Pertanyaan inilah yg selalu dilontarkan oleh teman-teman wanita
Fatimah. Mereka sungguh merasa heran dengan Fatimah, yg belum punya
pacar padahal umur fatimah sudah lebih dari sweet seventeen.
Rata-rata hampir semua teman Fatimah sudah memiliki pacar, yang kata
mereka pacaran itu indah bangat, serasa dunia milik berdua (waduhh..!).
Diantara teman-teman Fatimah pun ada yang berjilbab (jilbab versi masa
kini) dan sudah memiliki pacar.
Meraka juga terheran-heran sama Fatiamah. Kenapa demikian karena
Fatimah termasuk gadis yg paling cantik dan manis diantara mereka. Aura
kecantikan Fatimah begitu memikat mereka , padahal fatimah masih
menggunakan hijab (pakian longgar yang menutup seluruh tubuhnya kecuali
muka dan telapak tangan).
Pernah suatu saat teman-teman wanita Fatimah datang ke rumah Fatimah
untuk mengerjakan tugas kelompok. Kebetulan waktu itu Fatimah sedang mau
mengerjakan sholat Zuhur, karena semua teman-temanya Fatimah adalah
wanita. Fatimah tidak merasa khawatir untuk membuka Hijabnya untuk
keperluan wudu, sehingga nampaklah rambut indah fatimah serta leher
fatimah.
Saat itu teman-teman wanita Fatimah melihat Fatimah tidak memakai
penetup kepala dan rambut serta leharnya kelihatan, mereka semua terpana
bahkan salah seorang berteriak histeris: Wooww imah kamu cantik sekali!
Fatimah tersenyum mendengar teriakan keterpesonaan temannya itu.
Salah satu temannya berkata: “Imah kamu tidak kalah sama pemain
sinetron yang cantik itu, itu lo si Bella..?!” Fatimah membalas: “si
Bella siapa ya?” Salah satu temannya heran: “Aduh Imah kamu tidak tahu
si bella, semua orang juga tahu lagi, dia pemain sinetron yang lagi naik
daun lo.” “Maaf Imah gak pernah nonton sinetron.” balas fatimah.
Salah seorang dari mereka bercanda sambil nyindir: “Makanya Imah
jangan baca buku agama terus dong, bosan tau, sekali-kali nonton
sinetron kek, ke pub kek, nongkrong malam mingguan kek sama kita-kita,
kan biar gaul gitu, kan malu nanti gak dibilang gaul , masak si Bella
aja kagak kenal.” Fatimah hanya tersenyum sedih dan dalam hatinya
berkata: “ Ya Allah berilah petunjuk kepada teman-temanku ini.”
Bukannya Fatimah tidak pernah memberikan nasehat kepada mereka bahkan
sering. Namun mereka hanya tersenyum masam-masam aja seolah menganggap
remeh nasehat dari Fatimah bahkan setelah diberi nasehat bukannya
berterimakasih tetapi malah dibuat candaan. “Iya bu ustadzah” kata
seorang temannya saat itu (Astagafirulloh).
Bahkan yang lebih gila lagi ada seorang temannya, yang menganjurkan
Fatimah untuk membuka hijabnya dan menganjurkan berpakaian ketat.
Alasannya agar semua pria bisa melihat pesona kecantikan wajah Fatimah
dan keseksian tubuh Fatimah. “Eh Imah, kita-kita kan tau kamu cantik,
full cantik, kalau boleh usul ni, itu jilbab dibuka saja. Berpakain
kayak kita-kita gitu lo. Aku yakin para pria tampan dan ganteng akan
datang ke Imah, untuk mendapatkan cinta Imah, kita-kita sebagai teman
ikut bangga lo, barangkali aja kita-kita dapat keciprakan pria ganteng
sisa-sisa dari Imah (sambil tertawa genit).” Begitu kata salah seorang
teman sekolah Fatimah. Tentu saja Fatimah yang tahu hukum bertabbaruj
itu menolak dengan keras usulan tersebut.
Dalam kesendiriannya Fatimah berdoa agar Allah menunjuki atau memberi
hidayah teman-temannya. Fatimah pernah dengar dari seorang temannya
yang berpendapat. “Imah kamu kan tahu aku ini pake jilbab juga, yah
walau pun beda-beda dikit aja sama kamu, tapi aku pacaran juga, kan
tidak ada salahnya punya pacar asalkan kita bisa menjaga diri kita.”
Begitu kata pendapat temannya.
Apakah dia tidak tahu bahwa islam sangat perhatian tentang menjaga
hati. Islam tidak mengekang cinta seseorang karena itu sudah fitrah
manusia berlainan jenis. Tetapi islam menganjurkan untuk mengikuti
aturan yang ada. Aturan dari yang menciptakan cinta itu yaitu Allah.
Mungkin pendapat temannya Fatimah itu benar bahwa mereka tidak
melakukan apa-apa dan bisa jaga diri. Ok-lah anggap saja mereka tidak
melakukan hubungan badan seperti suami isteri. Tetapi berkali-kali
Fatimah menjelaskan ke teman-temannya bahwa zina itu bukan hanya
hubungan badan diluar nikah tapi ada beberapa zina selain itu.
Kemudian Fatimah teringat bunyi hadis: “Ditetapkan atas anak Adam
bagiannya dari zina, akan diperolehnya hal itu, tidak bisa tidak. Kedua
mata itu berzina, zinanya dengan memandang. Kedua telinga itu berzina,
zinanya dengan mendengarkan. Lisan itu berzina, zinanya dengan
berbicara. Tangan itu berzina, zinanya dengan memegang. Kaki itu
berzina, zinanya dengan melangkah. Sementara itu, hati berkeinginan dan
beranganangan sedangkan kemaluan yang membenarkan itu semua atau
mendustakannya.” (H.R. Muslim: 2657, alBukhori: 6243).
Fatimah pernah membaca kitab dari imam An Nawawi tentang penjelasan
hadis diatas bahwasanya: Pada anak Adam itu ditetapkan bagiannya dari
zina. Di antara mereka ada yang melakukan zina secara hakiki dengan
memasukkan farji (kemaluan)nya ke dalam farji yang haram.
Ada yang zinanya secara majazi (kiasan) dengan memandang wanita yang
haram, mendengar perbuatan zina dan perkara yang mengantarkan kepada
zina, atau dengan sentuhan tangan di mana tangannya meraba wanita yang
bukan mahromnya atau menciumnya, atau kakinya melangkah untuk menuju ke
tempat berzina, atau melihat zina, atau menyentuh wanita yang bukan
mahromnya, atau melakukan pembicaraan yang haram dengan wanita yang
bukan mahromnya dan semisalnya, atau ia memikirkan dalam hatinya.
Semuanya ini termasuk zina secara majazi.” (Syarah Shohih Muslim:
16/156157).
Sambil bergumam dalam hati Fatimah hampir dapat memastikan bahwa
adakah di antara mereka tatkala berpacaran dapat menjaga pandangan mata
mereka dari melihat yang haram sedangkan memandang wanita ajnabiyyah
(bukan mahrom) atau lak-ilaki ajnabi (bukan mahrom) termasuk perbuatan
yang diharamkan?!.
Salah seorang teman Fatimah berkata bahwa mereka berpacaran untuk
proses pengenalan sebalum menuju ke pernikahan. Mereka berpendapat:
“Bagaimana mungkin kita menikah tanpa pacaran terlebih dahulu tanpa
mengenal masing-masing karekternya masing-masing. Gak mungkin dong ah.”
Betul islam juga menganjurkan untuk mengenal pasangannya masing-masing
tetapi bukan dengan cara berpacaran. Fatimah juga teringat akan hadis
nabi berikut ini: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
tidak boleh baginya berkhalwat (bedua-duaan) dengan seorang wanita,
sedangkan wanita itu tidak bersama mahramnya. Karena sesungguhnya yang
ketiga di antara mereka adalah setan.” (HR Ahmad).
Fatimah teringat akan kisah seorang sahabat yang datang kepada Rasul.
Sahabat ini datang kepada Rasul untuk menyampaikan niatnya bahwa dia
ingin menikah. Kemudian Rasululloh bertanya : “ Bagus , tapi apakah kamu
sudah mengenali calon mu itu..?” . Kemudian si sahabat rasul ini
menjawab : “ Belum ya Rasul..”. Selanjutnya rasul menyuruh dia agar
terlebih dahulu mengenalinya. Artinya kita diwajibkan untuk mengenal
pasangan kita terlebih dahulu (Ta’aruf) tapi bukan dengan pacaran
melainkan dengan aturan yang ada.
Kemudian Fatimah juga teringat akan hadis berikut : “Sekalikali tidak
boleh seorang laki-laki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali
wanita itu bersama mahromnya.” (H.R. alBukhori: 1862, Muslim: 1338).
Pada dasarnya kita mengenal wanita yang ingin kita nikahi itu bisa
melalui mahromnya wanita tersebut. Jadi bukan berdua-duan. Jika misalnya
kita ingin meneliti akhlak si wanita tersebut tanpa sepengetahuannya
kita boleh mengutus seseorang untuk menelitinya. Misalnya dengan
temannya si mahrom wanita tersebut. Atau bisa juga memanfaatkan
teknologi yang lagi ngetrend sekarang. Tukar biodatanya masing-masing
via email. Juga bisa juga lewat chatting tetapi perlu diingat juga
chatting disini bukan tidak ada batasnya. Dilarang chatting bebas
artinya harus dalam rambu-rambu yang dibenarkan. Tidak boleh ada
kata-kata maksiat atau yang lagi ngetren sekarang dengan menggunakan
kata cinta-cintaan, sayang-sayangan dan sejenis itu. Chatting disini
dilakukan semata-mata untuk mengenal si wanita tersebut. Saling tukar
menukar informasi yang berguna ke proses penganalan tersebut dan tidak
mengarah kepada maksiat juga tidak melalaikan serta mengotori hati.
Fatimah tidak mau menyalahkan sepenuhnya persepsi atau pandangan dari
teman-temannya itu. Fatimah sadar bahwa yang mempengaruhi mereka adalah
media-media ala barat, juga pergaulan ala barat yang banyak digemari
sekarang ini. Fatimah menyadari bahwa acara-acara televisi sekarang
mulai dari lagu-lagunya, filem-filemnya sampai sinetron-sinetronnya
kebanyakan menyajikan cinta berlainan jenis. Dan cinta itu diwujudkan
dengan pacaran dan mereka terjebak dalam lingkaran setan pergaulan
seperti itu.
Fatimah dalam sholatnya dan dalam kesendiriannya hanya bisa berdoa :
“Ya Allah berilah hidayah kepada teman-teman hamba agar bisa merasakan,
menikmati indahnya hasil menjaga hati, indahnya menjaga bagian tubuh ini
dari hal-hal yang Engkau larang. Tangan ini hanya untuk dijalanMU, Mata
ini hanya untuk melihat yg tidak Engkau larang dan segala anggota tubuh
ini adalah amanah dariMU, yang engkau perintahkan untuk digunakan
dijalanMU. Ya Allah berilah kenikmatan dan keinginan yang luar biasa,
bagi hambaMU ini dan teman-teman hambaMU untuk selalu berada dijalanMU
dan berilah kebencian yang luar biasa bagi hambaMU ini dan teman-teman
hamba dari hal-hal yang Engkau larang. Sesungguhnya Engkau maha
mendengar dan maha penyayang bagi hambaMU yang ikhlas memohon kepadaMU
amin ya Allah.”
Seraya meneteskan air mata begitulah doa singkat yang selalu di
lafazkan oleh Fatimah dalam setiap sholatnya dan dalam kesendiriaannya.
http://www.eramuslim.com/oase-iman/kenapa-sech-kamu-tidak-mau-punya-pacar.htm http://amininoorm.wordpress.com/2011/11/15/kenapa-sih-kamu-tidak-mau-punya-pacar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar