikan atau mentablighkan. Ulama dalam Islam bukanlah hendaknya sebagai sarjana yang duduk di atas istana gading, menjauhkan diri dari bawah dan melihat-lihat saja dari atas. Lantaran itu maju mundurnya agama di suatu negeri amat bergantung kepada aktif tidaknya ulama di tempat itu dalam menghadapi masyarakat. Kalau mereka telah menyembunyikan pula ilmu dan pengetahuan , keterangan keterangan dan petunjuk , kutuk laknat Tuhanlah yang akan menimpa dirinya. Dan manusiapun mengutuk pulalah , sehingga kadang-kadang jika terdapat banyak maksiat di satu negeri, maka bertanyalah orang: "Tidakkah ada ulama di sini?"
Imam Ghazali menceritakan bahwa shufi yang besar itu, Hatim si Tuli (al-Asham) datang ke satu negeri Islam dan bermaksud hendak berdiam lama di sana. Tetapi baru tiga hari dirobahnyalah niatnya , dia hendak segera berangkat meninggalkan negeri itu. Maka bertanyalah orang kepadanya , mengapa tidak jadi niatnya diteruskari hendak menetap di negeri itu ? Beliau menjawab: "Sudah tiga hari saya di sini, tidak pernah saya mendengar suatu pengajianpun dalam negeri ini. Tidak ada rupanya ulama di sini yang sudi mencampungkan dirinya kepada orang awam buat mengajar mereka. Maka kalau aku tahan lama-lama di sini akan matilah aku."
إِلاَّ الَّذِيْنَ تَابُوْا
"Kecuali orang-orang yang bertaubat."(pangkal ayat 160)
"Kecuali orang-orang yang bertaubat."(pangkal ayat 160)
Taubat artinya kembal:. Yaitu
kembali kepada jalan yang benar. Karena jalan menyembunyikan kebenaran itu
adalah jalan yang sesat.
وَ أَصْلَحُوْا
"Dan berbuat perbaikan. "
وَ أَصْلَحُوْا
"Dan berbuat perbaikan. "
Maka langkah yang salah selama
ini diperbaiki kembali, lalu mereka jelaskan ke benaran dan tidak ada yang
disembunyi-sembunyikan lagi. Atau , mana-mana keadaan yang salah dalam
masyarakat segera diperbaiki, sediakan seluruh waktu buat ishlah.
وَ بَيَّنُوْا
"Dan mereka yang memberikan penjelasan. "
"Dan mereka yang memberikan penjelasan. "
Terangkan keadaan yang
sebenar-benarnya, jangan lagi berbelok-belok, karena kedustaan tidaklah
dapat dipertahankan lama.
فَأُولَئِكَ أَتُوْبُ عَلَيْهِمْ
"Maka mereka itulah yang akan Aku beri taubat atas mereka. "
فَأُولَئِكَ أَتُوْبُ عَلَيْهِمْ
"Maka mereka itulah yang akan Aku beri taubat atas mereka. "
Inilah penegasan dari Tuhan,
bahwa apabila orang te!ah kembali ke jalan yang benar, telah insaf, dan
keinsafan itu dituruti dengan kegiatan menyelesaikan yang kusut,
menjernihkan yang telah keruh, mernperbaiki yang telah rusak dan tidak
bosan-bosan memberikan penjelasan, segeralah Tuhan akan memberikan
taubatnya. Dan segeralah keadaan akan berubah, sebab yang berubah itu ialah
orang yang bersalah sendiri.
وَ أَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
"Dan Aku adalah Pemberi taubat, lagi Penyayang." (ujung ayat 160).
وَ أَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
"Dan Aku adalah Pemberi taubat, lagi Penyayang." (ujung ayat 160).
Apabila orang telah insaf akan
kesalahannya itu, dan segera dia berbalik ke jalan yang benar, maka Tuhanpun
cepatlah menerima taubatnya. Kelalaian yang sudah-sudah segera diampuni. Dan
Tuhanpun Penyayang; niscaya akan diberiNya pimpinan, bimbingan dan bantuan
kepada orang yang telah mulai menempuh jalan yang benar itu.
Lantaran itu maka terhadap ayat
ini janganlah kita terlalu berpegang kepada Asbabun-Nuzul.(sebab turun
ayat). Karena sudah ditakdirkan Allah didalam hikmatNya yang tertinggi bahwa
perlombaan golongan-golongan agama akan masih tetap ada di dunia ini, untuk
oramg berlomba berbuat yang baik. Maka ayat ini menjadilah hasungan bagi
kita yang telah menyambut al-Quran supaya menghindarkan diri daripada
menyembunyikan kebenaran. Mari kita kembali ke jalan Tuhan dan membuat
ishlah dan memberikan penjelasan.
إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا
"Sesumgguhnya orang-orangyang tidak rnaupercaya."(pangkal ayat 161),
إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا
"Sesumgguhnya orang-orangyang tidak rnaupercaya."(pangkal ayat 161),
padahal segala keterangan telah diterimanya , dan dia masih
berkeras kepala mernpertahankan yang salah dan tidak mau berganjak
daripadanya.
وَ مَاتُوْا وَ هُمْ كُفَّارٌ
"Dan mati padahal mereka masih di dalam kufur,"
"Dan mati padahal mereka masih di dalam kufur,"
sehingga kesempatan yang selalu
diluangkan Tuhan bagi mereka, tidak mereka pergunakan. mereka itu,
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللهِ وَ الْمَلآئِكَةِ وَ النَّاسِ أَجْمَعِيْن
"atas mereka adalah laknat Allah dan Malaikat dan manusia sekaliannya."(ujung ayat I61).
Kebenaran sudah datang, masih saja tidak mau menerima. Alasan buat menariknya tidak ada selain dari keras kepala atau ta'ashshub, mempertahankan yang salah. Niscaya kutuk laknatnya yang akan menimpa mereka terus menerus. Sebenarnya kutuk dari Allah sajapun sudah cukup; tetapi oleh karena kebenaran Allah itu turut juga dipertahankan oleh Malaikat, yang selalu menyembah Allah clan mensucikanNya,'tentu terganggulah perasaan Malaikat melihat kebenaran disanggah. Tidak pelak lagi, MaTaikat itupun mengutuk. Dan umumnya manusiapun menghendaki kebenaran clan tidak menyenangi kecurangan clan kekerasan kepala. Niscaya nranusiapurr turut mc:ngutuk pula. Maka laknat Allah dan Malaikat serta manusia itu akan didapatnya terus-menerus:
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللهِ وَ الْمَلآئِكَةِ وَ النَّاسِ أَجْمَعِيْن
"atas mereka adalah laknat Allah dan Malaikat dan manusia sekaliannya."(ujung ayat I61).
Kebenaran sudah datang, masih saja tidak mau menerima. Alasan buat menariknya tidak ada selain dari keras kepala atau ta'ashshub, mempertahankan yang salah. Niscaya kutuk laknatnya yang akan menimpa mereka terus menerus. Sebenarnya kutuk dari Allah sajapun sudah cukup; tetapi oleh karena kebenaran Allah itu turut juga dipertahankan oleh Malaikat, yang selalu menyembah Allah clan mensucikanNya,'tentu terganggulah perasaan Malaikat melihat kebenaran disanggah. Tidak pelak lagi, MaTaikat itupun mengutuk. Dan umumnya manusiapun menghendaki kebenaran clan tidak menyenangi kecurangan clan kekerasan kepala. Niscaya nranusiapurr turut mc:ngutuk pula. Maka laknat Allah dan Malaikat serta manusia itu akan didapatnya terus-menerus:
خَالِدِيْنَ فِيْهَا
"Kekal mereka di dalamnya" (pangkal ayat 162).
"Kekal mereka di dalamnya" (pangkal ayat 162).
Kekal dalam kutukan, walaupun
telah hancur tulangnya dalam kubur. Ingatlah nama-nama sebagai Fir'aun,
Karun, Haman dan Abu Lahab yang tersebut dalam al-Quran, walau pun telah
beribu tahun mereka mati , kutuk Allah dan kutuk Malaikat serta kutuk
manusia masih rnereka terima. Bahkan jika timbul manusia lain membawakan
kekufuran sebagai mereka, terkenang lagi orang akan mereka dan mengutuk
lagi: "Orang ini seperti Fir'aun! Orang ini jahat sebagai Abu Lahab." Dan
sebagainya.
لاَ يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ
"Tidak akan diringankan azab atas mereka."
"Tidak akan diringankan azab atas mereka."
Yaitu azab akhirat di samping
kutukan di dunia.
وَلاَ هُمْ يُنْظَرُوْ
"Da» tidaklah mereka akan diperdulikan." (ujung ayat 162).
وَلاَ هُمْ يُنْظَرُوْ
"Da» tidaklah mereka akan diperdulikan." (ujung ayat 162).
Akan dibiarkan mereka
berlarut-larut dalam siksaan akhirat.
Di dalam permulaan Surat al-Baqarah sudah juga diterangkan tentang kufur -atau orang kafir. Puncak kekafiran adalah mengingkari adanya Allah , atau mempersekutukanNya dengan yang lain, atau tidak mau percaya kepada adanya hari kemudian (Kiamat) atau tidak mau mengakui wahyu , atau berkata tentang Allah dengan tidak ada pengetahuan. Pendeknya segala sikap menalak kebenaran yang dijalankan agama dan mempertahankan yang batil, yang telah diterangkan batilnya oleh agama.
Di dalam permulaan Surat al-Baqarah sudah juga diterangkan tentang kufur -atau orang kafir. Puncak kekafiran adalah mengingkari adanya Allah , atau mempersekutukanNya dengan yang lain, atau tidak mau percaya kepada adanya hari kemudian (Kiamat) atau tidak mau mengakui wahyu , atau berkata tentang Allah dengan tidak ada pengetahuan. Pendeknya segala sikap menalak kebenaran yang dijalankan agama dan mempertahankan yang batil, yang telah diterangkan batilnya oleh agama.
Referensi:http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_159_162.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar