بسم
الله الر حمن الرحيم
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ إِنَّ
اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن
(153)
Wahai orang-orang
yang beriman! Mohonlah
pertolongan dengan sabar dan
shalat; sesung-guhnya Allah adalah beserta
orang-orang
yang sabar.
وَلاَ
تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُقْتَلُ فِيْ سَبيْلِ اللهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَ
لَكِنْ لاَّ تَشْعُرُوْن
(154)
Dan janganlah kamu katakan terhadap orang yang
terbunuh di jalan Allah bahwa mereka mati. Bahkan mereka hidup, akan tetapi
kamu tidak merasa.
وَ
لَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَ الْجُوْعِ وَ نَقْصٍ مِّنَ
الْأَمَوَالِ وَ الْأنْفُسِ وَ الثَّمَرَاتِ وَ بَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ
(155)
Dan sesungguhnya akan Kami beri kamu percobaan dengan
sesuatu dari ketakutan dan kelaparan dan kekurangan dari harta benda dan
jiwa-jiwa dan buah buahan; dan berilah khabar yangmenyukakan kepada orang
yang sabar.
اَلَّذِيْنَ
إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا ِللهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُوْنَ
(156)
(Yaitu) orang-orang yang apabila menimpa kepada mereka
suatu musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kita ini dari Allah, dan
sesungguhnya kepadaNyalah kita semua akan kembali.
أُولَئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَ رَحْمَةٌ وَ أُولَئِكَ هُمُ
الْمُهْتَدُوْنَ
(157)
Mereka itu, akan dikurniakan atas mereka
anugerah-anugerah dari Tuhan mereka dan rahmat, dan mereka itulah
orang-orang yang akan mendapat petunjuk.
Menghadapi
Percobaan Hidup
Pada
ayat-ayat yang di atas telah dijanjikan Tuhan bahwa nikmat itu akan
terus-menerus disempurnakan, Nikmat pertama dan utama ialah diutusnya
Rasulullah s.a w. menjadi Rasul Beliaulah yang akan memimpin perjuangan
selanjutnya. Sebab itu tetaplah mengingat Allah supaya Allah ingat pula akan
kamu dan syukurilah nikmatNya, jangan kembali kepada kufur, yaitu melupakan
jasa dan tidak mengingat budi
Dengan
perubahan kiblat setelah berasa di Madinah 16 atau 17 bulan kamu telah
dibawa melangkah lebih maju Akhirnya kelak kemenangan yang gilang-gemilang
akan diberikan Tuhan kepada kamu. Tetapi adalah satu syarat utama yang wajib
kamu penuhi. Sebab perobahan-perobahan besar dan kejadian yang akan
diberikan Tuhan kelak kepadamu itu bukanlah terletak di atas talam, perak,
lalu dihidangkan saja kepadamu. Melainkan amat bergantung kepada usaha dan
semangat kegiatanmu sendiri. Maka peristiwa-peristiwa yang dahsyat akan
bertemulah oleh kamu dalam Shirathal Mustaqim yang kamu lalui itu. Syarat
utama itu ialah :
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ إِنَّ
اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن
"Wahai orang-orang yang beriman ! Mohonlah pertolongan
dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
(ayat 153).
Maksud ini
adalah maksud yang besar. Suatu cita-cita yang tinggi. Menegakkan kalimat
Allah, memancarkan tonggak Tauhid dalam alam. Membanteras perhambaan diri
kepada yang selain Allah. Apabila langkah ini telah dimulai, halangannya
pasti banyak, jalannya pasti sukar. Bertambah mulia dan tinggi yang dituju,
bertambah sukarlah dihadapi. Oleh sebab itu dia meminta semangat baja, hati
yang teguh dan pengorbanan-pengorbanan yang tidak mengenal lelah. Betapapun
mulianya cita-cita, kalau hati tidak teguh dan tidak ada ketahanan, tidaklah
maksud akan tercapai. Nabi-nabi yang dahulu daripada Muhammad s.a.w:
semuanya telah menempuh jalan itu dan semuanya menghadapi kesulitan.
Kemenangan
mereka hanya pada kesabaran. Maka kamu orang yang telah menyatakan iman
kepada Muhammad wajiblah sabar, sabar menderita, sabar menunggu hasilnya apa
yang dicita-citakan. Jangan gelisah tetapi hendaklah tekap hati.
Sampai
seratus satu kali kalimat sabar tersebut dalam al-Quran. Hanya dengan sabar
orang dapat mencapai apa yang dimaksud. Hanya dengan sabar orang bisa
mencapai derajat Iman dalam perjuangan. Hanya dengan sabar menyampaikan
nasihat kepada orang yang lalai. Hanya dengan sabar kebenaran dapat
ditegakkan.
Lebih 25
tahun Ya'kub sabar menunggu pulang anaknya yang hilang, sampai berputih mata;
akhirnya anaknya Yusuf kembali juga. Tujuh tahun Yusuf menderita penjara
karena fitnah; dengan sabarnya dia jalani nasibnya; akhirnya dia dipanggil
buat menjadi Menteri Besar.
Bertahun
Ayub menderita penyakit , sehingga tersisih dari anak isteri; akhirnya
penyakitnya disembuhkan Tuhan dan setelah pulang ke rumah didapatinya anak
yang 10 telah menjadi20, karena semua sudah kawin dan sudah beranak pula.
Ibrahim dapat menyempurnakan kalimat-kalimat ujian Tuhan karena sabar.
Demikianlah Musa dengan Bani-Israil. Ismail membangun angkatan Arab yang
baru. Isa Almasih dengan Hawariyin semuanya dengan sabar.
Ada Nabi
yang nyaris kena hukuman karena tidak sabar; yaitu Nabi Yunus.
Ditinggalkannya kaumnya karena seruannya tidak diperdulikan. Maka buat
melatih jiwa dia ditakdirkan masuk perut ikan beberapa hari lamanya. Tetapi
keluar dari sana dia membangun diri lagi dengan kesabaran.
Sebab itu
sabarlah perbentengan diri yang amat teguh.
Sabar memang
berat dan sabar memanglah tidak terasa apa faedahnya jlka bahaya dan
kesulitan belum datang. Apabila datang suatu marabahaya atau
suatu musibah dengan tiba-tiba,
dengan tidak disangka-sangka, memang timbullah perjuangan dalam batin.
Perjuangan yang amat hebat. Tarik menarik di antara kegelisahan dengan
ketenangan.
Kita gelisah, namun hati kecil
kita sendiri tidaklah senang akan kegelisahan itu. Suatu waktu orang yang
belum juga menang ketenangannya atas kegelisahannya bisa jadi memandang
gelap hidup ini, sehingga dari sangat gelapnya mau rasanya mati saja.
Mungkin dengan mati kesulitan itu akan habis, lalu dia membunuh diri.
Seseorang yang tengah diperiksa
polisi karena suatu tuduhan kejahatan, padahal dia merasa tidak bersalah,
ada yang silap sehingga dia ingin hendak membunuh diri. Katanya setelah saya
mati nanti, mereka akan dapat membuktikan juga bahwa saya tidak salah dalam
hal ini. Lantaran itu dalam sangatnya pemeriksaan itu, polisi menjaga
benar-benar supaya barang-barang yang tajam, sampai pisau silet penculcur
janggut, dijauhkan daripadanya.
Sudah kita katakan, hati kecil
yang di dalam tidaklah suka akan kegelisahan itu. Maka hati kecil yang di
dalam itulah yang harus ditenangkan. Sebab itu dalam saat yang demikian
sabar tadi tidak boleh dipisahkan dengan
shalat!
Ingat Tuhan! Hati kecil
yang telah dikepung oleh kegelisahan dan kekacauan itu harus dibebaskan dari
kepungan itu. Lepaskan dia menghadap Tuhan;
Allahu Akbar!
Allah Maha Besar !
Mengapa aku mesti gelisah? Padahal
buruk clan baik adalah giiiran masa yang pasti atas diriku, bukankah dahulu
dari ini aku disenangkanNya? mengapa aku demikian bodoh, sampai
terangan-angan dalam perasaan hendak mem bunuh diri? Bukankah dengan
membunuh diri keadaanku di akhirat, di seberang maut itu, akan lebih lagi
menghadapi kemurkaan Tuhan?
Allahu Akbar!
Allah Maha Besar!
Segala urusan dunia ini adalah
kecil belaka. Kesulitan yang aku hadapipun soal kecil saja bagi Tuhan,
akupun akan memandangnya kesulitan yang kecil saja. Aku memandangnya soal
besar, sebab aku tidak insaf bahwa jiwaku kecil. Aku gelisah lantaran
kesulitan. Aku mesti mencari di mana sebabnya, kemudian ketahuanlah
sebabnya. Yaitu ada sesuatu selain Allah yang mengikat hatiku. Mungkin
hartabenda, mungkin kemegahan dunia, mungkin pangkat dan kedudukan dan
mungkin juga yang lain. Sehingga aku lupa samasekali tujuan hidupku yang
sebenarnya, yaitu Tuhan dengan keredhaanNya, sebab itu aku mesti shalat.
Maka apabila ketenangan telah
diperteguh dengan shalat, kemenangan pastilah datang. Sabar dan shalat;
keduanya mesti sejalan. Apabila kedua resep ini telah dipakai dengan setia
dan yakin, kita akan merasa bahwa kian lama hijab dinding kian terbuka.
Berangsur-angsur jiwa kita terlepas dari belenggu kesulitan itu sebab Tuhan
telah berdaulat dalam hati kita.
Waktu itupun baru kita ketahui
bahwa kita terjatuh ke dalam kesulitan tadi, ialah karena pengaruh yang lain
telah masuk ke dalam jiwa; terutama syaitan, Yang ingin sekali kita hancur.
Maka berangsurlah naik sari cahaya iman kepada waja. Barulah berarti kembali
segala ayat-ayat yang kita baca, sampai huruf-huruf dan baris dan titiknya.
Kita telah kuat kembali dan kita telah tegak. Kita telah mendapat satu
kekayaan, yang langit dan bumipun tidak seimbang
buat menilai
harganya. Di sinilah terasa ujung ayat:
إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن
"Sesungguhnya Allah
adalah
beserta
orang-orang yang sabar." (ujung ayat 153).
Apakah yang
engkau takutkan kepada hidup ini, kalau Allah telah menjamin bahwa Dia ada
beserta engkau? Orang yang ditimpa oleh suatu percobaan yang membuat jiwa
jadi gelisah, kemudian berpegang teguh kepada ayat ini, membenteng diri
dengan sabar dan shalat, dengan berangsur timbullah fajar harapan dalam
hidupnya. Kelihatan dari luar dia dalam kesepian, padahal dia merasa ramai,
sebab dia bersama Tuhan. Belenggu biar dipasang pada tangannya, namun
jiwanya merasa bebas. Pagar besi membatasi jasmaninya dengan dunia luar,
tetapi ayat-ayat al-Quran membawa jiwanya membumbung naik melintas ruang
angkasa dalam dia mengerjakan shalat. Lantaran ini ketakutanpun hilanglah
dan keberanian timbul.
Kalau mati
dalam menegakkan cita-cita, ataupun terbunuh, hati bimbang tidak ada lagi.
Sebab bagi orang yang telah merasa.dirinya dekat dengan Allah, batas di
antara hidup dengan mati tidak ada lagi. Hidup itu sendiri tidak ada artinya
kalau jauh dari Tuhan.
Maka
datanglah sambungan ayat:
وَلاَ
تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُقْتَلُ فِيْ سَبيْلِ اللهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَ
لَكِنْ لاَّ تَشْعُرُوْن
"Dan janganlah kamu katakan terhadap orang yang terbunuh pada jalan Allah
bahwa mereka mati.
Bahkan
mereka hidup, akan tetapi, kamu tidak merasa."
(ayat 154).
Dengan ayat
ini, kemenangan jiwa karena sabar dan shalat tadi diberi lagi pengharapan
baru. Pengharapan yang langsung diberi Tuhan. Jangan takut dan jangan
gelisah jika terbunuh atau mati karena menegakkan jalan Allah, karena yakin
bahwa yang ditempuh adalah jalan yang benar. Jangan gelisah. Sebab orang
yang mati pada menjalani jalan Allah itu bukanlah mati, tetapi hidup terus.
Cuma kamu juga yang tidak merasa. Tetapi kalau kamu pelajari dengan seksama,
akhirnya kamupun akan merasakan bahwa mereka masih hidup; hidup terus.
Bermacam
tafsir ahli tafsir tentang makna hidupnya orang yang terbunuh atau menjadi
kurban dari menegakkan jalan Allah itu.
Kata
setengahnya, walaupun badannya telah hancur dalam kubur namun namanya tetap
hidup. Namanya itu memberikan ilham atau inspirasi kepada pejuang yang
meneruskan citanya. Kata setengahnya pula, badannya yang mati, namun fikiran
dan citanya, terus hidup. Karena apalah arti hidup kalau bukan karena
cita-cita ? Jasmaninya hilang namun isi citanya terus hidup dan dilanjutkan
oleh yang datang di belakang. Bukankah manusia itu datang silih berganti,
dan yang mereka perjuangkan ialah cita-cita yang tidak pernah mati?
Ada pula
yang menafsirkan bahwa Roh manusia itupun mempunyrai bentuk halus serupa
dengan bentuk tubuhnya. Maka jika tubuh telah hancur Roh itu tetap ada dalam
kehidupannya yang menyerupai ether. Maka bentuk Roh yang bersifat ether itu
tidak berubah, tidak berganti-ganti dan tidak musnah. Sedang tubuh kasar
manusia, walaupun sebelum dia mati tetap berganti dan berubah. Kekuatan
ether itu kata ahli ilmu alam dapat mempengaruhi tubuh yang lain,
baik yang
kasar ataupun yang halus; sedangkan ruang yang luas ini diisi selalu oleh
ether. Sehingga dengan perantaraan ether itulah cahaya bisa menembus
dari matahari ke dalam tingkat-tingkat udara.
Demikian
kata ahli-ahli tafsir modern Dalam satu Hadits riwayat.Muslim ada pula
mengatakan bahwa Roh orang-orang yang syahid itu diletakkan dalam
tenggorokan burung yang hijau dalam syurga, artinya dipelihara baik-baik.
Demikianlah
bunyi penafsiran. Tetapi apabila kita berpegang teguh dengan mazhab Salaf,
tidaklah layak kita menetapkan salah satu dari tafsir itu. Bahkan kita
langsung memegang apa yang dikatakan al-Quran; orang yang terbunuh
pada.jalan Allah tidaklah mati, melainkan hidup. Malahan di ayat lain, yaitu
Surat ali Imran (Surat 3) ayat 160, ditegaskan lagi bahwa mereka terus
diberi rezeki.
Bagaimana
hidupnya? Di mana dia sekarang? Bagaimana pula macam rezekinya? Tidaklah
dapat kita ketahui, tetapi kita percaya.
Ahli-ahli
Tasauf mencoba juga memecahkan soal ini dengan jalan ridha; Imam Ghazali
dalam kitabnya Bidayatul Hidayah menerangkan pengalaman seorang ayah yang
shalih yang anaknya mati syahid dalam satu peperangan. Pada suatu hari dia
mengalami, puteranya itu datang dan singgah ke rumahnya dalam keadaan dia
setengah bermimpi. Ayahnya bertanya mengapa pulang? Anak itu menjawab bahwa
dia hanya singgah sebentar ke rumah menziarahi ayahnya, sebab dia beberapa
teman Syuhada,. turun ke dunia kita ini karena ikut bersama-sama
menyembahyangkan jenazah Khalifah Umar bin Abdu! Aziz. Dan akan segera
kembali ke alamnya. lbnul Qayyim banyak juga menceritakan hal-hal serupa
ini dalam kitabnya yang bernama al-Arwah.
Pendeknya
hal yang begitu telah termasuk alam lain, yang.kita percayai. Tentang
bagaimana keadaan yang sebenarnya, apakah di dekat kita ini penuh dengan
Roh-roh Syuhada, atau ether. Roh orang mati syahid, kita tidak tahu. Karena
hidup kita yang sekarang ini masih terkongkong oleh alam Syahadah, alam
nyata.
Kemudian itu
Tuhan teruskan lagi peringatanNya kepada kaum mu'min:
وَ
لَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ
"Dan sesungguhnya
akan Kami beri kamu percobaan dengan sesuatu." (pangkal ayat 155).
Dengan
sesuatu, yaitu dengan aneka warna,
مِّنَ
الْخَوْفِ
"dari ke
takutan," yaitu ancaman-ancaman musuh atau bahaya penyakit dan sebagainya,
sehingga timbul selalu rasa cemas dan selalu terasa ada ancaman. Yang
berlaku di zaman Nabi ialah ancaman orang musyrik dari kota Makkah, ancaman
kabilah-kabilah Arab dari luar kota Madinah yang selalu bermalaud hendak
menyerang Madinah, ancaman fitnah orang Yahudi yang selalu mengintai
kesempatan dan ancaman orang munafik, dan ancaman bangsa Rum yang berkuasa
di utara waktu itu.
وَ
الْجُوْعِ
"Dan kelaparan"
termasuk kemiskinan sehingga persediaan makanan sangat berkurang.
وَ
نَقْصٍ مِّنَ الْأَمَوَالِ
"Dan kekurangan dari
hartabenda."
Sebab
umumnya sahabat-sahabat Rasulullah yang pindah dari Makkah ke Madinah itu
hanya batang tubuhnya saja yang keluar dari sana; hartabenda tidak bisa
dibawa;
وَ
الْأنْفُسِ
"dan jiwa-jiwa, "
ada yang
kematian keluarga, anak dan isteri dan bapak, sehingga hidup melarat
terpencil kehilangan keluarga di tempat kediaman yang baru;
وَ
الثَّمَرَاتِ
"dan buah-buahan,"
karena tidak
lagi mempunyai kebun kebun yang luas, terutama pohon kurma, yang menjadi
makanan pokok pada masa itu. Semuanya itu akan kamu derita ! .
Demikian
sabda Tuhan. Tetapi derita itu tidak lain ialah karena menegakkan cita-cita.
وَ
بَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ
"Dan berilah
khabar yang menyukakan kepada orang-orong yang sabar."
(ujung ayat 155).
Setelah di
ayat 153 tadi dinyatakan kepentingan sabar dan shalat, di ayat ini diulangi
lagi bahaya-bahaya, percobaan dan derita yang akan mereka tempuh. Disebut
pahitnya sebelum manisnya. Orang yang akan menempuh derita itu hendaklah
sabar.
Hanya dengan
sabar semuanya itu akan dapat diatasi. Karena kehidupan itu tidaklah membeku
demikian saja. Penderitaan dirasai dengan merata. Nabi Muhammad s.a.w.
sendiri dalam peperangan Uhud kehilangan pamannya yang dicintainya Hamzah
bin Abdul Muthalib. Maka apabila mereka sabar menahan derita, selamatlah
mereka sampai kelak ke seberang cita-cita. Tidak ada cita-cita yang akan
tercapai dengan tidak memberikan pengorblnan. Berilah khabar kesukaan kepada
mereka yang sabar itu.
اَلَّذِيْنَ
إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا ِللهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُوْنَ
"(Yaitu) orang -orang
yang apabila menimpa kepada mereka suatu musibah, mereka berkata:
Sesungguhnya kita ini dari Allah, don sesungguhnya kepadaNyalah kita semua
akan kembali." (ayat 156).
Ucapan yang begini
mendalam, tidaklah akan keluar dari dalam lubuk hati kalau tidak menempuh
latihan. Khabar kesukaan apakah yang dijanjikan buat mereka ?
أُولَئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَ رَحْمَةٌ
"Mereka itu,
akan dikurniakan atas mereka anugerah-anugerah dari Tuhan mereka, dan rahmat.
"(pangkal
ayat 157).
Inilah
khabar kesukaan untuk mereka. Pertama mereka akan diberi kurnia anugerah:
dalam bahasa aslinya shalawat. Dari kata shalat. Kalau kita makhluk ini yang
mengerjakan shalat terhadap Allah, artinya telah berdoa dan shalat. Kalau
kita mengucapkan shalawat kepada Rasul, ialah memohon, kepada Allah agar
Nabi kita Muhammad s.a.w. diberi kurnia dan kemuliaan. Tetapi kalau Tuhan
Allah yang memberikan shalawatNya kepada kita, artinya ialah anugerah
perlindunganNya. Kemudian itu menyusul Rahmat, yaitu kasih-sayang.
وَ
أُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
"Dan mereka itulah orang-orang yang akan mendapat
petunjuk."
(ujung ayat 157).
Maka dengan
ketabahan hati menghadapi, lalu mengatasi kesukaran dan kesulitan dan derita,
untuk menempuh lagi penderitaan lain, perlindungan Tuhan datang, rahmatNya
meliputi dan petunjukpun diberikan. Jiwa bertambah lama bertambah teguh,
karena sudah senantiasa digembleng dan disaring oleh zaman.
Dengan ini
diberikan ketegasan kepada kita, apakah keuntungan yang akan kita dapat
kalau kita tahan menderita dan sanggup mengatasi penderitaan itu, atau lulus
dari dalamnya dengan selamat? Pertama Tuhan memberikan ShalawotNya kepada
kita, artinya bahwa kita dipelihara dan dijamin. Kedua kita diberi limpahan
Rahmat, yaitu kasih-sayang yang tidak putus-putus. Tidak
cukup hanya
sehingga diberi Shalowat dan Rahmat, bahkan dijanjikan lagi
dengan yang lebih mulia, yaitu diberi petunjuk di dalam menempuh jalan
bahagia ini, sehingga sampai dengan selamat kepada yang dituju.
Ini telah
terjadi pada kehidupan Nabi-nabi, setiap mereka lepas dari satu ujian
Mihnah , mereka naik guna mencapai anugerah Minhah yang baru
Demikian juga kehidupan ulama-ulama yang menerima warisan Nabi-nabi.
Semua ayat
ini rnasihlah dalam rangka peralihan kiblat itu; intisarinya tuntunan dalam
perjuangan. Dan Islam tidaklah akan tegak, kalau Roh jihad ini tidak selalu
diapikan pada diri dan pada ummat. Dan kesulitan, kesukaran, kekurangan
sebagai Yang disebutkan Allah itu akan selaluiah ada. Bahagialah ummat yang
dapat mengambil pedoman daripada ayat-ayat ini.
Mungkin
timbul rasa musykil dari pertanyaan orang: "Mungkinkah kita mengelakkan diri
dari perasaan sedih atau susah karena ditimpa musibah?" Jawabnya sudah
pasti, yaitu rasa sedih dan susah mesti ada. Sedangkan Nabi s.a.w. kematian
puteranya Ibrahim bersedih juga dan titik juga airmata beliau. Bahkan tahun
kematian isteri beliau yang tua, Khadijah, beliau namai Tahun Duka. Rasa
yang demikian tidaklah dapat dihilangkan, karena dia adalah sifat jiwa. Dia
timbul dari rasa belas-kasihan, atau rahmat.
Maka
perasaan yang demikian, kalau tidak dikendalikan, itulah yang kerapkali
membawa jiwa merana. itulah yang diperangi dengan sabar, sehingga akhirnya
kesabaran menang, dan kesedihan itu tidak sampai merusak diri. Adapun kalau
ada orang yang mati anaknya* tidak sedih hatinya, dan dia
gembira-gembira saja, itu adalah orang yang tidak berperasaan. Orang yang
berperasaan ialah yang memang tergetar hatinya karena suatu malapetaka,
tetapi dengan sabar dia dapat mengendalikan diri, dan diapun menang. Inilah
yang dirnaksudkan.
Kadang-kadang berkesan pada wajahnya peperangan batin itu, entah kurus
badannya, bahkan sampai setengah buta matanya, sebagai Nabi Ya'kub
kehilangan Yusuf, dan kemudian hilang pula Benyamin, namun beliau tetap
berkata:
"Sabar yang
indah, dan Allahlah tempat memohon pertolongan."
(Yusuf: 83)
Berperang dalam batin, dan menang dalam peperangan itu.
Itulah dia bahagia.
Referensi :
http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_153-157.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar