KH.Abdullah Gymnastiar
Add caption |
KH. Abdullah Gymnastiar, lahir di Bandung pada
tanggal 29 Januari 1962 dari pasangan Letkol H. Engkus Kuswara dan Ny. Hj. Yeti
Rohayati, sebuah keluarga yang dikenal relijius dan disiplin. Tak ingin disebut
Kiai, atau Ustad, karenanya lebih dikenal dengan panggilan Aa Gym. Dari
pernikahannya dengan Ninih Muthmainnah Muhsin – cucu KH. Mohamad Tasdiqin
(Pengasuh Pondok Pesantren Kalangsari, Cijulang, Ciamis Selatan), Aa Gym
dikaruniai enam orang anak, yakni Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi Al-Ghifari,
Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fatimah, dan Ghaza
Muhammad Al-Ghazali. Tak ketinggalan, lima orang anak yatim ikut tinggal
menjadi anak asuh di keluarga ini.
Latar belakang pendidikan Aa Gym memang
tidak dibesarkan atau dididik di lingkungan pesantren yang ketat -
terutama
pesantren dalam pengertian tradisional. Bahkan, guru pertama yang diakuinya
adalah adiknya sendiri, Agung Gunmartin, seorang yang cacat, lumpuh, matanya
juling, yang telinganya hampir tuli, yang tidak bisa bergerak. Namun adiknya
ini sangat gigih, tetap rajin kuliah dan tak pernah lepas shalat tahajudnya.
Meskipun untuk bernapas sudah susah sekali, dia tetap mendisiplinkan diri untuk
ke masjid. Aa Gym dengan setia menggendong adiknya baik ke masjid maupun ke
kampus.
Lama kelamaan, keadaan sang adik terus
melemah, duduk pun sudah tidak bisa. Tangannya menjadi tidak bisa digerakkan
lagi. Namun demikian, kondisi ini dihadapi sang adik dengan penuh kesabaran,
tanpa mengeluh. "Sampai akhirnya dia meninggal di pangkuan saya,
betul-betul adik saya itu meninggal di pangkuan saya ketika menghembuskan nafas
terakhirnya." kata Aa Gym.
Pencarian jati diri Aa Gym memang diwarnai
dengan beberapa peristiwa ‘aneh’, seolah-olah Allah sudah mempersiapkan dirinya
untuk menjadi pejuang di jalan-Nya. Bermula dari sebuah pengalaman langka:
nyaris sekeluarga – ibu, adik dan dirinya sendiri – pada suatu ketika dalam
tidur mereka secara bergiliran bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw. … Sang
Ibu mendapati Rasulullah sedang mencari-cari seseorang… pada malam lainnya,
giliran salah seorang adiknya bermimpi Rasulullah mendatangi rumah mereka.
Ketika itu ayahnya langsung menyuruh Gymnastiar, "Gym, ayolah temani
Rasul." Ketika ditemui, ternyata Rasul menyuruhnya untuk menyeru orang
mendirikan shalat. Beberapa malam setelah itu, Aa Gym memimpikan hal yang sama.
Dalam mimpinya dia sempat ikut shalat berjamaah dengan Rasulullah dan keempat
sahabat: Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. "Saya berdiri disamping Sayidina
Ali, sementara Rasulullah bertindak sebagai imam." katanya. Namun, sebelum
mimpi ini, terlebih dahulu Aa Gym bermimpi didatangi seorang tua berjubah putih
bersih yang kemudian mencuci mukanya dengan ekor bulu merak yang disaputi bulu
madu. Setelah itu, orang tersebut berkata bahwa insyaAllah, kelak dia akan
menjadi orang yang mulia.
Setelah peristiwa mimpi itu, mulai banyak
peristiwa lain yang mengoncangkan batinnya. Masa-masa penuh peristiwa spiritual
itu dijalani selama beberapa saat, yang membuat benar-benar ‘mabuk kepayang’
kepada Allah SWT. Selama dalam proses itulah, Aa Gym bertemu dengan empat orang
ulama yang sangat mengerti keadannya, yang mengatakan bahwa Aa Gym telah
dikaruniai ilmu laduni, yakni dengan secara langsung dibukakan hati untuk
mengenal-Nya, tanpa melalui proses riyadhah. Demikian juga KH. Khoer Affandi,
ulama tasawuf terkenal yang semasa hidupnya adalah pemimpin Pesantren Miftahul
Huda, Manonjaya, Tasikmalaya, mengatakan bahwa dirinya telah dikaruniai
ma’rifatullah.
Beberapa saat setelah menimba ilmu kepada
keempat ulama itu, Allah swt mengaruniakan kemudahan sehingga lidah dan
pikirannya dimudahkan untuk menjelaskan segala sesuatu.
Kini, Aa Gym menjadi pimpinan di Pesantren
Daarut Tauhiid yang berdiri sejak tahun 1990 dan telah tersebar di tiga kota:
Bandung, Jakarta dan Batam. Strategi dakwah yang dilakukan di Daarut Tauhiid
lebih diarahkan untuk membangun kekuatan akhlak dan ekonomi. Orientasi
perbaikan akhlak dilakukan lewat pengembangan konsep Manajemen Qolbu, sedangkan
aspek ekonomi ditandai dengan pengembangan sejumlah unit usaha antara lain
minimarket, BMT, penerbitan, sanggar busana muslimah, wartel, kerajinan tangan,
percetakan, radio, rekaman, dan production house.
Dengan motto Dzikir,
Fikir, Ikhtiar; Daarut Tauhiid berusaha membentuk insan yang ramah, santun
berwibawa, rajin, terampil cekatan dan tidak menyia-nyiakan waktu, karena hidup
adalah untuk mempersembahkan yang terbaik, yang bermakna bagi dunia dan berarti
bagi akhirat kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar