MENGAMBIL TELADAN DARI KISAH NABI IBRAHIM A.S
Khutbah Pertama
* اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ * اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ * اَللهُ أَكْبَرُ،
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ * وَللهِ الْحَمْدُ * اَللهُ أَكْبَرُ
كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاَ. لاَ اِلَهَ إِلاَّّ اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ,
وَنَصَرَ عَبْدَهُ, وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ الله ُ وَحْدَهُ َلا شَرِيْكَ لَهُ,
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ
الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ الله! إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah…
Hari
ini, ketika matahari mulai merangkak menyinari mayapada, gema takbir,
tasbih, tahmid, dan tahlil pun membahana di seluruh penjuru bumi ini.
Kita semua yang hadir disini, baik dilapangan atau pun di masjid ini,
larut dalam haru biru perayaan Idul Adha. Tumpah-ruah menjadi satu,
bersama satu seperempat miliyar muslim yang mendiami planet bumi ini.
Hari
ini, kita datang bersimpuh menghadap Allah SWT, untuk memohon rahmat
dan ampunan-Nya. Dengan penuh kerendahan hati, dengan penuh khusyu dan
tadharru, kita mengumandangkan takbir, mengagungkan kebesaran nama-Nya.
Hari ini, kita menyadari betapa kecilnya diri kita dihadapan-Nya, betapa
kita sangat membutuhnya rahmat-Nya, dan betapa tidak berartinya
kehidupan ini tanpa agama-Nya.
Di pagi hari yang sangat cerah ini, marilah
bersama –sama, kita merenungi firman Allah swt, sebagaimana yang
tersebut di dalam Surat Al Shofat : ayat 99 sampai ayat 111, tentang
kisah nabi Ibrahim as. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah
beliau, untuk kemudian kita jadikan bekal di dalam mengarungi kehidupan
ini. Sungguh sangat benar apa yang difirmankan Allah swt :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan-nya “ ( QS Al Mumtahanah : 4 )
Diantara pelajaran yang bisa kita ambil pada pagi hari adalah :
Pelajaran Pertama :
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ (٩٩)
“ Dan Ibrahim berkata:”Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabb-ku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku . “ ( Q. S. Al Shofat : 99 )
Paling tidak, ada empat hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas :
- Allah memerintahkan kita untuk berhijrah dan mencari tempat yang kondusif untuk beribadah kepada Allah dan berdakwah di jalan-Nya. Nabi Ibrahim as, setelah sekian tahun berdakwah pada kaumnya, ternyata yang didapat bukan sambutan baik, akan tetapi cercaan, hinaan, bahkan usaha pembunuhan terhadapnya, ia dipaksa untuk menceburkan diri ke dalam api yang sedang menyala. Setelah Allah menyelematkan-nya, beliu diperintah untuk berhijrah ke negri Syam, dalam hal ini Palestina, untuk melanjutkan gerakan dakwah.
- Allah memerintahkan kita untuk meluruskan niat hanya untuk mencari ridha Allah di dalam setiap perbuatan.
- Allah memerintahan kita untuk membulatkan tekad di dalam menempuh sebuah tujuan yang mulia.
- Allah memerintahkan kita agar senantiasa mengingat kematian, karena bagaimanapun juga hebatnya seseorang di dunia ini, akhirnya akan kembali juga kepada Allah swt . “ Inna Lillah wa Inna Ilahi Roji’un “ Kita adalah milik Allah dan akhirnya kita akan kembali kepada-Nya juga .
Ma’asyira Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Pelajaran Kedua :
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (١٠٠)
“ Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh “ ( Qs Al Shoffat : 100 )
Ada tiga hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas :
- Kita harus menyakini bahwa hanya Allah saja yang menciptakan, mengatur dan merawat alam semesta ini. Dan hanya Allah-lah yang menurunkan rizki, memberikan anak, menurunkan hujan, yang menghidupkan dan yang mematikan, memberikan kita sakit dan yang menyembuhkan. Nabi Ibrahim as menyakini hal itu semuanya, oleh karenanya beliau memanggil Allah dengan kata « Rabb « yaitu Yang memelihara dan Yang merawat .
- Setelah kita menyakini hal itu semua, maka wajib bagi kita, - sebagai konsekwensi logis dari keyakinan tersebut - untuk tidak beribadah dan meminta pertolongan kecuali kepada Allah swt. Di sini, kita dapatkan nabi Ibrahim as tidak memohon kecuali kepada Allah agar dikarunia keturunan.
- Allah swt mengajarkan kepada kita adab berdo’a. Diantaranya adalah hendaknya kita tidak meminta sesuatu kepada Allah swt di dalam kehidupan ini, kecuali jika sesuatu tersebut mempunyai maslahat di dalam hidup kita di dunia dan akherat secara bersama-sama. Kita lihat umpamanya nabi Ibrahim as, tidak meminta keturunan kecuali keturunan yang sholeh, yaitu keturunan yang akan meneruskan perjuangannya di dalam menyebarkan dan menegakkan ajaran Islam, keturunan yang akan selalu berbakti kepada orang tua di saat masih hidup, dan selalu mendo’akannya tatkala ia telah meninggal dunia. Ini sangat sesuai dengan do’a yang tersebut di dalam Q.S. Al Baqarah : 200-201 :
“
Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah
kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang
menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang bendoa:
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. “ ( QS Al Baqarah : 200-201 )
Begitu
juga kita, seandainya meminta sesuatu kepada Allah , hendaknya meminta
sesuatu yang ada manfaatnya di akherat kelak, seperti meminta anak yang
sholeh, harta yang barakah, ilmu yang bermanfaat, istri yang sholehah
dan seterusnya.
Ma’asyira Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Pelajaran Ketiga :
فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلامٍ حَلِيمٍ (١٠١)
“ Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar “ . ( Qs Al Shoffat : 101 )
Ada dua hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas :
· Kalau
kita sudah berdo’a secara sungguh-sungguh dan terus-menerus, tetapi
Allah belum mengabulkan-nya juga, kita tidak boleh putus asa, karena
putus asa terhadap rahmat Allah adalah sifat orang-orang yang tidak
beriman. Sebagaimana firman Allah :
“
Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”( QS Yusuf :
87 )
Nabi
Ibrahim as sendiri tidak pernah putus asa dalam berdo’a, walaupun
puluhan tahun lamanya do’nya belum diterima oleh Allah , baru pada masa
tua-nya, do’a tersebut telah dikabulkan oleh Allah swt .
· Kita
wajib mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada kita, sekecil
apapun nikmat tersebut. Atau bahkan nikmat tersebut baru kita dapat di
akhir hidup kita. Nabi Ibrahim mencontohkan hal ini kepada kita, dia
sangat bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada-nya
berupa anak walaupun baru terkabulkan di akhir umurnya. Beliau memuji
Allah atas nikmat tersebut :
“
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua
(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar
(memperkenankan) doa. “ ( QS Ibrahim : 39 )
Ma’asyira Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Pelajaran Keempat :
فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ
أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا
تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (١٠٢)
“
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” ( QS
As Shofat : 102 )
Ada lima hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas :
· Bahwa
kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan dan keberhasilan di dalam
kehidupan dunia ini dan di akherat nanti, kecuali jika kita mau
mengorbankan apa yang kita cintai . Nabi Ibrahim as berhasil meraih
predikat kholilullah ( kekasih Allah ), karena telah mampu
mengorbankan sesuatu yang dicintainya yang berupa anak , demi mencapai
kecintaan kepada Allah swt. Ini sesuai dengan firman Allah swt :
«
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum
kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang
kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. « ( QS Ali Imran :
92 )
· Bahwa
kehidupan ini tidak kekal, dan banyak hal yang terjadi secara tiba-tiba
di luar perkiraan kita. Kadang, kita dapatkan dalam kehidupan dunia ini
hal-hal yang kita cintai justru malah cepat pergi dari kita, sebaliknya
hal-hal yang kita benci malah datang terus kepada kita. Maka Allah
menyebut kesenangan dunia ini dengan kesenangan yang menipu ( mata’u al ghurur ),
karena akan sirna bahkan berubah menjadi malapetaka, jika cara
mengolahnya tidak sesuai tuntunan Allah swt. Allah swt berfirman :
“
Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu.” ( QS Al Hadid : 20 )
· Tetapi
pelu diingat juga bahwa tidak setiap perkara yang kita benci pasti
membawa mudharat bagi kehidupan kita. Terkadang yang terjadi adalah
sebaliknya, musibah yang kita anggap akan mendatangkan malapetaka,
ternyata malah membawa kita kepada kesuksesan besar di dalam hidup ini.
Kita lihat umpamanya, yang dialami oleh nabi Ibrahim as, ketika
diperintahkan Allah swt untuk meninggalkan istri dan anaknya yang masih
kecil di tengah padang pasir, yang tidak ada tumbuh-tumbuhan dan air.
Sebagai manusia, tentunya nabi Ibrahim tidak ingin mengerjakan hal
tersebut kalau bukan karena perintah Allah swt. Sesuatu yang tidak
dikehendaki nabi Ibrahim tersebut, ternyata telah menjelma menjadi
sebuah ibadah haji yang dikemudian hari akan diikuti berjuta –juta
manusia, dan dari peristiwa itu juga, keluarlah air zamzam yang dapat
menghidupi jutaan orang dan bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Begitu
juga, ketika nabi Ibrahim as. diperintahkan untuk menyembelih anaknya
Ismail, yang sangat dicintainya. Setiap orang yang masih mempunyai hati
nurani yang sehat, tentu sangat tidak senang jika diperintahkan
menyembelih anaknya sendiri. Tapi apa akibatnya ? Ketika kedua-duanya
pasrah, Allah membatalkan perintah tersebut dan menggantikannya dengan
kambing. Dari peristiwa ini, akhirnya umat Islam diperintahkan untuk
berkurban setiap datang hari raya Idul Adha. Memang, kadang sesuatu yang
kita benci, justru adalah kebaikan bagi kita sendiri. Allah berfirman :
“
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.( QS Al Baqarah : 216 )
· Oleh
karenanya, di dalam menghadapi ujian kehidupan dunia ini, kita haru
sabar dan tawakkal, serta menyerahkan diri kepada Allah swt, sebagaimana
yang dicontohkan nabi Ibrahim ketika diperintahkan untuk menyembelih
anaknya sendiri. Berbeda dengan orang –orang yang tidak beriman dan
tidak mempunyai keyakinan kepada janji-janji Allah swt, mereka akan
goncang dan stress jika kehilangan sesuatu yang sangat dicintainya,
apalagi anaknya satu-satunya yang sedang beranjak dewasa. Data dari
Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) menyebutkan bahwa 800 ribu orang dari
penduduk dunia setiap tahunnya melakukan tindakan bunuh diri, 80 % nya
disebabkan karena stress dan tidak kuat di dalam menghadapi berbagai
problematika yang menimpa dirinya. Problematika –problematika tersebut
berkisar pada masalah keluarga, pernikahan, anak, studi, pekerjaan dan
lain-lainya. Dan menurut data tersebut, fenomena semacam ini paling
banyak didapati di negara-negara maju, seperti Denmark, Norwegia,
Perancis. Di Amerika Serikat sendiri didapatkan bahwa setiap 20 menit
telah terjadi kasus bunuh diri, artinya setiap hari sebanyak 75 orang
bunuh diri.
· Kesenangan
dunia yang diberikan Allah kepada kita, jangan sampai melalaikan kita
dari beribadat kepada-Nya. Dalam rangka itulah, Allah swt setelah
memberikan karunia anak yang sholeh kepada nabi Ibrahim as, dan pada
saat anak tersebut beranjak menjadi dewasa, Allah swt hendak menguji
nabi Ibrahim as, apakah anak yang telah lama dinanti-nantikan tersebut,
yang telah lama dirawat dan didiknya sehingga menjadi dewasa dan sangat
menyejukkan hati orang tuanya itu.. apakah akan melalaikannya dari
ibadat dan taat kepada Allah swt ? disinilah nabi Ibrahim as diuji.
Apakah dia lebih mencintai anak atau mencintai Allah swt ? Ternyata nabi
Ibrahim as, secara baik telah mampu melewati ujian tersebut. Ia telah
menempatkan kecintaannya kepada Allah di atas segala-galanya. Dia segera
melaksanakan perintah Allah swt untuk menyembelih anaknya, dia sangat
menyakini bahwa setiap yang diperintahkan Allah akan selalu berakibat
baik. Sebaliknya, kalau dia tetap lebih mencintai anaknya dan melalaikan
perintah Allah swt, niscaya dia termasuk orang –orang yang merugi.
Allah swt berfirman :
“
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka
itulah orang-orang yang merugi. “ ( QS Al Munafiqun : 9 )
Ma’asyira Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Pelajaran kelima :
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (١٠٣)
“
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya
atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). “ ( Q. S. Al Shofat
:103 )
Seorang
hamba yang sabar ketika diuji oleh Allah swt, dan taat dengan segala
perintahnya, serta pasrah dengan hukum-hukum-Nya, niscaya akan
mendapatkan balasan yang stimpal di dunia ini dan di sisi Allah pada
hari akhir nanti.
Diantara balasan yang diberikan Allah itu adalah sebagai berikut :
· Mendapat pujian dan predikat dari Allah sebagai orang berbuat baik dan tergolong orang-orang yang muhsinin . Allah berfirman :
“ Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim “ . sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu . sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.( Qs As Shofat : 104-105 )
· Mendapatkan rizqi yang melimpah. Allah berfirman :
“ Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. “( Qs As Shofat : 107)
Nabi
Ibrahim as, setelah pasrah penuh kepada perintah Allah, maka Allah
memberikannya rizki berupa kambing kurban. Kita, kaum muslim in jika
mengikuti langkah nabi Ibrahim di atas, niscaya akan mendapatkan rizki
yang melimpah juga, seperti kesehatan, kemudahan, kelancaran dalam
urusan-urusan, anak yang sholeh, keberhasilan studi, kemudahan di dalam
mendapatkan pekerjaan dan lain-lainnya.
· Nama dan perjuangannya dikenang oleh generasi selanjutnya. Allah berfirman :
“ Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. “ ( Qs As Shofat : 108 )
Perjuangan
dan ketabahan nabi Ibrahim telah diabadikan dalam Al Qur’an yang akan
dibaca kaum muslimin hingga hari kiamat, dan ditulis dengan tinta emas
di dalam buku-buku sejarah. Dengan sikap pasrah terhadap perintah Allah,
akhirnya nabi Ibrahim menjadi panutan umat sepanjang zaman.
· Allah akan melimpahkan rahmat dan kedamaian serta keselamatan di dalam kehidupannya . Allah berfirman :
“ yaitu Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. “( Qs As Shofat : 109 )
Selain
itu, generasi selanjutnya juga akan selalu mendoakannya. Paling tidak,
lima kali sehari kaum muslimin mendo’akan keselamatan atas nabi Ibrahim
dan keluarga serta keturunannya, tepatnya di akhir sholat, kita
diperintahkan membaca sholawat kepada nabi Ibrahim a.s
الله اكبر الله اكبر الله اكبر...9X
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا،
تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا
سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ
بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ
وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى
عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. اللّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي
قُلُوْبِهِم الإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ
رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا
بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ
وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ
اللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا
دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي
فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
اللهم عذِّبِ الكَفَرَةَ الذين يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ ويُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ ويُقاتِلُونَ أوْلِيَاءَكََّ
اللّهمَّ
أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالمسلمين وَأَذِلَّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْ
أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ يا ربَّ
العالمين
اللهم
فَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَخُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ
مُقْتَدِرٍ إنَّكَ رَبُّنَا عَلَى كلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ يَا رَبَّ العالمين
اللهمَّ
ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ على الأَمْرِ
والعَاقِبَةَ الحَسَنَةَ والعَافِيَةَ مِنْ كُلِّ بَلِيَّةٍ والسَّلاَمَةَ
مِنْ كلِّ إِثْمٍ والغَنِيْمَةَ مِنْ كل بِرٍّ والفَوْزَ بِالجَنَّةِ
والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار. وصَلِّ اللهمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سيدِنا مُحَمّدٍ وعلى آلِهِ وصَحْبِهِ وَسلّم والحمدُ للهِ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar