Kata pengantar
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kami dari para juru nasehat
dan yang memberei pengertian kepada kami tenteng ilmu-ilmu ulama yang melekat.
tetapkanlah Rahmat dan salam sejahtera kepada Nabi Muhammad SAW , pembawa Islam
yang sanggup melenyapkan agama-agama orang kafir dan musyrik demikian pula
RahmatNy dan salam kepada keluarga dan para sahabat beliau yang teguh
menjalankan syariatnya .
Alhamdulilah berkat Rahmat Allah SWT kami dapat menyelesaikan tugas membuat
makalah “ Bimbingan dan Penyuluhan PAI
“ , tersusunya makalah ini tidak lupa kami
ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada guru-guru
terutama kepada guru pembimbing kami Dra. Hj. Popon Kuraesin, MA
harapan semoga dapat menjadi amal jariyah beliau yang amat berjasa kepada
kami .Amin.
Dan karena tidak ada gading yang
tak retak maka kami sangat mengharapkan koreksi dan tegur sapa para
guru ,cerdik pandai dan semua pembaca demi penyempurnaan langkah kami
selanjutnya .
Demikianlah semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan kaum
muslimin pada umumnya amin.
Cirebon, 30 Agustus 2014
Penyusun
Daftar isi
Kata Pengantar
..............................................................................i
Daftar isi
........................................................................................ii
BAB I PENDAHULAN
....................................................1
a.
Latar
Belakang.......................................................1
b.
Rumusan
masalah ...................................................1
c.
Tujuan
Pembahasan
................................................1
BAB II PEMBAHASAN
....................................................2
a. Pengertian Bimbingan Dan Penyuluhan PAI............. 2
b. Hubungan Bimbingan Dan Penyuluhan PAI...............2
c. Pentingnya Bimbingan Dan Penyuluhan
PAI..............3
d.
Karakteristik Bimbingan Dan Penyuluhan PAI...........3
e.
Pendekatan Dalam Bimbingan Dan Penyuluhan PAI..4
BAB III PENUTUP
..............................................................8
a. Kesimpulan .............................................................9
DAFTAR PUSTAKA
a. Kesimpulan .............................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Kehidupan
ini pada hakikatnya tidak bisa terlepas dari masalah. Dimanapun manusia hidup,
ia pasti akan menghadapi persoalan. Karena hal demikian memang sudah ditetapkan
oleh Allah sebagai ujian bagi manusia. Sehingga sangat tepatlah sebuah ungkapan
ini: الحياة هي سلسلة من المشكلة (bahwa
hidup merupakan rangkaian dari masalah). Seluruh problem manusia tersebut
menuntut adanya penyelesaian. Akan tetapi tidak semua problem dapat
diselesaikan sendiri oleh individu, sehingga ia kadangkala membutuhkan seorang
ahli untuk memecahkan problemnya.
Dari sini penulis ingin memaparkan tentang betapa pentingnya bimbingan PAI
dalam menyelesaikan problem-problem hidup, bagaimana karakteristik dan
pendekatan yang digunakan PAI dalam menghadapinya.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulisan makalah ini mempunyai
beberapa rumusan yaitu:
1. Apa
pengertian bimbingan dan penyuluhan PAI?
2. Bagaimana
hubungan bimbingan dan penyuluhan PAI?
3. Seberapa
penting bimbingan dan penyuluhan PAI?
4. Bagaimana
karakteristik bimbingan dan penyuluhan PAI?
5. Apa saja
pendekatan yang dipakai dalam bimbingan dan penyuluhan PAI?
- Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan
pengertian bimbingan dan penyuluhan PAI.
2. Menjelaskan
hubungan bimbingan dan penyuluhan PAI.
3. Menjelaskan
betapa perlunya bimbingan dan penyuluhan PAI.
4. Menjelaskan
karakteristik bimbingan dan penyuluhan PAI.
5. Menjelaskan
pendekatan yang dipakai dalam bimbingan dan penyuluhan PAI.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bimbingan dan Penyuluhan PAI
Istilah bimbingan dan penyuluhan
dipandang dari segi terminologi berasal dari bahasa asing yaitu bimbingan dari Guidance
dan penyuluhan dari Counseling.
a.
Bimbingan
Mengenai pengertian bimbingan ini
Bimo walgito mengemukakan sebagai berikut:
Bimbingan adalah merupakan bantuan
atau pertolongan yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau
mengatasi kesulitan dalam hidupnya mencapai kesejahteraan. (Walgito, 1989:4)
Berdasarkan pendapat tersebut di
atas, maka yang dimaksud dengan bimbingan adalah suatu usaha bantuan yang
dilakukan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam
memberikan bantuan atau pertolongan kepada individu tersebut dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki, mengenal dirinya dan dapat bertanggung
jawab.
b.
Penyuluhan
Penyuluhan (counseling) menurut Dewa
Ketut Sukardi adalah bantuan yang diberikan kepada klien (counselee) dalam
memecahkan masalah-masalah kehidupan dengan wawancara yang dilakukan secara
“face to face”, atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien
(counselee) untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Setelah menguraikan beberapa
defenisi bimbingan dan konseling menurut para ahli, maka penulis menggabungkan
kedua kata tersebut, yaitu antara bimbingan dan konseling ditinjau dari segi Islam atau yang
disebut bimbingan dan konseling Islam.
B.
Hubungan
Bimbingan dan Penyuluhan PAI
Bimbingan dan konseling (penyuluhan)
merupakan istilah yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Perbedaannya
adalah bimbingan itu lebih bersifat pencegahan (preventif), pemeliharaan
dan pengembangan, sedangkan dalam konseling lebih bersifat perbaikan atau korektif.
Persamaan adalah keduanya merupakan suatu bantuan bagi individu-individu dalam
menghadapi problem kedupannnya. Sedangkan perbedaan, bimbingan lebih luas dari
pada penyuluhan, bimbingan lebih menitik beratkan pada segi-segi preventif,
sedangkan penyuluhan lebih menitik beratkan pada segi kuratif, tetapi walaupun
demikian pengguanan bimbingan selalu diikuti dengan kata penyuluhan.
C. Pentingnya Bimbingan dan Penyuluhan
PAI
Keberadaan bimbingan dan penyuluhan
di sekolah harus mendapatkan perhatian istimewa terhadap generasi muda. Karena
manfaatnya adalah sangat besar bagi pemantapan hidup bagi generasi muda kita
dalam berbagai bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan. Ketrampilan dan sikap
mental generasi muda. Apalagi mengingat bahwa generasi mda perlu dibina secara
intensif sesuai dengan cita-cita yang terkandung dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara yang menyatakan bahwa generasi muda harus dibina agar menjadi generasi
pengganti dimasa mendatang yang harus lebih baik, lebih bertanggung jawab dan
lebih mampu mengisi serta membina kemerdekaan Bangsa.
Dengan adanya bimbingan dan
penyuluhan di sekolah diharapkan generasi muda menjadi generasi yang mampu
bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat serta bagi bangsa
dan negara. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 110 yaitu:
كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةِ أُخْرِجَتْ لِنَّاسِ تَعْمُرُوْنَ بِالمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ المُنْكَرِ وَتُأمِنُوْنَ بِاللهِ
Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah … (QS. Ali Imron: 110).
D. Karakteristik
Bimbingan dan Penyuluhan PAI
Pada hakikatnya bimbingan konseling PAI bukanlah merupakan hal yang baru,
tetapi ia telah ada bersamaan dengan diturunkannya ajaran Islam kepada
Rasulullah SAW untuk pertama kali. Ketika itu ia merupakan alat pendidikan
dalam sistem pendidikan Islam yang dikembangkan oleh Rasulullah. Secara
sepiritual bahwa Allah memberi petunjuk (bimbingan) bagi peminta petunjuk
(bimbingan). Sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
`tB ωöku‰ ª!$# uqßgsù ωtGôgßJø9$# ( ÆtBur ö@Î=ôÒム`n=sù y‰ÅgrB ¼çms9 $|‹Ï9ur #Y‰Ï©ó‘D
Artinya: “Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka
kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk
kepadanya”. (QS. Al-Kahfi: 17)
E. Pendekatan
dalam Bimbingan dan Penyuluhan PAI
Pendekatan disini dimaksudkan sebagai upaya bagaimana klien/konseli
diperlakukan dan disikapi dalam penyelenggaraan bimbingan PAI, yakni:
1)
Pendekatan
fitrah
Pendekatan ini memandang bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk
hidup sehat secara fisik dan mental serta berpotensi untuk sembuh dari sakit
yang dideritanya (fisik dan mental), disamping memiliki potensi untuk
berkembang. Pendidikan baginya adalah suatu pengembangan atas potensi-potensi
yang ada, agar ia semakin dekat dengan Allah dan semakin sadar akan
tanggungjawabnya sebagai pengemban amanah dan misi khilafah.
Dalam hal ini, al-Ghazali mengemukakan bahwa semua anak cucu Adam difitrahkan
beriman dan mengetahui Allah SWT sesuai dengan fitrahnya. Keterangan nash dalam
hal ini dapat dilihat dalam al-Qur’an surah ar-Rum ayat 30, berikut:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $Zÿ‹ÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏ‰ö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$# ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-Rum: 30)
Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa manusia dijadikan manurut fitrah
Allah. Yakni Allah menciptakan manusia dengan dibekali naluri beragama, yaitu
agama tauhid. Jika pada akhirnya manusia tidak beragama tauhid lagi, adalah
karena pengaruh lingkungan. Lebih lanjut, Muhammad Fadil al-Jamali mengemukakan
bahwa setiap individu memiliki kemampuan-kemampuan dasar dan
kecenderungan-kecenderungan yang murni (fitrah). Fitrah ini lahir dalam bentuk
sederhana dan terbatas, kemudian dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik
atau sebaliknya sesuai dengan hal-hal yang mempengaruhinya.
Karena manusia itu dapat tumbuh dan berkembang menjadi baik atau tidak baik,
maka manusia harus dihindarkan dari segala sifat yang dapat mencemari
fitrahnya. Problem-problem yang merupakan kendala bagi baiknya perkembangan
fitrah itu diselesaikan melalui proses bimbingan konseling Islami. Untuk itu,
individu dibantu menemukan fitrahnya, sehingga dapat selalu dengan Allah dan
dibimbing untuk mengembangkan dirinya, agar mampu memecahkan masalah
kehidupannya, serta dapat melakukan self counseling dengan bimbingan
Allah SWT.
2)
Pendekatan sa’adah
mutawazinah
Sebagaimana diketahui bahwa Islam mengajarkan hakikat kebahagiaan dunia adalah
untuk kebahagiaan akhirat, dan Islam bukanlah hanya agama akhirat semata, serta
bukan pula hanya sebagai agama dunia semata, melainkan agama dunia akhirat.
Oleh karena itu, kesinambungan sa’adah (kebahagiaan) di dunia dan
akhirat merupakan kesempurnaan Islam. Sa’adah yang dimaksudkan oleh
Islam bukan hanya terfokus pada kekinian saja, melainkan untuk kekinian dan
nanti. Islam memandang saat kini adalah persiapan untuk masa nanti.
Firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 201 yang senantiasa dimohonkan oleh
manusia dalam setiap do’anya, jelas menunjukkan tujuan hidup manusia adalah
menggapai dua segi kebahagiaan sekaligus. Kebahagiaan hidup di akhirat adalah
kebahagiaan utama dan hakiki, tetapi jembatan ke arah itu adalah kebahagiaan
hidup di dunia.
Sehubungan dengan ini, al-Ghazali memberikan interpretasi terhadap lafadz ayat
201 surah al-Baqarah tersebut. Fid-dunya hasanah, maksudnya adalah ilmu
dan ibadah, sedangkan wa fil akhirati hasanah adalah surga. Dengan
demikian, dunia yang diistilahkan al-Ghazali dengan mazra’ah al-akhirah bermakna
bahwa ilmu dan ibadah di dunia dimaksudkan untuk mencapai kebahagiaan akhirat
(surga).
Sebagaimana diketahui bahwa upaya bimbingan konseling Islami adalah untuk
memecahkan dan menyelesaikan masalah kehidupan dunia, dan untuk itulah ia
diperlukan. Oleh karena itu, penyelesaian problem yang dihadapi klien/konseli
adalah dalam upaya memperoleh ketentraman hidup di dunia dan dengan ketentraman
itu klien/konseli dapat memahami kembali jati dirinya serta sekaligus menjadi
dekat dengan Allah SWT. Hal demikian merupakan cerminan sa’idah mutawazinah yang
hakiki, dan dijadikan prinsip penyelenggaraan bimbingan konseling Islami.
3)
Pendekatan
kemandirian
Pendekatan ini dilakukan atas dasar nilai yang dimaknai bersumber dari asas
kerahasiaan. Upaya pemahaman kembali konsep diri bagi klien/konseli hendaknya
dilakukan oleh konselor dengan membangkitkan rasa percaya diri mereka, sehingga
merasa mampu untuk menyelesaikan masalahnya secara mandiri. Rasa percaya diri
dan sikap kemandirian merupakan fenomena pemahaman tentang dirinya, dan salah
satu hasil sebagaimana yang ingin dicapai dari layanan bimbingan dan konseling
yang diberikan. Sedangkan konsep kemandirian dalam Islam antara lain tertuang
dalam al-Qur’an surah ar-Ra’d ayat 11 berikut:
žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î 3
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri”. (QS. Ar-Ra’d: 11)
Dalam ayat tersebut Allah dengan tegas menyatakan bahwa manusia tidak akan
mencapai kebaikan/kemajuan jika mereka tidak mau berusaha ke arah itu dan tidak
akan memperoleh sesuatu selain dari apa yang diusahakannya.
Dengan demikian, upaya membiasakan klien/konseli untuk bertanggungjawab secara
mandiri, sangat dituntut dalam penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan PAI.
Pada gilirannya, diharapkan klien/konseli dapat menyadari bahwa
pertanggungjawaban di hadapan Allah adalah pertanggungjawaban pribadi. Konselor
harus dapat meyakinkan klien/konselinya bahwa kemandirian dan
pertanggungjawaban pribadi itu adalah salah satu kunci hidup di dunia yang mazra’ah
al-akhirah.
4)
Pendekatan
keterbukaan
Keterbukaan
di sini dimaksudkan bahwa konseling Islami berlangsung dalam suasana
keterbukaan, baik di pihak klien/konseli maupun di pihak konselor.
Klien/konseli menyampaikan keluhan secara terbuka agar konselor dapat
mengidentifikasi permasalahan untuk ditemukan jalan keluarnya. Konseling tidak
dapat berproses secara wajar jika salah satu atau keduanya tidak saling
terbuka, dan keterbukaan harus berlangsung dengan disertai sikap saling
mempercayai. Hanya dengan jiwa yang terbuka manusia dapat menerima pendapat
atau nasihat orang lain.
Islam sangat menganjurkan keterbukaan dan mengecam ketertutupan. Dalam surah
al-Baqarah ayat 146 Allah berfirman:
tûïÏ%©!$# ãNßg»uZ÷s?#uä |=»tGÅ3ø9$# ¼çmtRqèùÌ÷ètƒ $yJx. tbqèùÌ÷ètƒ öNèduä!$oYör& ( ¨bÎ)ur $Z)ƒÌsù öNßg÷ZÏiB tbqßJçGõ3u‹s9 ¨,ysø9$# öNèdur tbqßJn=ôètƒ
Artinya: “Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang
telah Kami beri Al kitab (Taurat dan Injil) Mengenal Muhammad seperti mereka
mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka
menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 146)
Dalam ayat tersebut Allah mengecam orang-orang Yahudi dan Nasrani yang
menyembunyikan kebenaran. Walhasil, dalam proses bimbingan PAI klien/konseli
harus terbuka dan jujur dalam menyampaikan keluhan dan pertanyaan, sedangkan
konselor harus terbuka dan terus terang pula menyampaikan jalan keluar
pemecahan masalah tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan materi di atas dapatlah diambil beberapa kesimpulan, sebagai
berikut:
1.
“Bimbingan
dan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”.
2.
Bimbingan
dan konseling (penyuluhan) merupakan istilah yang mempunyai maksud dan tujuan
yang sama.
3.
Keberadaan
bimbingan dan penyuluhan di sekolah harus mendapatkan perhatian istimewa
terhadap generasi muda. Karena manfaatnya adalah sangat besar bagi pemantapan
hidup bagi generasi muda kita dalam berbagai bidang yang menyangkut ilmu
pengetahuan.
4.
Karakter
bimbingan konseling PAI ini pada hakikatnya berorentasi pada ketentraman hidup
manusia dunia – akhirat.
5.
Ada beberapa
pendekatan yang bisa ditempuh dalam melakukan bimbingan dan penyuluhan PAI,
antara lain:
a.
Pendekatan
fitrah
b.
Pendekatan sa’adah
mutawazinah
c.
Pendekatan
keterbukaan
d.
Pendekatan
kemandirian
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Saiful Akhyar. 2007. Konseling Islami: Kyai
& Pesantren. Yogyakarta: eLSAQ Press.
Az-Zahrani, Musafir bin Said. 2005. Konseling
Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Sukardi, Dewa Ketut. 1983. BIMBINGAN DAN PENYULUHAN.
Surabaya: Usaha Nasional.
Faqih, Aunur
Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press.
Rahmawati,
Fenti. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Departemen
Agama RI. 1989. Al Qur’an dan Tejemahannya. Surabaya:Mahkota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar