وَلَقَدْ جَاءَكُم مُّوْسَى
بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِن بَعْدِهِ وَأَنتُمْ
ظَالِمُوْنَ
(92) Dan sesungguhnya ielah datang kepada kamu Musa
dengan keterangan kcterangan, kemudian kamu ambil (sembah) anak lembu
sesudah itu, dan adalah kamu orang-crang yang aniaya.
وَ إِذْ أَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَ
رَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَ خُذُوْا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَ
اسْمَعُوْا قَالُوْا سَمِعْنَا وَ عَصَيْنَا وَ أُشْرِبُوْا فِيْ قُلُوْبِهِمُ
الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيْمَانُكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
(93) Dan (ingatlah) tatkala Kami ambil perjanjian
kamu, dan Kami angkatkan gunung di atas kamu. Lalu Kami firmankan :
Ambillah apa yang kami datangkan kepada kamu dengan sungguh-sungguh dan
dengarkan lah ! Mereka berkata : Telah kami dengarkan dan kami durhakai.
Dan menyelusuplah ke dalam hati mereka anak-lembu itu lantaran kekafiran
mereka. Katakanlah : Alangkah buruknya apa yang disuruhkan oleh iman kamu
itu, kalau mcmang kamu beriman.
قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ
الْآَخِرَةُ عِنْدَ اللهِ خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا
الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ
(94) Katakanlah : Jika memang untuk kamu negeri
akhirat itu di sisi Allah telah ditentukan, tidak ada bagi orang-orang lain,
maka cobalah minta mati itu , jika kamu memang orang orang benar.
وَ لَنْ يَتَمَنَّوْهُ أَبَدًا بِمَا
قَدَّمَتْ أَيْدِيْهِمْ وَ اللهُ عَلِيْمٌ بِالظَّالِميْنَ
(95) Sekali-kali mereka tidak akan meminta mati, tersebab apa yang
telah didahulukan oleh tangan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui akan
orang-orang yang zalim.
وَ لَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ
عَلَى حَيَاةٍ وَ مِنَ الَّذِيْنَ أَشْرَكُوْا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ
يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَ مَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ
يُعَمَّرَ وَ اللهُ بَصِيْرٌ بِمَا يَعْمَلُوْنَ
(96) Dan sesungguhnya akan engkau dapati mereka itulah
yang seloba-loba manusia terhadap hidup , dan lebih dari orang-orang yang
musyrikin, ingin setiap orang dari mereka jikalau diberi umur seribu tahun.
Padahal tidaklah akan menunda-nundanya dari azab panjang umurnya itu. Dan
Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
Kamu menyatakan bahwa hanya
akan beriman kepada Kitab yang kamu terima, dan tidak mau berirnan kepada
yang di dalamnya. Itu hanya cakapmu saja:
وَلَقَدْ جَاءَكُم مُّوْسَى
بِالْبَيِّنَاتِ
"Dan sesungguhnya telah datang kepada kamu Musa
dengan keterangan-keterangan. " (pangkal ayat 92).
Berapa banyak dia
mempertunjukkan kepada kamu mu'jizat kebesaran Allah. Meskipun hal itu
ditujukan kehanyakannya kepada Fir'aun namun kamu tentu dapat mengambil
i'tibar dan kejadian-kejadian itu.
ثُمَّ
اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِن بَعْدِهِ
"Kemudian kamu ambil (kamu sernbah) anak-lembu
sesudah itu."
Itulah bukti bahwa kamu hanya
beriman kepada yang diturunkan kepada kamu ?
وَأَنتُمْ
ظَالِمُوْنَ
"Adalah kamu orang-orang yang aniaya. "(
ujung ayat
92).
Yaitu menganiaya dirimu
sendiri, karena kamu dibebaskan dari tindasan Fir'aun yang menyembah
berhala, oleh Allah Yang Maha Tunggal, padahal kamu sembah lagi berhala
anak-lembu setelah kamu diselamatkan. Itulah satu aniaya besar terhadap diri
sendiri.
وَ إِذْ أَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَ رَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَ خُذُوْا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَ اسْمَعُوْا
وَ إِذْ أَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَ رَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَ خُذُوْا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَ اسْمَعُوْا
"Dan (ingatlah) tatkala Karni arnbil perjanjian
kanmu, dan Karni angkatkan gunung dt atas kamu. Lalu Kami firmankan:
Arnbillah apa yang Kami datangkan kepada kamu dengan. sungguh-sungguh dan
dengarkanlah. " (pangkal ayat 93).
Dengarkanlah segala ajaran yang disampaikan kepada kamu dengan perantaraan Rasul Kami Musa dan Harun. Tetapi apa sambutan kamu atas perjanjian itu, perjanjian yang sampai mengancam kamu akan menghimpitmu dengan gunung ?
قَالُوْا سَمِعْنَا وَ عَصَيْنَا
Dengarkanlah segala ajaran yang disampaikan kepada kamu dengan perantaraan Rasul Kami Musa dan Harun. Tetapi apa sambutan kamu atas perjanjian itu, perjanjian yang sampai mengancam kamu akan menghimpitmu dengan gunung ?
قَالُوْا سَمِعْنَا وَ عَصَيْنَا
"Mereka berkata : Telah kami dengarkan dan kami
durhakai. "
Begitulah sambutan kamu atas perjanjian dan
perintah Tuhan. Meskipun mulut tidak berkata begitu, tetapi perbuatanmu
menjawab begitu. Pengaruh apa yang telah masuk ke dalam hatimu sehingga
sampai kamu berani mendurhakai sampai sedemikian rupa ? Scbabnya ialah :
وَ أُشْرِبُوْا فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ
وَ أُشْرِبُوْا فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ
"Dan menyelusuplah ke dalam hati mereka anak-lembu
itu lantaran kekafiran mereka. "
Artinya pengaruh penyembahan kepada berhala
anak-lembu itu sudah sangat meresap ke dalam hati mereka, sehingga walaupun
telah diancam akan dihimpit gunung, walaupun telah diperintah supaya setia
kepada hukum Taurat dengan sungguh-sungguh, namun pengaruh anak-lembu itu
belum lagi kikis dari dalam hatinya.
قُلْ
قُلْ
"Katakanlah "- wahai Utusan Kami --
بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيْمَانُكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيْمَانُكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
"Alangkah buruknya apa yang
disuruhkan oleh iman kamu itu, kalau rnemang kamu beriman. " (ujung ayat
93).
Kalau
memang kamu beriman kepada syariat yang diturunkan kepada Musa, padahal
terbukti ancaman runtuh gunung tidak merubah perangaimu dan perintah
memegang Taurat sungguh-sungguh dengan nyata-nyata kamu durhakai, memang
amat buruklah pengaruh dari apa yang kamu katakan beriman itu.
Tadi mereka menganggap Bani Israil adalah
kaum yang diistimewakan Allah. Di akhirat merekapun akan mendapat tempat
yang lebih mulia daripada tempat segala bangsa dan kaum di seluruh dunia.
Mereka adalah kaum yang handal, dipilih Tuhan buat melebihi segala bangsa di
dunia dan di akhirat. Kalau memang demikian keyakinan kamu :
قُلْ
"Katakanlah" -- Wahai Utusan Kami ---
إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْآَخِرَةُ عِنْدَ اللهِ خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ
قُلْ
"Katakanlah" -- Wahai Utusan Kami ---
إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْآَخِرَةُ عِنْدَ اللهِ خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ
Karena orang yang sudah yakin bahwa dia telah disediakan tempat yang mulia di akhirat; melebihi segala manusia di dunia ini, apalah artinya dunia. Bukankah orang lain takut menghadapi maut karena keyakinan itu. Keberanian menghadapi maut adalah bukti yang terang atas adanya keyakinan itu.
Sebelum mereka menjawab, sudah nyata akan jawabnya. Mereka tidak berani menghadapi maut.
وَ لَنْ يَتَمَنَّوْهُ
"Sekali-kali mereka tidak
akan meminta mati. " (pangkal ayat 95).
Mendengar sebutan mati saja
mereka sudah takut. Mengapa demikian ?
أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيْهِمْ
أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيْهِمْ
"Tersebab apa yang telah
didahului oleh tangan mereka ".
Artinya dosa sudah terlalu
banyak diperbuat di dunia ini dan hati sangat lekat kepada dunia. Sebab itu
timbullah takut mereka kepada mati.
وَ اللهُ عَلِيْمٌ بِالظَّالِميْنَ
وَ اللهُ عَلِيْمٌ بِالظَّالِميْنَ
"Dan Allah Maha Mengetahui
akan orang-orang yang zalim. " (ujung ayat 95).
Allah Maha Mengetahui akan
gerak-gerik orang-orang yang berlaku aniaya dengan melanggar segala perintah
yang ditentukan Tuhan.
Inipun dapatlah menjadi i'tibar bagi kita bagaimana suasana dan perbedaan semangat Bani Israil dengan kaum Muslimin di masa itu. Muhajirinnya dan Ansharnya. Muhajirin dan Anshar yakin akan kebenaran agama mereka. Mereka yakin bahwa syariat yang mereka anut ini adalah benar. Dan mereka berani mempertahankannya dengan jiwa raga mereka.
Semuanya bersedia mati untuk itu. Mereka berani ! Sebab mati bagi mereka adalah syahid. Yaitu kesaksian atas adanya kebenaran Tuhan. Bukan karena mereka merasa bahwa kalau telah mengakui Islam dengan sendirinya mereka mendapat tempat diakhirat kelak. Malahan di akhir Surat Ali Imran kelak akan berjumpa permohonan orang Mukmin agar mereka diberi tempat istimewa di sisi Allah di akhirat. Tetapi Tuhan dengar terang-terang menyampaikan jawaban bahwa tempat istimewa di sisi Allah tidaklah akan diberikan kalau mereka belum berani menderita disakiti pada jalanKu, diusir dari rumah-tangga dan kampung-halaman karena menegakkan cita agama. Berani berperang, membunuh dan terbunuh.
Kesediaan mati karena iman adalah ujian yang penting bagi seorang yang mengaku dirinya mukmin. Sebagai kata ahli : "Mati adalah bukti cinta yang sejati. "
Inipun dapatlah menjadi i'tibar bagi kita bagaimana suasana dan perbedaan semangat Bani Israil dengan kaum Muslimin di masa itu. Muhajirinnya dan Ansharnya. Muhajirin dan Anshar yakin akan kebenaran agama mereka. Mereka yakin bahwa syariat yang mereka anut ini adalah benar. Dan mereka berani mempertahankannya dengan jiwa raga mereka.
Semuanya bersedia mati untuk itu. Mereka berani ! Sebab mati bagi mereka adalah syahid. Yaitu kesaksian atas adanya kebenaran Tuhan. Bukan karena mereka merasa bahwa kalau telah mengakui Islam dengan sendirinya mereka mendapat tempat diakhirat kelak. Malahan di akhir Surat Ali Imran kelak akan berjumpa permohonan orang Mukmin agar mereka diberi tempat istimewa di sisi Allah di akhirat. Tetapi Tuhan dengar terang-terang menyampaikan jawaban bahwa tempat istimewa di sisi Allah tidaklah akan diberikan kalau mereka belum berani menderita disakiti pada jalanKu, diusir dari rumah-tangga dan kampung-halaman karena menegakkan cita agama. Berani berperang, membunuh dan terbunuh.
Kesediaan mati karena iman adalah ujian yang penting bagi seorang yang mengaku dirinya mukmin. Sebagai kata ahli : "Mati adalah bukti cinta yang sejati. "
وَ لَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ
''Dan sesungguhnya akan engkau
dapati rnereka itulah yang seloba-loba munusia terhadap hidup."(pangkal ayat
96)
Meskipun mereka
mengaku beriman kepada Kitab Wahyu yang diturunkan Tuhan.
وَ مِنَ
الَّذِيْنَ أَشْرَكُوْا
"Dan lebih dari orang-orang
yang musyrikin. "
Orang-orang yang musyrikin menyembah berhala
lebih berani mernpertahankan berhala mereka, walaupun pendirian itu tidak
benar. Sebab mereka yakin pula dengan runtuhnya berhala itu artinya ialah
keruntuhan bagi kemegahan mereka dan nenek-moyang mereka.
Tetapi Bani Israil yang mereka pertahankan apa ? Yang mereka tuju apa ? Yang mereka tuju ialah kemegahan hidup, mengumpul harta-benda sebanyak-banyaknya, walaupun dengan menternakkan uang (riba). Menguasai ekonomi setempat dan memeras keringat orang yang lemah. Oleh sebab itu maka:
يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ
Tetapi Bani Israil yang mereka pertahankan apa ? Yang mereka tuju apa ? Yang mereka tuju ialah kemegahan hidup, mengumpul harta-benda sebanyak-banyaknya, walaupun dengan menternakkan uang (riba). Menguasai ekonomi setempat dan memeras keringat orang yang lemah. Oleh sebab itu maka:
يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ
"ingin setiap orang dari
mereka jikalau diberi umur seribu tahun. "
Oleh karena terikatnya hati kepada dunia, tidak lagi ingat kepada mati. Meskipun lidah tidak mengatakan hidup seribu tahun, tetapi kesan dari sikap dan perbuatan menunjukkan demikian. Karena mengejar kegagahan dunia, persediaan untuk akhirat tidak mereka acuhkan.
Tetapi ada juga orang berpendapat bahwa kerakusan orang Yahudi, mencari kckayaan sebanyak-banyaknya sehingga mengesankan ingin hidup seribu tahun; adalah karena di dalam Kitab Taurat sendiri tidak dibentangkan hal akhirat.
Oleh karena terikatnya hati kepada dunia, tidak lagi ingat kepada mati. Meskipun lidah tidak mengatakan hidup seribu tahun, tetapi kesan dari sikap dan perbuatan menunjukkan demikian. Karena mengejar kegagahan dunia, persediaan untuk akhirat tidak mereka acuhkan.
Tetapi ada juga orang berpendapat bahwa kerakusan orang Yahudi, mencari kckayaan sebanyak-banyaknya sehingga mengesankan ingin hidup seribu tahun; adalah karena di dalam Kitab Taurat sendiri tidak dibentangkan hal akhirat.
Pada hemat kita , meskipun
dalam Kitab Taurat yang sekarang itu memang tidak disinggung banyak dari hal
hidup sesudah mati, namun dalam hati sanubari manusia yang beriman , mesti
juga ada kesan tentang akhirat.
Pelajaran Budha pun tidak
banyak menyinggung soal akhirat, tetapi kaum pemeluk Budaa tidak serakus
orangg Yahudi akan harta. Keduanya itu kita hitung ialah pada umumnya :
وَ مَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ
وَ مَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ
"Padahal tidaklah akan
menunda-nundanya dari azab panjang urnur itu."
Penundaan mati, perpanjangan umur tidaklah akan dapat menunda dari azab. Betapapun panjangnya umur , namun akhirnya mesti mati. Janganlah disebut sebagai kata yang tinggi, yaitu seribu tahun, sedangkan sehingga usia seratus tahun sajapun jasmani telah mulai lemah dan rohani telah mulai tidak berdaya, dan akhirtaya mati juga. Bertambah panjang umur, kalau tidak ada amal, artinya hanya menambah banyak jumlah dosa yang akn diperkirakan di hadapan Tuhan saja.
Tepatlah apa yang diungkapkan oleh penyair Indonesia yang terkenal almarhum Khairil Anwar bahwa : "Hidup hanyalah menunda kekalahan." Namun kekalahan pasti datang.
وَ اللهُ بَصِيْرٌ بِمَا يَعْمَلُوْنَ
Penundaan mati, perpanjangan umur tidaklah akan dapat menunda dari azab. Betapapun panjangnya umur , namun akhirnya mesti mati. Janganlah disebut sebagai kata yang tinggi, yaitu seribu tahun, sedangkan sehingga usia seratus tahun sajapun jasmani telah mulai lemah dan rohani telah mulai tidak berdaya, dan akhirtaya mati juga. Bertambah panjang umur, kalau tidak ada amal, artinya hanya menambah banyak jumlah dosa yang akn diperkirakan di hadapan Tuhan saja.
Tepatlah apa yang diungkapkan oleh penyair Indonesia yang terkenal almarhum Khairil Anwar bahwa : "Hidup hanyalah menunda kekalahan." Namun kekalahan pasti datang.
وَ اللهُ بَصِيْرٌ بِمَا يَعْمَلُوْنَ
"Dan Allah adalah Maha
Melihat apa yang mereka kerjakan. "(ujung ayat °6).
Kemanapun akan menyembunyikan diri , teropong penglihatan T'uhan tidak lepas dari diri mereka , Dan semuanya kelak akan diperhitungkan dihadapan hadhrat Allah dengan seksama. Kebohongan , iman yang pura-pura, kerakusan kepada dunia, membanggakan diri tetapi takut mati , semuanya itu adalah keruntuhan jiwa yang akan dipertanggung jawabkan kelak di hadapan T'uhan.
Kemanapun akan menyembunyikan diri , teropong penglihatan T'uhan tidak lepas dari diri mereka , Dan semuanya kelak akan diperhitungkan dihadapan hadhrat Allah dengan seksama. Kebohongan , iman yang pura-pura, kerakusan kepada dunia, membanggakan diri tetapi takut mati , semuanya itu adalah keruntuhan jiwa yang akan dipertanggung jawabkan kelak di hadapan T'uhan.
Referensi :
http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_92-96.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar