Senin, 01 September 2014

MAKALAH BIMBINGAN DAN PENYULUHAN






Kata pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kami dari para juru nasehat dan yang memberei pengertian kepada kami tenteng ilmu-ilmu ulama yang melekat. tetapkanlah Rahmat dan salam sejahtera kepada Nabi Muhammad SAW , pembawa Islam yang sanggup melenyapkan agama-agama orang kafir dan musyrik demikian pula RahmatNy dan salam kepada keluarga dan para sahabat beliau yang teguh menjalankan syariatnya .
Alhamdulilah berkat Rahmat Allah SWT kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah “ Bimbingan dan Penyuluhan PAI “ , tersusunya makalah ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada guru-guru terutama kepada guru pembimbing kami Dra. Hj. Popon Kuraesin, MA
harapan semoga dapat menjadi amal jariyah beliau yang amat berjasa kepada kami .Amin.
Dan karena tidak ada gading yang tak retak maka kami sangat mengharapkan koreksi dan tegur sapa para guru ,cerdik pandai dan semua pembaca demi penyempurnaan langkah kami selanjutnya .
Demikianlah semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan kaum muslimin pada umumnya amin.

                                                            Cirebon, 30 Agustus 2014


                                                                       Penyusun


                                               Daftar isi
Kata Pengantar ..............................................................................i
Daftar isi ........................................................................................ii
BAB I             PENDAHULAN ....................................................1
a.   Latar Belakang.......................................................1
b.  Rumusan masalah ...................................................1
c.  Tujuan Pembahasan ................................................1

BAB II            PEMBAHASAN ....................................................2
a.       Pengertian Bimbingan Dan Penyuluhan PAI............. 2
b.      Hubungan Bimbingan Dan Penyuluhan PAI...............2
c.       Pentingnya Bimbingan Dan Penyuluhan PAI..............3
d.      Karakteristik Bimbingan Dan Penyuluhan PAI...........3
e.       Pendekatan Dalam Bimbingan Dan Penyuluhan PAI..4

BAB III          PENUTUP ..............................................................8
                  a.     Kesimpulan .............................................................9

DAFTAR PUSTAKA


      

 BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
            Kehidupan ini pada hakikatnya tidak bisa terlepas dari masalah. Dimanapun manusia hidup, ia pasti akan menghadapi persoalan. Karena hal demikian memang sudah ditetapkan oleh Allah sebagai ujian bagi manusia. Sehingga sangat tepatlah sebuah ungkapan ini: الحياة هي سلسلة من المشكلة  (bahwa hidup merupakan rangkaian dari masalah). Seluruh problem manusia tersebut menuntut adanya penyelesaian. Akan tetapi tidak semua problem dapat diselesaikan sendiri oleh individu, sehingga ia kadangkala membutuhkan seorang ahli untuk memecahkan problemnya.
            Dari sini penulis ingin memaparkan tentang betapa pentingnya bimbingan PAI dalam menyelesaikan problem-problem hidup, bagaimana karakteristik dan pendekatan yang digunakan PAI dalam menghadapinya.
  1. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulisan makalah ini mempunyai beberapa rumusan yaitu:
1.      Apa pengertian bimbingan dan penyuluhan PAI?
2.      Bagaimana hubungan bimbingan dan penyuluhan PAI?
3.      Seberapa penting bimbingan dan penyuluhan PAI?
4.      Bagaimana karakteristik bimbingan dan penyuluhan PAI?
5.      Apa saja pendekatan yang dipakai dalam bimbingan dan penyuluhan PAI?
  1. Tujuan Pembahasan
            Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk:
1.      Menjelaskan pengertian bimbingan dan penyuluhan PAI.
2.      Menjelaskan hubungan bimbingan dan penyuluhan PAI.
3.      Menjelaskan betapa perlunya bimbingan dan penyuluhan PAI.
4.      Menjelaskan karakteristik bimbingan dan penyuluhan PAI.
5.      Menjelaskan pendekatan yang dipakai dalam bimbingan dan penyuluhan PAI.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan PAI
Istilah bimbingan dan penyuluhan dipandang dari segi terminologi berasal dari bahasa asing yaitu bimbingan dari Guidance dan penyuluhan dari Counseling.
a.       Bimbingan
Mengenai pengertian bimbingan ini Bimo walgito mengemukakan sebagai berikut:
Bimbingan adalah merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan dalam hidupnya mencapai kesejahteraan. (Walgito, 1989:4)
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan bimbingan adalah suatu usaha bantuan yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam memberikan bantuan atau pertolongan kepada individu tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimiliki, mengenal dirinya dan dapat bertanggung jawab.
b.      Penyuluhan
Penyuluhan (counseling) menurut Dewa Ketut Sukardi adalah bantuan yang diberikan kepada klien (counselee) dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan dengan wawancara yang dilakukan secara “face to face”, atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien (counselee) untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Setelah menguraikan beberapa defenisi bimbingan dan konseling menurut para ahli, maka penulis menggabungkan kedua kata tersebut, yaitu antara bimbingan dan konseling ditinjau dari segi Islam atau yang disebut bimbingan dan konseling Islam.
B.     Hubungan Bimbingan dan Penyuluhan PAI
Bimbingan dan konseling (penyuluhan) merupakan istilah yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Perbedaannya adalah bimbingan itu lebih bersifat pencegahan (preventif), pemeliharaan dan pengembangan, sedangkan dalam konseling lebih bersifat perbaikan atau korektif. Persamaan adalah keduanya merupakan suatu bantuan bagi individu-individu dalam menghadapi problem kedupannnya. Sedangkan perbedaan, bimbingan lebih luas dari pada penyuluhan, bimbingan lebih menitik beratkan pada segi-segi preventif, sedangkan penyuluhan lebih menitik beratkan pada segi kuratif, tetapi walaupun demikian pengguanan bimbingan selalu diikuti dengan kata penyuluhan.

C.    Pentingnya Bimbingan dan Penyuluhan PAI       

Keberadaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah harus mendapatkan perhatian istimewa terhadap generasi muda. Karena manfaatnya adalah sangat besar bagi pemantapan hidup bagi generasi muda kita dalam berbagai bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan. Ketrampilan dan sikap mental generasi muda. Apalagi mengingat bahwa generasi mda perlu dibina secara intensif sesuai dengan cita-cita yang terkandung dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara yang menyatakan bahwa generasi muda harus dibina agar menjadi generasi pengganti dimasa mendatang yang harus lebih baik, lebih bertanggung jawab dan lebih mampu mengisi serta membina kemerdekaan Bangsa.
Dengan adanya bimbingan dan penyuluhan di sekolah diharapkan generasi muda menjadi generasi yang mampu bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat serta bagi bangsa dan negara. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 110 yaitu:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةِ أُخْرِجَتْ لِنَّاسِ تَعْمُرُوْنَ بِالمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ المُنْكَرِ وَتُأمِنُوْنَ بِاللهِ
Artinya :  Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah … (QS. Ali Imron: 110).

D.    Karakteristik Bimbingan dan Penyuluhan PAI

            Pada hakikatnya bimbingan konseling PAI bukanlah merupakan hal yang baru, tetapi ia telah ada bersamaan dengan diturunkannya ajaran Islam kepada Rasulullah SAW untuk pertama kali. Ketika itu ia merupakan alat pendidikan dalam sistem pendidikan Islam yang dikembangkan oleh Rasulullah. Secara sepiritual bahwa Allah memberi petunjuk (bimbingan) bagi peminta petunjuk (bimbingan). Sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
`tB Ïöku ª!$# uqßgsù ÏtGôgßJø9$# ( ÆtBur ö@Î=ôÒム`n=sù yÅgrB ¼çms9 $|Ï9ur #YÏ©óD  
Artinya: “Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya”. (QS. Al-Kahfi: 17)
E.     Pendekatan dalam Bimbingan dan Penyuluhan PAI
            Pendekatan disini dimaksudkan sebagai upaya bagaimana klien/konseli diperlakukan dan disikapi dalam penyelenggaraan bimbingan PAI, yakni:
1)      Pendekatan fitrah
            Pendekatan ini memandang bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk hidup sehat secara fisik dan mental serta berpotensi untuk sembuh dari sakit yang dideritanya (fisik dan mental), disamping memiliki potensi untuk berkembang. Pendidikan baginya adalah suatu pengembangan atas potensi-potensi yang ada, agar ia semakin dekat dengan Allah dan semakin sadar akan tanggungjawabnya sebagai pengemban amanah dan misi khilafah.
            Dalam hal ini, al-Ghazali mengemukakan bahwa semua anak cucu Adam difitrahkan beriman dan mengetahui Allah SWT sesuai dengan fitrahnya. Keterangan nash dalam hal ini dapat dilihat dalam al-Qur’an surah ar-Rum ayat 30, berikut:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ  
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-Rum: 30)
            Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa manusia dijadikan manurut fitrah Allah. Yakni Allah menciptakan manusia dengan dibekali naluri beragama, yaitu agama tauhid. Jika pada akhirnya manusia tidak beragama tauhid lagi, adalah karena pengaruh lingkungan. Lebih lanjut, Muhammad Fadil al-Jamali mengemukakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan-kemampuan dasar dan kecenderungan-kecenderungan yang murni (fitrah). Fitrah ini lahir dalam bentuk sederhana dan terbatas, kemudian dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik atau sebaliknya sesuai dengan hal-hal yang mempengaruhinya.
            Karena manusia itu dapat tumbuh dan berkembang menjadi baik atau tidak baik, maka manusia harus dihindarkan dari segala sifat yang dapat mencemari fitrahnya. Problem-problem yang merupakan kendala bagi baiknya perkembangan fitrah itu diselesaikan melalui proses bimbingan konseling Islami. Untuk itu, individu dibantu menemukan fitrahnya, sehingga dapat selalu dengan Allah dan dibimbing untuk mengembangkan dirinya, agar mampu memecahkan masalah kehidupannya, serta dapat melakukan self counseling dengan bimbingan Allah SWT.

2)      Pendekatan sa’adah mutawazinah
            Sebagaimana diketahui bahwa Islam mengajarkan hakikat kebahagiaan dunia adalah untuk kebahagiaan akhirat, dan Islam bukanlah hanya agama akhirat semata, serta bukan pula hanya sebagai agama dunia semata, melainkan agama dunia akhirat. Oleh karena itu, kesinambungan sa’adah (kebahagiaan) di dunia dan akhirat merupakan kesempurnaan Islam. Sa’adah yang dimaksudkan oleh Islam bukan hanya terfokus pada kekinian saja, melainkan untuk kekinian dan nanti. Islam memandang saat kini adalah persiapan untuk masa nanti.
            Firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 201 yang senantiasa dimohonkan oleh manusia dalam setiap do’anya, jelas menunjukkan tujuan hidup manusia adalah menggapai dua segi kebahagiaan sekaligus. Kebahagiaan hidup di akhirat adalah kebahagiaan utama dan hakiki, tetapi jembatan ke arah itu adalah kebahagiaan hidup di dunia.
            Sehubungan dengan ini, al-Ghazali memberikan interpretasi terhadap lafadz ayat 201 surah al-Baqarah tersebut. Fid-dunya hasanah, maksudnya adalah ilmu dan ibadah, sedangkan wa fil akhirati hasanah adalah surga. Dengan demikian, dunia yang diistilahkan al-Ghazali dengan mazra’ah al-akhirah bermakna bahwa ilmu dan ibadah di dunia dimaksudkan untuk mencapai kebahagiaan akhirat (surga).
            Sebagaimana diketahui bahwa upaya bimbingan konseling Islami adalah untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah kehidupan dunia, dan untuk itulah ia diperlukan. Oleh karena itu, penyelesaian problem yang dihadapi klien/konseli adalah dalam upaya memperoleh ketentraman hidup di dunia dan dengan ketentraman itu klien/konseli dapat memahami kembali jati dirinya serta sekaligus menjadi dekat dengan Allah SWT. Hal demikian merupakan cerminan sa’idah mutawazinah yang hakiki, dan dijadikan prinsip penyelenggaraan bimbingan konseling Islami.

3)      Pendekatan kemandirian
            Pendekatan ini dilakukan atas dasar nilai yang dimaknai bersumber dari asas kerahasiaan. Upaya pemahaman kembali konsep diri bagi klien/konseli hendaknya dilakukan oleh konselor dengan membangkitkan rasa percaya diri mereka, sehingga merasa mampu untuk menyelesaikan masalahnya secara mandiri. Rasa percaya diri dan sikap kemandirian merupakan fenomena pemahaman tentang dirinya, dan salah satu hasil sebagaimana yang ingin dicapai dari layanan bimbingan dan konseling yang diberikan. Sedangkan konsep kemandirian dalam Islam antara lain tertuang dalam al-Qur’an surah ar-Ra’d ayat 11 berikut:
žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î 3
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar-Ra’d: 11)
            Dalam ayat tersebut Allah dengan tegas menyatakan bahwa manusia tidak akan mencapai kebaikan/kemajuan jika mereka tidak mau berusaha ke arah itu dan tidak akan memperoleh sesuatu selain dari apa yang diusahakannya.
            Dengan demikian, upaya membiasakan klien/konseli untuk bertanggungjawab secara mandiri, sangat dituntut dalam penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan PAI. Pada gilirannya, diharapkan klien/konseli dapat menyadari bahwa pertanggungjawaban di hadapan Allah adalah pertanggungjawaban pribadi. Konselor harus dapat meyakinkan klien/konselinya bahwa kemandirian dan pertanggungjawaban pribadi itu adalah salah satu kunci hidup di dunia yang mazra’ah al-akhirah.
      
4)      Pendekatan keterbukaan
          Keterbukaan di sini dimaksudkan bahwa konseling Islami berlangsung dalam suasana keterbukaan, baik di pihak klien/konseli maupun di pihak konselor. Klien/konseli menyampaikan keluhan secara terbuka agar konselor dapat mengidentifikasi permasalahan untuk ditemukan jalan keluarnya. Konseling tidak dapat berproses secara wajar jika salah satu atau keduanya tidak saling terbuka, dan keterbukaan harus berlangsung dengan disertai sikap saling mempercayai. Hanya dengan jiwa yang terbuka manusia dapat menerima pendapat atau nasihat orang lain.
            Islam sangat menganjurkan keterbukaan dan mengecam ketertutupan. Dalam surah al-Baqarah ayat 146 Allah berfirman:
tûïÏ%©!$# ãNßg»uZ÷s?#uä |=»tGÅ3ø9$# ¼çmtRqèù̍÷ètƒ $yJx. tbqèù̍÷ètƒ öNèduä!$oYör& ( ¨bÎ)ur $Z)ƒÌsù öNßg÷ZÏiB tbqßJçGõ3us9 ¨,ysø9$# öNèdur tbqßJn=ôètƒ  
Artinya: “Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al kitab (Taurat dan Injil) Mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 146)
            Dalam ayat tersebut Allah mengecam orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menyembunyikan kebenaran. Walhasil, dalam proses bimbingan PAI klien/konseli harus terbuka dan jujur dalam menyampaikan keluhan dan pertanyaan, sedangkan konselor harus terbuka dan terus terang pula menyampaikan jalan keluar pemecahan masalah tersebut.



BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
            Dari pembahasan materi di atas dapatlah diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1.      “Bimbingan dan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”.
2.      Bimbingan dan konseling (penyuluhan) merupakan istilah yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama.
3.      Keberadaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah harus mendapatkan perhatian istimewa terhadap generasi muda. Karena manfaatnya adalah sangat besar bagi pemantapan hidup bagi generasi muda kita dalam berbagai bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan.
4.      Karakter bimbingan konseling PAI ini pada hakikatnya berorentasi pada ketentraman hidup manusia dunia – akhirat.
5.      Ada beberapa pendekatan yang bisa ditempuh dalam melakukan bimbingan dan penyuluhan PAI, antara lain:
a.       Pendekatan fitrah
b.      Pendekatan sa’adah mutawazinah
c.       Pendekatan keterbukaan
d.      Pendekatan kemandirian








DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Saiful Akhyar. 2007. Konseling Islami: Kyai & Pesantren. Yogyakarta: eLSAQ Press.
Az-Zahrani, Musafir bin Said. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Sukardi, Dewa Ketut. 1983. BIMBINGAN DAN PENYULUHAN. Surabaya: Usaha Nasional.
Faqih, Aunur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press.
Rahmawati, Fenti. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Departemen Agama RI. 1989.  Al Qur’an dan Tejemahannya. Surabaya:Mahkota.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar