bagian-1
Keutamaan Ayat Kursi
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ
سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ
ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ
إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا
يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
”Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat
memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya Allah mengetahui apa-apa
yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS.
Al-Baqarah: 255)
Ayat ke 255 dari surat al-Baqarah ini dikenal dengan ayat al-Kursi,
karena di dalamnya disebutkan tentang Kursi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ayat ini memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam dan ia juga memiliki
keutamaan-keutamaan yang banyak. Banyak hadits, baik yang shahih maupun
hasan yang menjelaskan tentang keutamaan ayat yang mulia ini. Di antara
keutamaan-keutamaan ayat yang mulai ini adalah sebagai berikut :
Ayat Kursi adalah Benteng Bagi Pembacanya
Imam Al-Bukhari rahimahullah dalam kitab Shahihnya meriwayatkan
hadits dengan sanadnya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau
berkata :
وَكَّلَنِى النَّبِىّ، عليه السَّلام، بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ،
فَأَتَانِى آتٍ، فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ، وَقُلْتُ:
وَاللَّهِ لأرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ،
قَالَ: إِنِّى مُحْتَاجٌ ولىَّ عِيَالٌ، وَبِى حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ، قَالَ:
فَخَلَّيْتُ عَنْهُ، فأَصْبَحتُ، النَّبىُّ فقال: « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ،
مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » ؟ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ
سَبِيلَهُ، قَالَ: « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ، وَسَيَعُودُ » ،
فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه
وسلم – إِنَّهُ سَيَعُودُ، فَرَصَدْتُهُ، فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ،
فَأَخَذْتُهُ، فَقُلْتُ: لاَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله
عليه وسلم – ، قَالَ: دَعْنِى فَإِنِّى مُحْتَاجٌ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ
أَعُودُ، فَرَحِمْتُهُ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِى
النَّبىِّ: « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ؟ » قُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً، فَرَحِمْتُهُ،
فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، قَالَ: « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ، وَسَيَعُودُ
»، فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ، فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ،
فَأَخَذْتُهُ، فَقُلْتُ: لاَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَهَذَا
آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ تزعم أَنَّكَ لاَ تَعُودُ، ثُمَّ تَعُودُ، قَالَ:
دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا، قُلْتُ: مَا
هِىَ؟ قَالَ: إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ
الْكُرْسِىِّ، )) الله لا إله إلا هو الحي القيوم(( حتى تختم الآية،
فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ، وَلاَ
يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ
فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِى النَّبىِّ عَلَيِه السَّلاَم: « مَا فَعَلَ
أَسِيرُكَ » ؟ قُلْتُ: زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ يَنْفَعُنِى
اللَّهُ بِهَا، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى
الْخَيْرِ، وحكيت له القول، فَقَالَ النَّبىُّ – صلى الله عليه وسلم – : «
أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ، وَهُوَ كَذُوبٌ تعلم من تخاطب منذ ثلاث ليال
يا أبا هريرة). قال: لا، قال: « ذَاكَ شَيْطَانٌ » .
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewakilkan kepadaku
(menugaskanku) untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat Fithri), lalu ada
yang mendatangiku (untuk mencuri). Kemudian mulailah ia mengambil
makanan dengan kedua telapak tangannya, maka aku tangkap dia dan aku
berkata:”Demi Allah, sungguh akan aku laporkan engkau kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.” Ia berkata”Sesungguhnya aku memiliki
kelurga yang harus dinafkahi dan aku juga memiliki hajat (kebutuhan)
yang mendesak.” Abu Hurairah berkata:”Maka aku melepaskannya.” Ketika
waktu pagi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku:”Wahai Abu
Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?” Abu Hurairah berkata,
aku menjawab:”Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia
mengadukan tentang kebutuhannya yang mendesak, dan keluarganya yang
harus dinafkahi, lalu aku kasihan kepadanya dan aku lepaskan dia.”
Beliau berkata:i]”Sesungguhnya ia telah membohongimu dan ia akan
kembali.” Maka akupun mengetahui kalau ia (pencuri itu) akan datang
kembali berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia
akan kembali. Maka aku mengawasinya (mengintainya). Lalu datanglah
pencuri itu mengambil makanan. Lalu aku menangkapnya dan berkata
kepadanya:”Sungguh aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.” Ia berkata”Lepaskan aku, Sesungguhnya aku ini butuh
(makanan), dan aku memiliki kelurga yang harus dinafkahi. Aku tidak akan
kembali lagi.” Maka akupun kasihan kepadanya dan melepaskannya. Maka di
waktu pagi hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata
kepadaku:”Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu semalam?” Abu
Hurairah berkata, aku menjawab:”Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, ia mengadukan tentang kebutuhannya yang mendesak, dan
keluarganya yang harus dinafkahi, lalu aku kasihan kepadanya dan aku
lepaskan dia.” Beliau berkata:”Sesungguhnya ia telah membohongimu dan ia
akan kembali.” Maka akupun mengintainya untuk ketiga kalinya, lalu ia
datang kembali mengambil makanan, lalu akupun menangkapnya dan aku
berkata:”Sungguh aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Dan ini adalah yang ketiga kalinya engkau berkata
untuk tidak akan kembali (mengulangi mencuri), namun engkaupun kembali.”
Ia pun berkata:”Biarkanlah aku mengajarimu dengan suatu kalimat, yang
dengannya Allah memberikan manfaat kepadamu?” Aku pun berkata:”Apa itu?”
Ia berkata:”Jika engkau hendak tidur, bacalah ayat Kursi, (Allah, tiada
Ilah selain Dia Yang Mahahidup dan Maha Berdiri sendiri) sampai akhir
ayat, maka senantiasa engkau berada dalam lindungan Allah, setan tidak
akan mendekatimu (untuk menganggu) sampai waktu pagi.” Maka aku pun
melepaskan dia. Memasuki waktu pagi hari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam berkata kepadaku:”Apa yang dilakukan tawananmu?” Aku
menjawab:”Ia mengira bahwa ia telah mengajariku dengan suatu kalimat,
yang dengannya Allah memberikan manfaat kepadaku maka aku pun
melepaskannya.” –Dan mereka (para Shahabat) adalah orang yang paling
antusias terhadap kebaikan dan aku sampaikan kisah itu kepadanya- Maka
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya ia telah jujur
kepadamu, padahal dia adalah sangat pendusta, tahukah engkau, siapa yang
sengkau ajak bicara semenjak tiga malam yang lalu wahai Abu Hurairah?”
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:”Tidak tahu.” Beliau shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab:”Itu adalah setan.”
Hadits ini dirwayatkan oleh Imamal-Bukhari dalam Shahihnya, kitab
al-Wakalah, bab 10 Idza Wakkala Rajulan Fataraka al-Wakiilu Syai’an fa
Ajaazahu al-Muwakkil Fahuwa Ja’izun hadits no.2311, Fathul Bari 4/568
diriwayatkan pula dalam Shahihnya kitab Bad’il Khalqi, bab Shifatul
Iblis wa Junudihi no. 3275 (6/386).
Kisah serupa juga terjadi pada Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,
hadits ini diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani rahimahullah dari gurunya
(Syaikhnya), Yahya bin ‘Utsman bin Shalih dengan sanadnya (bersambung)
sampai ke Buraidah rahimahullah, sebagaimana yang tercantum dalam
al-Mu’jam al-Kabir, yang teksnya sebagai berikut:
عن بريدة قَالَ: بَلَغَنِي أَنَّ مُعَاذَ بن جَبَلٍ، أَخَذَ
الشَّيْطَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَأَتَيْتُهُ، فَقُلْتُ: بَلَغَنِي أَنَّكَ أَخَذْتَ
الشَّيْطَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَقَالَ: نَعَمْ، ضَمَّ إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَمْرَ الصَّدَقَةِ، فَجَعَلْتُهُ فِي غُرْفَةٍ لِي،
فَكُنْتُ أَجِدُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ نُقْصَانًا، فَشَكَوْتُ ذَلِكَ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لِي:”هُوَ
عَمِلُ الشَّيْطَانِ، فَارْصُدْهُ”، فَرَصَدْتُهُ لَيْلا، فَلَمَّا ذَهَبَ
هَوِيٌّ مِنَ اللَّيْلِ أَقْبَلَ عَلَى صُورَةِ الْفِيلِ، فَلَمَّا
انْتَهَى إِلَى الْبَابِ دَخَلَ مِنْ خَلَلِ الْبَابِ عَلَى غَيْرِ
صُورَتِهِ، فَدَنَا مِنَ التَّمْرِ، فَجَعَلَ يَلْتَقِمُهُ، فَشَدَدْتُ
عَلِيَّ ثِيَابِي فَتَوَسَّطتُّهُ، فَقُلْتُ: أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا
اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ يَا عَدُوَّ اللَّهِ،
وَثَبْتَ إِلَى تَمْرِ الصَّدَقَةِ، فَأَخَذْتَهُ، وَكَانُوا أَحَقَّ بِهِ
مِنْكَ، لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَيَفْضَحَكَ، فَعَاهَدَنِي أَنْ لا يَعُودَ، فَغَدَوْتُ عَلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لِي:”مَا
فَعَلَ أَسِيرُكَ؟”قُلْتُ: عَاهَدَنِي أَنْ لا يَعُودَ، قَالَ:”إِنَّهُ
عَائِدٌ فَارْصُدْهُ”، فَرَصَدْتُهُ اللَّيْلَةَ الثَّانِيَةَ، فَصَنَعَ
مِثْلَ ذَلِكَ وَصَنَعَتُ مِثْلَ ذَلِكَ، وَعَاهَدَنِي أَنْ لا يَعُودَ،
فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، ثُمَّ غَدَوْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لأُخْبِرَهُ، فَإِذَا مُنَادِيهِ يُنَادِي:
أَيْنَ مُعَاذٌ؟ فَقَالَ لِي:”يَا مُعَاذُ مَا فَعَلَ
أَسِيرُكَ؟”فَأَخْبَرْتُهُ، فَقَالَ:”إِنَّهُ عَائِدٌ فَارْصُدْهُ”،
فَرَصَدْتُهُ اللَّيْلَةَ الثَّالِثَةَ، فَصَنَعَ مِثْلَ ذَلِكَ،
وَصَنَعَتُ بِهِ مِثْلَ ذَلِكَ، وَقُلْتُ: يَا عَدُوَّ اللَّهِ،
عَاهَدْتَنِي مَرَّتَيْنِ، وَهَذِهِ الثَّالِثَةُ، لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ، فَيَفْضَحَكَ، فَقَالَ: إِنِّي شَيْطَانٌ ذُو عِيَالٌ،
وَمَا أَتَيْتُكَ إِلا مِنْ نَصِيبِينَ، وَلَوْ أَصَبْتُ شَيْئًا دُونَهُ
مَا أَتَيْتُكَ، وَلَقَدْ كُنَّا فِي مَدِينَتِكُمْ هَذِهِ حَتَّى بُعِثَ
صَاحِبُكُمْ، فَلَمَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِ آيَتَانِ أَنْفَرَتَنَا مِنْهَا،
فَوَقَعْنَا بنصِيبِينَ، لا تُقْرَآنِ فِي بَيْتٍ إِلا لَمْ يَلِجْ فِيهِ
الشَّيْطَانُ ثَلاثًا، فَإِنْ خَلَّيْتَ سَبِيلِي عَلَّمْتَكَهُمَا،
قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: آيَةُ الْكُرْسِيِّ، وَآخَرُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ
مِنْ قَوْلِهِ:”آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ”[البقرة آية 285] إِلَى
آخِرِهَا، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ، ثُمَّ غَدَوْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لأُخْبِرَهُ، فَإِذَا مُنَادِيهِ
يُنَادِي:”أَيْنَ مُعَاذُ بن جَبَلٍ؟”فَلَمَّا دَخَلْتُ عَلَيْهِ قَالَ
لِي:”مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ؟”فَقُلْتُ: عَاهَدَنِي أَنْ لا يَعُودَ،
فَأَخْبَرْتُهُ بِمَا قَالَ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:”صَدَقَ الْخَبِيثُ وَهُوَ كَذُوبٌ، قَالَ: فَكُنْتُ
اقْرَأُهُمَا عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ فَلا أَجِدُ فِيهِ نُقْصَانًا”
Dari Buraidah berkata, telah sampai (kabar) kepadaku bahwa Mu’adz bin
Jabal radhiyallahu ‘anhu menangkap setan pada zaman Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka aku pun mendatanginya, lalu aku
berkata:”Telah sampai kepadaku kabar bahwa engkau pernah menangkap setan
di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” Mu’adz radhiyallahu
‘anhu menjawab:”Benar. Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengumpulkan kurma zakat kepadaku, maka akupun menempatkannya
(menyimpannya) di kamarku. Namun aku mendapati kurma itu berkurang
setiap hari. Lalu aku pun mengadukan hal itu kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata kepadaku:”Itu adalah perbuatan (ulah) setan.” Lalu aku pun
mengintainya pada malam harinya. Ketika sebagian malam telah berlalu,
datanglah ia (pencuri) dalam bentuk gajah. Ketika ia sampai di pintu, ia
masuk lewat celah pintu dalam bentuk yang berbeda dengan bentuk yang
semula. Lalu ia mendekati kurma dan mulai memakannya. Maka aku pun
mengencangkan bagian atas bajuku, dan menjadikannya di tengah-tengah
badanku. Maka aku berkata:”Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaahu wa Anna
Muhammadan ‘Abduhu wa Rasuuluhu, wahai Musuh Allah!, Engkau melompat ke
atas kurma zakat, lalu engkau mengambilnya. Padahal mereka (orang-orang
berhak menerima zakat) lebih berhak darimu. Sungguh aku akan
melaporkanmu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau
membongkar kedokmu.” Lalu ia pun berjanji kepadaku untuk tidak
mengulanginya. Maka pagi harinya aku mendatangi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, lalu beliau berkata kepadaku:”Apa yang dilakukan
tawananmu semalam?” Aku berkata:”Ia berjanji kepadaku untuk tidak
kembali lagi.” Nabi berkata:”Ia akan kembali lagi, maka intailah dia.”
Maka aku pun mengintainya pada malam kedua, maka ia pun melakukan
perbuatan yang sama, dan ia pun berjanji kepadaku tidak akan kembali,
maka akupun melepaskannya. Kemudian di pagi hari aku mendatangi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengabarkan hal tersebut,
ternyata penyeru beliau memanggil:”Di mana Mu’adz?” Maka beliau bekata
kepadaku:”Apa yang diperbuat oleh tawananmu?” Maka aku pun
mengabarkannya kepada beliau. Beliau berkata:”Ia akan kembali lagi, maka
intailah dia.” Maka aku pun mengintainya pada malam ketiga, maka ia pun
melakukan perberbuatan yang sama. Maka aku pun berbuat yang sama. Dan
aku berkata:”Wahai musuh Allah, engkau telah berjanji kepadaku dua kali,
dan ini yang ketiga, sungguh aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau membongkar kedokmu.” Maka ia
pun berkata:”Aku adalah setan yang memiliki kelurga yang harus
dinafkahi, dan tidaklah aku mendatangimu kecuali dari setan-setan yang
kesusahan (dalam nafkah). Seandainya aku bisa mendapatkan makanan dari
selain ini, maka tidak akan mendatangimu. Kami dari dulu tinggal di
kotamu ini hingga diutuslah Shahabat kalian (maksudnya Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam-ed. Ketika diwahyukan kepadanya dua ayat,
kalian membuat kami lari dari kota ini, maka terjatuhlah kami ke dalam
kesusahan. Tidaklah kedua ayat ini dibaca di sebuah rumah melainkah
setan tidak akan masuk ke dalamnya tiga kali. Maka jika engkau
melepaskan aku, niscaya aku akan mengajarkannya kepadamu.” Aku
berkata:”Ya.” Ia menjawab:”Ayat kursi dan akhir surat al-Baqarah yaitu
firman Allah:”آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ”[البقرة آية 285] sampai
akhir ayat.” Maka aku pun melepaskannya. Kemudian di pagi hari aku
mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengabarkan hal
tersebut, ternyata penyeru beliau memanggil:”Di mana Mu’adz?” Maka
ketika aku masuk ke rumah beliau, beliau bekata kepadaku:”Apa yang
diperbuat oleh tawananmu?” Aku menjawab:”Ia berjanji kepadaku bahwa ia
tidak akan kembali lagi. Lalu aku kabarkan kepada beliau apa yang
dikatakan oleh setan itu” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
berkata kepadaku:”Si buruk itu telah jujur, padahal ia adalah sang
pendusta.” Mu’adz berkata:”Maka aku membaca keduanya setelah itu, dan
aku tidak mendapati lagi kekurangan pada kurma zakat tersebut.”
Hadits di atas diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani rahimahullah dalam
al-Mu’jam al-Kabir, dan dibawakan juga oleh al-Haitsami rahimahullah
dalam Majma’uz Zawa’id, dan beliau (al-Haitsami rahimahullah)
berkata:”Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari syaikhnya Yahya bin ‘Utsman
bin Shalih dan ia adalah perawi yang shaduq Insya Allah, sebagaimana
dikatakan oleh Imam adz-Dzahabi dan Ibnu Abi Hatim dan mereka telah
memperbincangkannya. Dan perawi-perawi yang lain dinyatakan tsiqah oleh
mereka.”
Sebenarnya masih ada beberapa hadits yang menceritakan kejadian yang
mirip dengan dua kejadian di atas. Dia antaranya adalah kejadian yang
menimpa Abu Usaid as-Sa’idi al-Khazraji radhiyallahu ‘anhu sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani rahimahullah dalam al-Mu’jam
al-Kabir, dan dibawakan juga oleh al-Haitsami rahimahullah dalam
Majma’uz Zawa’id, dan beliau (al-Haitsami rahimahullah)
berkata:”Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan para perawinya tsiqah
(kredibel) seluruhnya, namun sebagian mereka ada yang lemah.”
Demikian juga kejadian yang dikisahkah oleh anak Ubay bin Ka’ab
radhiyallahu ‘anhu dari bapaknya, bahwasanya beliau kedatangan jin yang
berbentuk binatang melata seukuran anak remaja yang memiliki tangan dan
berbulu seperti tangan dan bulu anjing, yang pada akhirnya makhluk
tersebut mengajarkan kepada Ubay radhiyallahu ‘anhu cara untuk
melindungi diri dari gangguan jun, yaitu dengan membaca ayat Kursi pada
pagi dan sore hari. Kisah tersebut diriwayatkan oleh Imam an-Nasa’i
dalam as-Sunan al-Kubra, hadits no.(10797), Imam ath-Thabrani
rahimahullah al-Mu’jam al-Kabir hadits no.(542), Imam al-Haitsami
rahimahullah dalam Majma’uz Zawa’id dan dinyatakan shahih oleh Syaikh
al-Albani rahimahullah dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib hadits
no.(662)
Demikian juga kejadian yang menimpa Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu
‘anhu. Kisah tersebut diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi rahimahullah
dalam Sunan-nya hadits no.(2880), Imam ath-Thahawi rahimahullah dalam
Musykilatul Atsar hadits no.(666), Ibnul Atsir dalam Jami’ul Ushul min
Ahaditsi Rasul, hadits no.(6250) dan dinyatakan shahih lighairihi oleh
Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib hadits no.(1469).
Maka dari sekumpulan hadits-hadits yang lalu, jelaslah bagi kita
salah satu sisi dari beberapa sisi keagungan ayat yang mulia ini. Ayat
ini akan menjadi benteng yang kuat bagi pembacanya, dan ia juga
pemelihara keamanan untuk rumah yang dibacakan di dalamnya, setan tidak
akan memasukinya. Oleh karena itu, hendaknya setiap muslim mebiasakan
diri mebacanya pada pagi dan sore hari, dan ketika hendak tidur, supaya
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Malaikat untuk menjaganya pada
pagi dan sore hari, pada waktu tidur.
Ayat Kursi Ayat Yang Paling Agung Dalam Al-Qur’anHal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah dalam Shahihnya dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يا أبا المنذر: أتدرى أى آية من كتاب الله أعظم؟ قال : قلت : الله
ورسوله أعلم ، قال يا أبا المنذر أتدرى أى آية من كتاب الله معك أعظم ؟ قال
قلت (الله لا إله إلا هو الحى القيوم ) قال فضرب بصدرى وقال والله ليهنك
العلم أبا المنذر
”Wahai Abul Mundzir, tahukah kamu ayat apakah yang paling agung dalam
Kitabullah (al-Qur’an)? Aku berkata:”Allah dan Rasul-Nya yang lebih
tahu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata lagi:”Wahai Abul
Mundzir, tahukah kamu ayat apakah yang ada padamu dari Kitabullah
(al-Qur’an) yang paling agung?” Ubay menjawab:”Aku katakan:”(الله لا إله
إلا هو الحى القيوم ) ”Ubay berkata lagi:” lalu Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam menepuk dadaku dan berkata:”Semoga ilmu menyenangkanmu (Do’a
dari Nabi semoga Ubay mudah mendapatkan ilmu).”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, kitab
Shalatul Musafirin bab Fadhlu Shuratil Kahfi wa Aayatil Kursi hadits no.
810 shahih Muslim dengan tahqiq Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi 1/556, Shahih
Muslim bi Syarh an-Nawawi 6/96, al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman,
al-Hakim dalam al-Mustadrak, Imam Ahmad dalam Musnad, Abu ‘Awanah dalam
al-Mustakhraj dan lain-lain.
Terkandung Dalam Ayat Kursi Nama Allah Yang Paling Agung
Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan dari Asma bintu Yazid
radhiyallahu ‘anha, ia berkata:”Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda tentang kedua ayat ini: الم اللّهُ لاَ إِلَـهَ
إِلاَّ هُوَالْحَيُّ الْقَيُّوم (Ali Imran ayat 1-2)dan اللّهُ لاَ
إِلَـهَ إِلاَّ هُوَالْحَيُّ الْقَيُّوم (ayat Kursi)
إن فيهما اسم الله الأعظم .
”Sesungguhnya dalam kedua ayat ini ada nama Allah yang paling agung.”
(HR. Imam Ahmad rahimahullah dalam Musnad, namun sanad didha’ifkan oleh
Syaikh Syu’aib al-Arna’uth rahimahullah)
Syaikh Ahmad bin ‘Abdurrahman al-Bana as-Sa’ati rahimahullah dalam
al-Fathu ar-Rabbani berkata:”Diambil faidah dari hadits ini bahwa nama
Allah yang paling agung adalah اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَالْحَيُّ
الْقَيُّوم .”
Imam al-Hakimrahimahullah dalam al-Mustdrak meriwayatkan dengan
sanadnya dari al-Qasim bin ‘Abdurrahman dari Abi Umamah radhiyallahu
‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
( إن اسم الله الأعظم لفي ثلاث سور : سورة البقرة وآل عمران وطه )
Sesungguhnya nama Allah yang paling agung ada di dalam tiga surat al-Qur’an; al-Baqarah, Ali-’Imraan dan Thaha.”
Al-Qasim rahimahullah berkata:”Lalu aku mencarinya, maka aku mendapatinya di surat al-Baqarah ayat Kursi
اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُو الْحَيُّ الْقَيُّوم
”Allah tidak ada Ilah yang hak melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).” (QS. Al-Baqarah: 255)
Dan di surat Ali-‘Imraan, firman Allah:
الم اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُو الْحَيُّ الْقَيُّوم ;
”Alif laam miim. Allah, tidak ada Ilah (yang berhak disembah)
melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus
makhluk-Nya.”(QS. Ali-‘Imraan: 1-2)
Dan di surat Thaha, firman Allah:
وَعَنَتِ الْوُجُوهُ لِلْحَيِّ الْقَيُّومِ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا
”Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Yang Hidup
Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah
merugilah orang yang telah melakukan kezaliman.”(QS. Thaha: 111)
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak ‘Ala
Ash-Shahihain hadits no. 1866, dan juga hadits yang semakna diriwayatkan
oleh ath-Thahawi dalam Musykilatul Atsar.
Ayat Kursi Adalah Penghulu Ayat-ayat Yang Ada Dalam Al-Qur’an
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:”Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda:
لكل شيئ سنام وسنام القرآن سورة البقرة وفيها آية هي سيدة آي القرآن ، هي آية الكرسي ).
Segala sesuatu memiliki puncak dan puncaknya al-Qur’an adalah surat al-Baqarah
dan di dalamnya ada ayat yang ia adalah penghulu ayat-ayat yang ada dalam al-Quran;
yaitu ayat Kursi.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak, Musnad a-Humaidi
no. 994 dan ‘Abdurrazak dalam Mushannaf no. 6019
Pembaca Ayat Kursi Setiap Selesai Shalat Termasuk Ahli Surga
Imam ath-Thabrani, an-Nasaa’i, Ibnu Hibban, Ibnu Sunni rahimahumullahdan lainnya meriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
من قرأ آية الكرسي دبر كل صلاة مكتوبة لم يمنعه من دخول الجنة إلا أن يموت )
”Barang siapa membaca ayat Kursi setiap selesai shalat wajib, niscaya tidak ada yang menghalangi dia masuk Surga selain kematian.”
Hadits ini dibawakan pula oleh Imam a-Suyuthi rahimahullah di dalam Jami’il Ahadits dan dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahih al-Jami’i ash-Shaghir hadits no. 6464
Refrensi :
Diringkas dan diterjemahkan dari المنهل القدسي في فضائل آية الكرسي , karya Ahmad Muhammad asy-Syarqawi.
http://islamicenterponorogo.wordpress.com/2011/07/30/tafsir-ayat-kursi-ayat-255-surat-al-baqarah-bagian-1-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar