يَا بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اذْكُرُوْا
نِعْمَتِيَ الَّتِيْ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَ أَنِّيْ فَضَّلْتُكُمْ عَلَى
الْعَالَمِيْنَ
(47) Wahai Bani Israil ! Ingatlah olehmu akan nikmatKu
yang telah Aku karuniakan kepada mu, dan sesungguhnya. Aku telah pernah
memuliakan kamu atas bangsa-hangsa.
وَ اتَّقُوْا يَوْماً لاَّ تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ
شَيْئاً وَلاَ يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلاَ
هُمْ يُنْصَرُ
(48) Dan takutlah kamu Akan hari,
yang tidak akan dapat melepaskan satu diri sesuatu apapun dari diri yang
lain. dan tidak akan diterima daripadanya permohonan dan tidak diambil
daripadanya penebusan dan tidak mereka akan ditolong.
وَ إِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِّنْ آلِ فِرْعَوْنَ
يَسُوْمُوْنَكُمْ سُوْءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُوْنَ أَبْنَاءَكُمْ وَ
يَسْتَحْيُوْنَ نِسَاءَكُمْ وَ فِيْ ذَلِكُمْ بَلاَءٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَظِيْمٌ
(49) Dan (ingatlah) tatkala Kami selamatkan kamu daripada kaum Fir'aun, yang
telah menindas kamu dengan seburuk-buruk siksaan; mereka sembelih anak-anak
laki--laki kamu dan mereka hidupi perempuan-perempuan kamu; dan pada yang
demikian itu adalah bencana yang besar daripada Tuhan kamu.
وَ إِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ
فَأَنجَيْنَاكُمْ وَ أَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَ أَنتُمْ تَنْظُرُوْنَ
(50) Dan (ingatlah) tatkala Kami belahkan lautan untuk
kamu, maka Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan kaum Fir'aun padahal
kamu melihat sendiri.
يَا بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ
"Wahai Bani Israil" (pangkal ayat
47).
Mereka dipanggil lagi dengan nama yang terhormat itu. Dengan menyebut nama nenek moyang mereka yang mulia itu, nama kehormatan yang dianugerahkan Tuhan kepada Ya'qub a. s. Amir Pahlawan Allah, moga-moga mereka sadar kembali. Memang Tuhan mengajarkan kepada RasulNya agar memanggil orang dengan nama yang Dia senangi. Apatah lagi dengan memanggil mereka dengan nama itu, tercakuplah mereka jadi satu semua, tidak ada lagi bagi kabilah ini dan kabilah itu yang rasa tersisih.
اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَ أَنِّيْ فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِيْنَ
Mereka dipanggil lagi dengan nama yang terhormat itu. Dengan menyebut nama nenek moyang mereka yang mulia itu, nama kehormatan yang dianugerahkan Tuhan kepada Ya'qub a. s. Amir Pahlawan Allah, moga-moga mereka sadar kembali. Memang Tuhan mengajarkan kepada RasulNya agar memanggil orang dengan nama yang Dia senangi. Apatah lagi dengan memanggil mereka dengan nama itu, tercakuplah mereka jadi satu semua, tidak ada lagi bagi kabilah ini dan kabilah itu yang rasa tersisih.
اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْ أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَ أَنِّيْ فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِيْنَ
"Ingatlah olehmu akan nikmatKu yang telah Aku karuniakan kepadamu,
dan sesungguhnya Aku telah pernah memuliakan kamu atas bangsa-bangsa "
(ujung ayat 47).
Diperingatkan hal ini, bahwa kemulian yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka itu, bukanlah karena darah keturunan mereka lebih tinggi dari darah keturunan yang lain. Sekali-kali tidaklah Tuhan mengajarkan perbedaan suku (ras), tinggi itu rendah ini. Mereka pernah dimuliakan melebihi bangsa dan suku yang lain, sebab merekalah penerima waris ajaran nenek-moyang mereka Ibrahim a. s., Ishak a. s. dan Ya'qub a. s. tentang percaya kepada Allah Yang Maha Esa.
Selama Tauhid itu mereka pegang teguh, kemuliaan itu tidaklah akan dihilangkan atau dicabut dari mereka. Jadi mereka diberi kemuliaan ialah karena kemuliaan pendirian. Adapun kalau Tauhidnya telah hilang, dan yang mereka pertahankan telah tinggal kemegahan saja menyebut-nyebut kebesaran yang lampau, hinalah mereka dan bangsa lain yang menerima dan menjunjung Tauhid itu pulalah yang akan dimuliakan Tuhan.
وَ اتَّقُوْا يَوْماً لاَّ تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ شَيْئاً
Diperingatkan hal ini, bahwa kemulian yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka itu, bukanlah karena darah keturunan mereka lebih tinggi dari darah keturunan yang lain. Sekali-kali tidaklah Tuhan mengajarkan perbedaan suku (ras), tinggi itu rendah ini. Mereka pernah dimuliakan melebihi bangsa dan suku yang lain, sebab merekalah penerima waris ajaran nenek-moyang mereka Ibrahim a. s., Ishak a. s. dan Ya'qub a. s. tentang percaya kepada Allah Yang Maha Esa.
Selama Tauhid itu mereka pegang teguh, kemuliaan itu tidaklah akan dihilangkan atau dicabut dari mereka. Jadi mereka diberi kemuliaan ialah karena kemuliaan pendirian. Adapun kalau Tauhidnya telah hilang, dan yang mereka pertahankan telah tinggal kemegahan saja menyebut-nyebut kebesaran yang lampau, hinalah mereka dan bangsa lain yang menerima dan menjunjung Tauhid itu pulalah yang akan dimuliakan Tuhan.
وَ اتَّقُوْا يَوْماً لاَّ تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ شَيْئاً
"Dan takutlah kamu akan hari, yang tidak akan dapat melepaskan
suatu diri sesuatu apapun dari satu diri yang lain. " (pangkal ayat 48).
Inilah salah satu pokok ajaran Islam. Jangan sampai anak-cucu merasa bahwa mereka akan terlepas dari tanggungjawab di akhirat, semata-mata dengan membanggakan bahwa mereka turunan si anu, anak-cucu si fulan. Bani Israil jangan sampai mendabik dada mengatakan kami ini keturunan Ya'qub a.s. dan Yusuf a.s.; karena kalau telah datang waktu perhitungan di akhirat kelak Ya'qub a.s. dan Yusuf a.s. tidaklah dapat mereka pergunakan.
وَلاَ يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ
"Dan tidak akan diterima daripadanya permohonan. "
Yakni semua memohon grasi atau ampunan karena kesalahan yang telah lalu, yang dimintakan oleh orang lain. Memohon kepada Tuhan supaya si anu yangbersalah dibebaskan saja.
وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ
"Dan tidak diambil daripadanya penebusan. "
Secara jelasnya, tidaklah ada harta walaupun emas sebesar gunung untuk dijadikan uang jaminan. Karena harta untuk menjamin itu tidak ada sama sekali kepunyaan manusia. Semuanya Allah yang punya.
وَلاَ هُمْ يُنْصَرُ
"Dan tidak mereka akan ditolong. "( ujung ayat 48).
Karena yang akan dapat menolong ketika itu lain tidak hanyalah usaha sendiri yang disiapkan dari sekarang.
Hal ini diperingatan kepada Bani Israil, supaya pendirian yang salah ini segera mereka buang.
Mereka menutup hati buat menerima petunjuk walaupun dari mana datangnya, sebab mereka merasa merekalah Sya'bullah al Mukhtar, yakni bangsa kepunyaan Allah yang telah dipilih.
Penyakit kebanggaan yang seperti ini kalau dibasmi akan menimbulkan permusuhan dengan bangsa atau golongan yang lain. Bahkan penyakit ini telah berlarut-larut, yang menyebabkan beratus tahun lamanya bangsa-bangsa Eropa memandang kaum Yahudi itu manusia terkutuk yang harus disisihkan dari pergaulan hidup mereka. Sehingga kampung kediaman mereka dinamai Ghetto. Bahkan sebelum agama Islam masuk ke negeri Spanyol, sangatlah hinanya mereka dipandang oleh orang Nasrani.
Barulah nasib mereka berubah setelah Islam datang ke Spanyol. Tetapi kebencian kepada mereka menjadi turun-ternurun, berkali-kali mencapai puncak, dan yang terakhir di jaman kita ialah kekejaman Jerman Nazi dan Hitler memusnahkan berjuta-juta orang Yahudi di Eropa.
Dan dijelaskanlah dalam ayat 48 ini memperingatkan kepada mereka bahwa kemulian mereka di jaman dahulu itu memang diakui bukan karena darah mereka istimewa dalam alam, tetapi karena mereka mempunyai pegangan agama yang benar, yaitu Tauhid, dan nenek-moyang mereka mengamalkannya dan memperjuangkannya dengan sungguh-sungguh.
Dari ayat-ayat ini kita melihat teguran yang jelas sekali dari Tuhan kepada Bani Israil, atau kaum Yahudi yang ada di Madinah pada masa itu. Tuhan mengakui, bahwa di jaman dahulu memang mereka diberi kemuliaan oleh Tuhan, melebihi segala bangsa-bangsa yang ada dikeliling bangsa-bangsa tetangga mereka adalah penyembah berhala.
Tetapi setelah Nabi Muhammad datang, Tauhid hanya tinggal menjadi sebutan. Yang penting bagi mereka ketika itu ialah mengumpulkan kekayaan. Paham agama menjadi membeku. Merasa diri lebih tinggi dan lebih unggul dari golonggan lain. Arab di Madinah mereka pandang hina dan rendah. Penyakit merasa diri lebih ini menghinggapi juga bangsa-bangsa yang lain.
Nabi Muhammad s.a.w pernah mengatakan bahwa bangsa Arabpun adalah semulia-mulia bangsa. Yang dimaksud Nabi bukanlah bahwa darah Arab itu istimewa dari darah bangsa bangsa yang lain, melainkan karena Tuhan menurunkan wahyu ke dunia ini dengan memakai bahasa Arab sehinggga mulialah orang Arab, sebab mereka yang terlebih dahulu dapat memahami wahyu. Tetapi kalau orang Arab lalu bangga dan mendabik dada lantaran wahyu itu padahal tidak menjunjung dan mengamalkan, dengan sendirinya kemuliaan yang mereka terima itu tidak ada lagi.
Kita umat Islampun dengan terus-terang harus kita akui, kadangkadang ditimpa juga oleh penyakit Yahudi ini. Tuhan telah pernah menganugerahi kemuliaan dan karunia kepada kaum muslimin berabad-abad lamanya, sampai menaklukkan Dunia Barat dan Timur. Tetapi satu waktu pamor muslimin menjadi muram dan negerinya dijajah oleh bangsa bangsa lain, dan mereka mundur dalam lapangan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan, sehingga yang dapat dibanggakan oleh anak-cucu yang datang di belakang, tidak lain hanyalah pusaka nenek-moyang yang dahulu. Dengan tidak sadar si anak-cucu tadi membanggakan kemuliaan nenek-moyang, tetapi tidak mau insaf dan tidak mau membina kemuliaan yang baru, atau sambungan, karena menyeleweng jauh dari garis agama yang diajarkan Rasul. Maka samalah keadaan kita dengan Yahudi.
Inilah salah satu pokok ajaran Islam. Jangan sampai anak-cucu merasa bahwa mereka akan terlepas dari tanggungjawab di akhirat, semata-mata dengan membanggakan bahwa mereka turunan si anu, anak-cucu si fulan. Bani Israil jangan sampai mendabik dada mengatakan kami ini keturunan Ya'qub a.s. dan Yusuf a.s.; karena kalau telah datang waktu perhitungan di akhirat kelak Ya'qub a.s. dan Yusuf a.s. tidaklah dapat mereka pergunakan.
وَلاَ يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ
"Dan tidak akan diterima daripadanya permohonan. "
Yakni semua memohon grasi atau ampunan karena kesalahan yang telah lalu, yang dimintakan oleh orang lain. Memohon kepada Tuhan supaya si anu yangbersalah dibebaskan saja.
وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ
"Dan tidak diambil daripadanya penebusan. "
Secara jelasnya, tidaklah ada harta walaupun emas sebesar gunung untuk dijadikan uang jaminan. Karena harta untuk menjamin itu tidak ada sama sekali kepunyaan manusia. Semuanya Allah yang punya.
وَلاَ هُمْ يُنْصَرُ
"Dan tidak mereka akan ditolong. "( ujung ayat 48).
Karena yang akan dapat menolong ketika itu lain tidak hanyalah usaha sendiri yang disiapkan dari sekarang.
Hal ini diperingatan kepada Bani Israil, supaya pendirian yang salah ini segera mereka buang.
Mereka menutup hati buat menerima petunjuk walaupun dari mana datangnya, sebab mereka merasa merekalah Sya'bullah al Mukhtar, yakni bangsa kepunyaan Allah yang telah dipilih.
Penyakit kebanggaan yang seperti ini kalau dibasmi akan menimbulkan permusuhan dengan bangsa atau golongan yang lain. Bahkan penyakit ini telah berlarut-larut, yang menyebabkan beratus tahun lamanya bangsa-bangsa Eropa memandang kaum Yahudi itu manusia terkutuk yang harus disisihkan dari pergaulan hidup mereka. Sehingga kampung kediaman mereka dinamai Ghetto. Bahkan sebelum agama Islam masuk ke negeri Spanyol, sangatlah hinanya mereka dipandang oleh orang Nasrani.
Barulah nasib mereka berubah setelah Islam datang ke Spanyol. Tetapi kebencian kepada mereka menjadi turun-ternurun, berkali-kali mencapai puncak, dan yang terakhir di jaman kita ialah kekejaman Jerman Nazi dan Hitler memusnahkan berjuta-juta orang Yahudi di Eropa.
Dan dijelaskanlah dalam ayat 48 ini memperingatkan kepada mereka bahwa kemulian mereka di jaman dahulu itu memang diakui bukan karena darah mereka istimewa dalam alam, tetapi karena mereka mempunyai pegangan agama yang benar, yaitu Tauhid, dan nenek-moyang mereka mengamalkannya dan memperjuangkannya dengan sungguh-sungguh.
Dari ayat-ayat ini kita melihat teguran yang jelas sekali dari Tuhan kepada Bani Israil, atau kaum Yahudi yang ada di Madinah pada masa itu. Tuhan mengakui, bahwa di jaman dahulu memang mereka diberi kemuliaan oleh Tuhan, melebihi segala bangsa-bangsa yang ada dikeliling bangsa-bangsa tetangga mereka adalah penyembah berhala.
Tetapi setelah Nabi Muhammad datang, Tauhid hanya tinggal menjadi sebutan. Yang penting bagi mereka ketika itu ialah mengumpulkan kekayaan. Paham agama menjadi membeku. Merasa diri lebih tinggi dan lebih unggul dari golonggan lain. Arab di Madinah mereka pandang hina dan rendah. Penyakit merasa diri lebih ini menghinggapi juga bangsa-bangsa yang lain.
Nabi Muhammad s.a.w pernah mengatakan bahwa bangsa Arabpun adalah semulia-mulia bangsa. Yang dimaksud Nabi bukanlah bahwa darah Arab itu istimewa dari darah bangsa bangsa yang lain, melainkan karena Tuhan menurunkan wahyu ke dunia ini dengan memakai bahasa Arab sehinggga mulialah orang Arab, sebab mereka yang terlebih dahulu dapat memahami wahyu. Tetapi kalau orang Arab lalu bangga dan mendabik dada lantaran wahyu itu padahal tidak menjunjung dan mengamalkan, dengan sendirinya kemuliaan yang mereka terima itu tidak ada lagi.
Kita umat Islampun dengan terus-terang harus kita akui, kadangkadang ditimpa juga oleh penyakit Yahudi ini. Tuhan telah pernah menganugerahi kemuliaan dan karunia kepada kaum muslimin berabad-abad lamanya, sampai menaklukkan Dunia Barat dan Timur. Tetapi satu waktu pamor muslimin menjadi muram dan negerinya dijajah oleh bangsa bangsa lain, dan mereka mundur dalam lapangan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan, sehingga yang dapat dibanggakan oleh anak-cucu yang datang di belakang, tidak lain hanyalah pusaka nenek-moyang yang dahulu. Dengan tidak sadar si anak-cucu tadi membanggakan kemuliaan nenek-moyang, tetapi tidak mau insaf dan tidak mau membina kemuliaan yang baru, atau sambungan, karena menyeleweng jauh dari garis agama yang diajarkan Rasul. Maka samalah keadaan kita dengan Yahudi.
وَ إِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِّنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُوْمُوْنَكُمْ
سُوْءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُوْنَ أَبْنَاءَكُمْ وَ يَسْتَحْيُوْنَ نِسَاءَكُمْ
وَ فِيْ ذَلِكُمْ بَلاَءٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَظِيْمٌ
"Dan (ingatlah) tatkala Kami selamatkan kamu daripada kaum Fzr'aun
yang telah menindas kamu dengan seburuk-buruk siksaan; mereka sembelih
anak-anak laki-laki kamu dan mereka hidupi perempuan perempuan kamu, dan
pada yang demikian itu adalah bencana yang besar daripada Tuhan kamu. "
(ayat 49).
Seketika mereka sampai ke puncak kemegahan yang menimbulkan kesombongan, merasa diri istimewa daripada bangsa lain, diingatkanlah betapa mereka hidup dalam tindasan dan siksaan di negeri Mesir. Menjadi lebih hina daripada budak. Empat ratus tahun lamanya Bani Israil hidup di negeri Mesir sejak Nabi Yusuf a.s. menjadi Raja Muda Kerajaan Mesir dan ayahnya Nabi Ya'qub a. s. datang dari dusun atas undangan Nabi Yusuf a.s..
Dua belas orang bersaudara laki-laki keturunan Ya'qub a.s. itu pada mula kedatangan ke Mesir masih hidup dengan baik dan sederhana. Tetapi sesudah Ya'qub a.s. dan Yusuf a.s. meninggal, penduduk Mesir asli membenci mereka, karena mereka kian lama kian kembang. Kedudukan mereka di negeri Mesir dipandang membahayakan.
Tetapi mereka tidak diusir melainkan diperbudak. Di suruh mengerjakan pekerjaan yang berat-berat. Mereka ditindas dengan kejam sekali. Di antara kekejaman itu ialah rencana Fir'aun (Raja Mesir) memusnahkan anak laki-laki. Sehingga diperintahkan kepada bidan-bidan agar segera membunuhnya kalau perempuan Bani Israil melahirkan anak laki-laki. Dan anak perempuan ditinggalkan hidup. Tetapi dengan demikian pada perhitungan Fir'aun, Bani Israil itu akan musnah. Kalau perempuan saja banyak, bolehlah perempuanperempuan itu dijadikan istri kedua atau hamba-sahaya dari kaum Fir'aun sendiri, anak laki-laki dari perhubungan itu tentu menjadi orang Qibthi, suku Fir'aun. Itulah bencana besar bagi mereka di waktu itu.
Ini disuruh ingatkan kepada mereka, agar mereka tahu bahwa mereka bukanlah datang mulia saja. Empat ratus tahun lamanya mereka hina, rendah dan tertindas. Kemudian mereka dimuliakan Tuhan. Karena sudah menjadi Sunnah dari Tuhan (Sunnatullah) bahwa orang atau kaum yang sudah dianiaya demikian rupa, akhirnya akan dibangkitkan kembali. Dahulu hal ini berlaku dan kemudian pun berlaku :
وَ نُريدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثينَ
Seketika mereka sampai ke puncak kemegahan yang menimbulkan kesombongan, merasa diri istimewa daripada bangsa lain, diingatkanlah betapa mereka hidup dalam tindasan dan siksaan di negeri Mesir. Menjadi lebih hina daripada budak. Empat ratus tahun lamanya Bani Israil hidup di negeri Mesir sejak Nabi Yusuf a.s. menjadi Raja Muda Kerajaan Mesir dan ayahnya Nabi Ya'qub a. s. datang dari dusun atas undangan Nabi Yusuf a.s..
Dua belas orang bersaudara laki-laki keturunan Ya'qub a.s. itu pada mula kedatangan ke Mesir masih hidup dengan baik dan sederhana. Tetapi sesudah Ya'qub a.s. dan Yusuf a.s. meninggal, penduduk Mesir asli membenci mereka, karena mereka kian lama kian kembang. Kedudukan mereka di negeri Mesir dipandang membahayakan.
Tetapi mereka tidak diusir melainkan diperbudak. Di suruh mengerjakan pekerjaan yang berat-berat. Mereka ditindas dengan kejam sekali. Di antara kekejaman itu ialah rencana Fir'aun (Raja Mesir) memusnahkan anak laki-laki. Sehingga diperintahkan kepada bidan-bidan agar segera membunuhnya kalau perempuan Bani Israil melahirkan anak laki-laki. Dan anak perempuan ditinggalkan hidup. Tetapi dengan demikian pada perhitungan Fir'aun, Bani Israil itu akan musnah. Kalau perempuan saja banyak, bolehlah perempuanperempuan itu dijadikan istri kedua atau hamba-sahaya dari kaum Fir'aun sendiri, anak laki-laki dari perhubungan itu tentu menjadi orang Qibthi, suku Fir'aun. Itulah bencana besar bagi mereka di waktu itu.
Ini disuruh ingatkan kepada mereka, agar mereka tahu bahwa mereka bukanlah datang mulia saja. Empat ratus tahun lamanya mereka hina, rendah dan tertindas. Kemudian mereka dimuliakan Tuhan. Karena sudah menjadi Sunnah dari Tuhan (Sunnatullah) bahwa orang atau kaum yang sudah dianiaya demikian rupa, akhirnya akan dibangkitkan kembali. Dahulu hal ini berlaku dan kemudian pun berlaku :
وَ نُريدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثينَ
"Dan Kami hendak menunjukkan jasa atas mereka yang ditindas di
bumi, dan Kami hendak menjadikan mereka pemimpin pemimpin, dan Kami hendak
menjadikan mereka pewaris (bumi). " (al-Qashash : 5)
Kamu memang mulia, sebab kamu manusia. Tetapi kamu telah dihinakan oleh Fir'aun dan kaumnya, tidak dianggap sebagai manusia lagi. Maka dibangkitkan Tuhan kamu daripada kehinaan itu. Diutus Tuhan Musa a.s. dan dibantu oleh Harun a.s., dari kalangan kaummu sendiri. Ingatlah itu !
وَ إِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ
"Dan (ingatlah) tatkala Kami belahkan lautan untuk kamu. " (pangkal ayat 50).
Yaitu tatkala telah berpuluh tahun Musa a.s. dan Harun a.s., Utusan Kami berjuang membangkitkan kamu dari dalam lembah kehinaan dan perbudakan, dan ingin membawa kamu ke tanah pusaka nenek-moyang kamu yang kaya dengan susu dan madu, Fir'aun menahan kamu tidak boleh pergi, karena kalau kamu pergi Fir'aun kehilangan 600.000 manusia yang telah diperbudak dan diperas tenaganya. Lalu dengan bimbingan Utusan Kami, Musa a.s. dan Harun a. s. kamu tinggalkan negeri itu, tetapi terhalang oleh laut.
Maka laut itupun Kami belah supaya kamu 12 suku Bani Israil selamat sampai ke seberang.
فَأَنجَيْنَاكُمْ وَ أَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَ أَنتُمْ تَنْظُرُوْنَ
"Maka Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan kaum Fir'aun, padahal kamu melihat sendiri. "[ ujung ayat 50).
Janganlah kamu salah mengartikan ini. Kamu diseberangkan dengan selamat, bukan karena kamu orang istimewa, tetapi karena telah 400 tahun kamu dihinakan. Alangkah besarnya pertolongan Tuhan kepada kamu. Sampai lautan dibelah dan kamu dapat berjalan selamat di dasar laut itu. Ketika kamu menyeberangi itu, bersibak laut jadi dua, laksana gunung yang besar layaknya. Suatu hal yang cuma sekali terjadi selama dunia berkembang.
Selamat kamu sampai ke seberang. Tetapi kamu dikejar oleh Fir'aun dan tentaranya; mereka tempuh jalan yang hanya dibukakan Tuhan buat kamu. Setelah mereka sampai dipertengahan laut, lautan Kami pertemukan kembali, dan merekapun tenggelam di dalamnya. Kamu sendiri melihat kejadian itu dengan mata kepalamu sendiri dari seberang, dari tempat yang kamu telah sampai ke sana dengan selamat.
Apa yang patut kamu lakukan terhadap Tuhan lantaran pertolongan itu ? Dari bangsa budak kamu telah dimerdekakan? Bukankah sudah patut kamu bersyukur selalu bila mengingat hal itu? Dan tidak patut kamu menyombong bertinggi hati, dan tidak patut kamu bersikap angkuh menerima kedatangan Utusan Tuhan, sedang kaji yang dibawanya adalah menggenapkan kaji yang diajarkan kepada kamu juga.
Allah membelah laut sebagai mu'jizat di jaman Musa a.s., bukanlah suatu dongeng. Tetapi disaksikan oleh 600.000 orang pengungsi Bani Israil. Disaksikan pula oleh sisa yang tinggal dari kaum Fir'aun yang tinggal di Mesir, dan menjadi kenangan dari bangsa bangsa sekeliling lautan Qulzum itu masa demi masa.
Sehingga manusia-manusia yang tidak percaya kepada mu'jizat kekuasaan Allah, ada yang mencoba mengatakan bahwa hal itu bukanlah Mukjizat, tetapi "pasang turun - pasang naik".
Ketika Bani Israil menyeberang 600.000 orang, pasang sedang surut, dan setelah Fir'aun dan tentaranya masuk kesana pasangpun naik. Padahal sampai sekarang Lautan Qulzum tempat penyeberangan Musa a. s. dan Bani Israil itu masih ada> sudah 4.000 tahun lebih kejadian yang hebat itu terjadi, belumlah ada berita bahwa pernah pasang surut, sehingga ada orang dapat menyeberang di tempat itu, atau pasang naik sehingga ada orang terbenam. Hendaknya kalau yang ingkar dari mukjizat itu hendak mempertahankan pendirian demikian, seyogianyalah mereka mengadakan suatu ekspedisi ilmiah ke tempat itu. Tetapi kalau ekspedisi itu ada, niscaya mereka akan pulang dengan pengakuan akan adanya mu'jizat juga.
Sebab menurut ilmu pengetahuan, hanyutnya atau pasir dibawa air hujan ke laut, menyebabkan kian lama kian dangkalnya pinggir laut, tegasnya kian dangkallah sekarang Lautan Qulzum itu dibandingkan dengan 4.000 tahun yang lalu. Namun demikian, belum pernah kita mendengar bahwa di jaman sekarang ada pasang surut, yang menyebabkan di tempat penyeberangan Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil itu dapat dilalui orang ketika pasang surut itu.
Kamu memang mulia, sebab kamu manusia. Tetapi kamu telah dihinakan oleh Fir'aun dan kaumnya, tidak dianggap sebagai manusia lagi. Maka dibangkitkan Tuhan kamu daripada kehinaan itu. Diutus Tuhan Musa a.s. dan dibantu oleh Harun a.s., dari kalangan kaummu sendiri. Ingatlah itu !
وَ إِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ
"Dan (ingatlah) tatkala Kami belahkan lautan untuk kamu. " (pangkal ayat 50).
Yaitu tatkala telah berpuluh tahun Musa a.s. dan Harun a.s., Utusan Kami berjuang membangkitkan kamu dari dalam lembah kehinaan dan perbudakan, dan ingin membawa kamu ke tanah pusaka nenek-moyang kamu yang kaya dengan susu dan madu, Fir'aun menahan kamu tidak boleh pergi, karena kalau kamu pergi Fir'aun kehilangan 600.000 manusia yang telah diperbudak dan diperas tenaganya. Lalu dengan bimbingan Utusan Kami, Musa a.s. dan Harun a. s. kamu tinggalkan negeri itu, tetapi terhalang oleh laut.
Maka laut itupun Kami belah supaya kamu 12 suku Bani Israil selamat sampai ke seberang.
فَأَنجَيْنَاكُمْ وَ أَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَ أَنتُمْ تَنْظُرُوْنَ
"Maka Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan kaum Fir'aun, padahal kamu melihat sendiri. "[ ujung ayat 50).
Janganlah kamu salah mengartikan ini. Kamu diseberangkan dengan selamat, bukan karena kamu orang istimewa, tetapi karena telah 400 tahun kamu dihinakan. Alangkah besarnya pertolongan Tuhan kepada kamu. Sampai lautan dibelah dan kamu dapat berjalan selamat di dasar laut itu. Ketika kamu menyeberangi itu, bersibak laut jadi dua, laksana gunung yang besar layaknya. Suatu hal yang cuma sekali terjadi selama dunia berkembang.
Selamat kamu sampai ke seberang. Tetapi kamu dikejar oleh Fir'aun dan tentaranya; mereka tempuh jalan yang hanya dibukakan Tuhan buat kamu. Setelah mereka sampai dipertengahan laut, lautan Kami pertemukan kembali, dan merekapun tenggelam di dalamnya. Kamu sendiri melihat kejadian itu dengan mata kepalamu sendiri dari seberang, dari tempat yang kamu telah sampai ke sana dengan selamat.
Apa yang patut kamu lakukan terhadap Tuhan lantaran pertolongan itu ? Dari bangsa budak kamu telah dimerdekakan? Bukankah sudah patut kamu bersyukur selalu bila mengingat hal itu? Dan tidak patut kamu menyombong bertinggi hati, dan tidak patut kamu bersikap angkuh menerima kedatangan Utusan Tuhan, sedang kaji yang dibawanya adalah menggenapkan kaji yang diajarkan kepada kamu juga.
Allah membelah laut sebagai mu'jizat di jaman Musa a.s., bukanlah suatu dongeng. Tetapi disaksikan oleh 600.000 orang pengungsi Bani Israil. Disaksikan pula oleh sisa yang tinggal dari kaum Fir'aun yang tinggal di Mesir, dan menjadi kenangan dari bangsa bangsa sekeliling lautan Qulzum itu masa demi masa.
Sehingga manusia-manusia yang tidak percaya kepada mu'jizat kekuasaan Allah, ada yang mencoba mengatakan bahwa hal itu bukanlah Mukjizat, tetapi "pasang turun - pasang naik".
Ketika Bani Israil menyeberang 600.000 orang, pasang sedang surut, dan setelah Fir'aun dan tentaranya masuk kesana pasangpun naik. Padahal sampai sekarang Lautan Qulzum tempat penyeberangan Musa a. s. dan Bani Israil itu masih ada> sudah 4.000 tahun lebih kejadian yang hebat itu terjadi, belumlah ada berita bahwa pernah pasang surut, sehingga ada orang dapat menyeberang di tempat itu, atau pasang naik sehingga ada orang terbenam. Hendaknya kalau yang ingkar dari mukjizat itu hendak mempertahankan pendirian demikian, seyogianyalah mereka mengadakan suatu ekspedisi ilmiah ke tempat itu. Tetapi kalau ekspedisi itu ada, niscaya mereka akan pulang dengan pengakuan akan adanya mu'jizat juga.
Sebab menurut ilmu pengetahuan, hanyutnya atau pasir dibawa air hujan ke laut, menyebabkan kian lama kian dangkalnya pinggir laut, tegasnya kian dangkallah sekarang Lautan Qulzum itu dibandingkan dengan 4.000 tahun yang lalu. Namun demikian, belum pernah kita mendengar bahwa di jaman sekarang ada pasang surut, yang menyebabkan di tempat penyeberangan Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil itu dapat dilalui orang ketika pasang surut itu.
Referensi :
http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_47-50.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar