Minggu, 30 September 2012

TAFSIR SURAT AL-BAQOROH AYAT 163-164

بسم الله الر حمن الرحيم


وَ إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْم
(163) Dan Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Maha Esa . Tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Murah, lagi Maha Penyayang.

إِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ اخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ وَ الْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَ مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاء مِنْ مَّاء فَأَحْيَى بِهِ الْأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَ بَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَآبَّةٍ وَ تَصْرِيْفِ الرِّيَاحِ وَ السَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُوْن َ
(164) Sesungguhnya pada kejadian semua langit dan bumi dan perubahan malam dan siang d an kapal yang berlayar di lautan membawa barang yang bermanfaat bagi manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit dari ada air, maka dihidupkanNya dengan (air) itu bumi, sesudah matinya , seraya disebarkanNya padanya dari tiap-tiap jenis binatang, dan peredaran angin, dan awan yang diperintah di antara langit dan bumi; adalah semua­nya itu tanda-tanda bagi kaum yang berakal.


Mengenal Allah Dengan Memperhatikan Alam
Sesudah Tuhan Allah memberikan peringatan yang demikian keras, bahwa kutuk laknat Allah dan Malaikat serta manusia akan datang timpa bertimpa ke atas diri orang yang tidak mau percaya, yang sampai matinya tetap dalam kufur. Tuhan pada ayat ini mengemukakan pokok ajaran agama tentang Tuhan. Dengan demikian orang diperingatkan lagi; janganlah hendaknya mereka sam­pai bertahan dalam kekafiran dan mati dalam kufur.
وَ إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
"Dan Tuhan kamu itu, adalah Tuhan Yang Maha Esa, "(pangkal ayat 163).
Dialah ilah, Tuhan Pencipta. Berdiri sendiri Dia dalam kekuasaan dan pencipta­anNya, tidak bersekutu Dia dengan yang lain. Mustahil berbilang Tuhan itu; sebab kalau Dia berbilang, pecahlah kekuasaan. Mustahillah alam yang telah ada ini diciptakan oleh kekuasaan yang berbilang. Dia adalah Esa dalam sifatNya sebagai Ilah, sebagai Tuhan Pencipta. Dan Dia adalah Esa dalam sifatNya sebagai Pemelihara, sebagai Rabb

لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ
"Tidak ada Tuhan melainkan Dia. "

Apabila telah diakui TunggalNya dalam penciptaanNya, maka hanya Dialah yang wajib disembah dan dipuja. itulah yang bernama Tauhid Rububiyah. Dan setelah diakui bahwa Tunggal Dia dalam pemeliharaanNya atas alam, maka hanya kepadaNya sajalah tempat memohon pertolongan. Inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah. Tersimpul keduanya di dalam ucapan: "Hanya kepada Engkau saja Kami menyembah; dan hanya kepada Engkau saja kami memohon pertolongan."
الرَّحْمَنُ الرَّحِيْم
"Yang Maha Murah, Yang Maha Penyayang," (ujung ayat 163).
Yang Maha Murah arti dari Ar-Rahman; maka Ar-Rahman adalah satu di antara sifatNya yang berhubungan dengan diriNya sebagai Ilah, sebagai Tuhan Pencipta. Ar-Rahman adalah sifat tetap pada dirinya: Sehingga untuk kejelasan sifat tetap Ar-Rahman itu, sifat ini selalu dimulai dengan memakai Alif-lam (AI). Ar-Rahim ialah sifatNya dalam keadaanNya sebagai Rabb, sebagai Tuhan Pemelihara. Maka membekaslah Ar-Rahim Tuhan pada pemeliharaan.

Inilah pokok pendirian agama. Bila pokok yang pertama ini sudah dipegang oleh seorang hamba, berarti dia telah memasuki pintu gerbang kepercayaan. Maka dihimpunkanlah dia ke dalam ucapan syahadat pendek La Ilaha Illallah.

"Tidak ada Tuhan melainkan Allah."
Tidak ada Tuhan yang patut aku sembah melainkan Allah. Tidak ada Tuhan tempat aku meminta tolong melainkan Allah.

Menarik perhatian kita pada ayat ini ialah karena terlebih dahulu dia menerangkan Allah dalam keesaanNya: "Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa." Artinya bahwasanya dalam menciptakan alam ini Dia tidak bersekutu dengan yang lain; "La llaha illa Huwa. "Tidak ada Tuhan melainkan Dia sendirinya. Sebab itu tidak ada yang layak buat dipuja dan disembah, me­lainkan Dia.

Kalau Allah yang menciptakan alam, bukanlah kepada berhala kita meminta terimakasih.
"Yang Maha Murah lagi Maha Penyayang. "
Terasalah kemurahanNya dan kasih-sayangNya di dalam seluruh alam ini. SATU, tiada berserikat dan Pemurah serta Pengasih. Maka ayat ini selain menanamkan rasa Tauhid, adalah pula menanamkan rasa cinta. Rasa cinta adalah lebih mendalam jika kita selalu suka menikmati keindahan alam sekeliling kita. Tuhan Allah bukanlah diakui oleh akal saja adanya, bahkan juga dirasakan dan diresapkan dalam batin, dalam kehalusan dan keindahan. Itulah sebabnya maka lanjutan ayat ini adalah ayat yang menerangkan sebagian dari keindahan alam, yang lebih diketahui apabila pengetahuan tentang alam bertambah mendalam.

Maka datanglah ayat selanjutnya, lihatlah alam sekeliling ini:
إِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ
"Sesungguhnya pada kejadian semua langit dan bumi." (pangkal ayat 164).
Pertama sekali diperhatikanlah kejadian semua langit dan bumi; meng­hadap dan menengadahlah ke langit yang tinggi itu. Berlapis-lapis banyaknya, cuma mata kita dalam tubuh yang kecil ini hanya dapat melihatnya sedikit sekali. Sungguhpun sedikit yang dapat dilihat sudahlah sangat mengagumkan; Langit itu membawa perasaan kita menjadi jauh dan rawan sekali. Mengagum­kan dia pada malam hari dan menakjubkan dia pada siang hari.

Di sana terdapat berjuta-juta bintang hanya sedikit yang dapat dilihat dengan mata, dan lebih banyak lagi yang.tidak terlihat. Bumi adalah salah satu dari bintang-bintang yang banyak itu. Kita yang berdiam di bumi ini merasa bumi sudah besar, padahal dia hanya laksana sebutir pasir saja di antara bintang berjuta. Wahai, alangkah dahsyatnya kekuasaan Tuhan di langit.

Tidak mungkin semuanya itu terjadi dengan sendirinya. Suatu masa lantaran kagumnya manusia pada bintang ­bintang, ada yang menyangka itulah Tuhan. Ini menjadi bukti bahwa akal dan perasaan manusia sejak zaman purbakala telah merasakan bahwa tidaklah alam itu terjadi dengan sendirinya.

Bertambah tinggi pengetahuan manusia tentang ilmu falak , bertambah manusia kagum tentang sangat teraturnya perjalanan cakrawala langit itu. Adanya peraturan memastikan fikiran sampai kepada adanya yang mengatur.

Setelah lama kita menengadah ke langit , marilah menekur ke bumi; pada kejadian bumipun adalah hal yang menakjubkan. Ta'jub yang tidak akan selesai ­selesainya selama umur masih ada , selama akal masih berjalan dan selama bumi itu masih terkembang.

Dia hanya satu di antara berjuta bintang, tetapi alangkah banyaknya rahasia yang terpendam di dalamnya. Perhatian atas kejadian bumi adalah perhatian yang kedua. Bumi itu, hanya seperempat daratan, yang tiga perempatnya adalah lautan. Dalam-daratan yang seperempa: itu berapa ba­nyaknya rahasia kekayaan Ilahi yang terpendam dan berapalah baru yang diketahui oleh manusia. Dan dalam lautan yang tiga perempat itu , baru berapa yang terukur dan baru berapa yang diketahui. Tiap terbuka rahasia yang baru , ternyatalah bahwa di belakangnya berlapis-lapis lagi rahasia kejadian yang lain. Untuk mengetahui itu , hanya akal manusia jua yang berguna. Beribu-ribu universitas didirikan bagi penyelidikan rahasia bumi, maka semuanya menga­gumkan. Mungkinkah semuanya itu terjadi dengan kebetulan? Apakah adanya belerang, minyak tanah, emas, perak dan segala macam logam, garam dan lain ­lain itu terjadi tidak teratur? llmu telah mengatakan bahwa-semuanya itu teratur. Kalau tidak teratur, tidaklah dia menjadi ilmu !

Kemudian itu masuk kepada perhatian yang ketiga.

وَ اخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ
"Dan perubahan malam dan siang."

Pergiliran bumi mengelilingi matahari dalam falaknya sendiri yang menimbulkan hisab atau hitungan yang tepat, sampai dapat membagi tahun, bulan, hari dan jam dan minit serta detik. Sampai dapat mengetahui peredaran musim dalam setahun, sampai manusia hidup di dunia mencocokkan diri dengan edaran malam dan siang itu, sampai manusia mencatat apa yang dinamakan sejarah; baik sejarah ummat manusia seluruhnya, atau sejarah bangsa naik dan bangsa yang punah, atau sejarah orang seorang, mulai lahirnya, hidup dan matinya.

Teratur edaran malam dan siang itu karena teratur peredaran bumi dan perjalanan matzhari, sampai orang dapat menerka akan terjadi gerhana matahari 1,000 tahun lagi, bahkan 100,000 tahun lagi. Dapat manusia memastikannya dengan ilmu, bukan urusan tenung yang ghaib, karena sangat teraturnya. Mungkinkah peraturan yang seperti ini terjadi sendirinya dengan tidak ada yang mengatur?

Kemudian itu masuk kepada perhatian yang keempat:
وَ الْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ
"Dan kapal yang berlayar di lautan membawa barang yang bermanfaat bagi manusia. "
Sesungguhnya sejak zaman purbakala manusia telah tahu membuat kapal. Makanya manusia berani membuat kapal, walaupun pada mulanya sangat sederhana sekali, ialah karena kepada manusia telah diberikan pengetahuan tentang peredaran angin dan kegunaan laut.

Dengan kapal itu manusiapun mengenal akan manusia di pulau dan benua lain dan terjadilah perhubungan antara manusia karena pertukaran keperluan hidup. Supaya ada pertukaran kepen­tingan hidup sehari-hari. Apabila tadi diterangkan, hanya seperempat bahagian daratan, dan tiga perempat bahagian adalah lautan .

Beribu kali kapal diteng­gelamkan taufan dan ombak yang besar, namun keinginan manusia hendak berlayar tidaklah padam. Di dalam al-Quran, selain daripada ayat ini terdapat tidak kurang dari 23 kali sebutan kapal. Malahan di zaman Nabi Nuh telah dipergunakan kapal untuk pengangkutan besar-besaran. ini menjadi bukti bahwa al-Quran telah membayangkan kesanggupan manusia membuat yang lebih sempurna. Sehingga di zaman sekarang berlayar dengan kapal-kapal sebagai Empress of Britain, Queen Elizabeth, Queen.Mary; United States dan lain-lain, adalah laksana berlayar dalam sebuah negeri. Sampai ada kapal yang mempunyai bioskop sendiri, pemandian besar, suratkabar harian sendiri, tele­visi sendiri, dan sebagainya.

Kemudian telah berpindah pula ke udara dengan berbagai ragam penerbangan, sesudah terlebih dahulu menyelam ke dasar laut dengan kapal selam, dan sekarang telah ada kapal selam yang dijalankan dengan tenaga atom. Bagairnana rnanusia akan mencapai kemajuan yang sepesat ini dalam perkapalan, sehingga hubungan dengan bahagian-bahagian dunia yang begini jauh sudah demikian rapatnya ? lalah karena kepada manusia diberikan ilrnu tentang pelayaran. Dengan mendapat ilmu itu mengertilah manusia akan sebahagian kecil daripada rahasia alam. Dan kembalilah mereka kepada pokok pangkal, yaitu bahwa semuanya ini tidaklah terjadi dengan sia-sia atau kebetulan. Pasti ada pengaturannya.

Kemudian itu masuk pula kepada perhatian yang kelima:

وَ مَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاء مِنْ مَّاء فَأَحْيَى بِهِ الْأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَ بَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَآبَّةٍ
"Dan apa yang diturunkan Allah dari langit daripada air, maka dihidupkanNya dengan (air) itu bumi sesudah matinya, seraya disebarkanNya padanya dari tiap-tiap jenis binatang."

Di sini secara pendek diterangkan kepentingan air hujan, meng­hidupkan bumi yang telah mati. Bila hujan datang bumi itupun hidup kembali. Tumbuhlah segala macam tumbuh-tumbuhan karena adanya air. Hujan itu ada yang meresap ke bawah tanah, kelak menjadi telaga. Ada yang mengalir menjadi sungai-sungai bandar berkali untuk mengairi sawah dan ladang , dan alirannya yaAg terakhir melalui tempat yang rendah ialah ke laut. Kelak dari laut akan menguap lagi ke udara, untuk menyusun diri lagi untuk menjadi hujan. Dengan adanya hujan atau turunnya air dapatlah segala-galanya hidup, baik tumbuh-tumbuhan atau binatang berbagai jenis, termasuk manusia sendiri. Dan berusahalah manusia membuat irigasi, bendungan air, dam-dam besar. Malahan satu bendungan besar telah dikenal dalam negeri Saba' 1,000 tahun sebelum Nabi Muhammad s.a.w. dan ada ayat yang khas membicarakannya dalam al-Quran, bagaimana kemakmuran negeri itu ketika bendungan air masih dipelihara baik-baik, dan bagaimana pula bangsa itu menjadi punah setelah bendungan itu tidak dipelihara lagi, sampai mereka mengembara kian ke mari dibawa nasib.*

Perhatian yang keenam ialah:

وَ تَصْرِيْفِ الرِّيَاحِ
"dan peredaran angin."

Yang kita sebut di zaman kita ini peredaran cuaca. Bahkan kepandaian manusia di zaman moden, dalam rangka penyelidikan geofisika telah dapat mengetahui peredaran ke timur dan ke baratnya, ke utara dan ke selatannya, menentukan pada jam sekian akan keras angin, pada jam sekian udara agak panas sedikit, dan jam sekian akan turun hujan. Bagaimana usaha manusia akan dapat mengetahui sepasti itu, menjadi ilmu pengetahuan kalau bukan lantaran teraturnya. Siapa­kah pengatur itu? Niscaya adalah Tuhan!.

Perhatian yang ketujuh:
وَ السَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ
"Dan awan yang diperintah di antara langit dan bumi."

Pada ayat ini di antara angin dengan awan dipisahkan perhatiannya; karena angin boleh dikatakan dekat kepada manusia setiap hari dan awan beredar pada cakrawalai.yang lebih tinggi. Dia diperintah atau diatur beredar ke sana dan beredar ke mari, membagi-bagikan hujan dan pergantian suhu pada bumi. Bertambah moden hidup manusia bertambah penting perhatian kepada pergeseran awan itu, untuk menentukan penerbangan kapal terbang di udara.

Dan di ujung sebagai kuncinya Tuhan bersabda:

لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُوْنَ
"Adalah semuanya itu tanda-tanda bagi kaum yang berakal." (ujung ayat 164).

Fikirkanlah dan renungkan ketujuh soal yang dikemukakan Tuhan itu! Dia menghendaki kita mempergunakan akal. Dia menghendaki manusia menjadi sarjana dalam lapangan masing-masing. Mencari Tuhan setelah mempelajari alam. Itu §cbabnya maka di dalam surat Fathir (Surat 35 ayat 28), dengan tegas Tuhan berkata:

"Sesungguhnya yang akan takut kepada Allah, hanyalah orang-orang yang berpengetahuan." (Fathir: 28)
Di ayat ini disebutkan ulama, menurut artinya yang asli, yaitu orang yang berilmu. Dengan ayat ini dapatlah kita fahamkan bahwasanya mencari Tuhan
* Surat Saba' surat 34, ayat 15 sampai ayat 21.

dalam ajaran Islam ialah dengan memperdalam penyelidikan tentang alam. Maka Tuhan Allah yang didapat dari sebab ilmu itu, jauh lebih mendalam pengaruhnya atas jiwa dan budi daripada apa yang ditentukan ilmu sifat 20 , atau susunan manusia atau ilmu theologi orang Kristen yang memberi bentuk Tuhan itu sebagai manusia , atau Tuhan menjelmakan diri sebagai manusia.

Penyelidikan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah demikian tinggi pada abad kita ini rupanya telah membawa para sarjana kepada keimanan akan adanya Tuhan menurut , sistem yang diajarkan oleh al-Quran ini. Beberapa buku tentang kepercayaan kepada adanya Allah Yang Maha Kuasa, ditinjau dari segi ilmu telah banyak dikeluarkan orang. Satu di antaranya karancan Prof. Cresson telah disalin ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Manusia Tidak Hidup Sendirian. Satu buku yang lain yang berjudui Telah Jelas Allah Di Zaman Ilmu Pengetahuan. Beberapa orang ahli telah menulis dalam buku itu dan dari bidangnya masing-masing tentang hal ini.*/Buku ini telah disain oleh Dr. Damardasy Abdulmajid Sarhan ke bahasa Arab.

Dari tulisan Dr. Frank Allan yang dimu!ai di halaman 7 dapat dikutip di antaranya begini: "..... pastilah asal-usul alam ini ada penciptanya, yaitu yang dahulu tidak ada permulaan Yang Maha Tahu dan Maha Meliputi PengetahuanNya itu atas segala-galanya. Maha Kuat, yang kekuasaanNya tidak terbatas. Pastilah seluruh yang ada ini Dia yang menciptakan .....
"Dan Dia adalah akal yang tidak berkesudahan, Dia Allah dengan sendiri­nya, dengan hikmat Yang Maha Sempurna mencipta bahagian bahagian dari proton itu, sehingga bisa menjadi penetapan dari hidup. Maka Dia bangunkan dan Dia beri bentuk dan diberiNya anugerah rahasia hidup."

Di halaman 41 didapat pula tuiisan Dr. George Earl David: "Bertambah maju kendaraan ilrnu pengetahuan dan bertambah jauh terbelakang segala dongeng khurafat kuno, bertambahlah pula penilaian manusia terhadap agama dan penyelidikan keagamaan.

"Mungkin banyak sebabnya yang mendorong; manusia supaya meninjau kembali soal-soal agama, tetapi kita percaya bahwa semuanya itu pulangnya kepada satu sebab jua, yaitu keinginan manusia yang sangat jujur hendak sampai kepada kebenaran.

"Maka hendaklah kita pisahkan dalam hal ini di antara melawan agama atau keluar dari agama dengan atheist ( tidak bertuhan). Dan kita akui bahwa orang yang keluar dari sebagian fikiran-fikiran kuno beragama yang diterima dari ajaran setengah agama, karena hendak percaya kepada satu ujud Yang Maha Kuasa dan Maha Agung belumlah dituduh bahwa orang itu telah atheist , tidak mempercayai Tuhan . Orang semacam ini mungkin tidak memeluk suatu agama, tetapi dia percaya bahwa Tuhan Allah ada. Bahkan boleh jadi imannya kepada adanya Tuhan Allah berdiri atas sendi sendi yang amat kokoh."

Maka kalau kita turutkan pelajaran mencari Tuhan yang ada dalarn al­Quran dengan seksama, akan bertemulah kita dengan kenyataan bahwa mencari Tuhan secara ilmiah moden ini telah mendekati kepada yang di­kehendaki al-Quran.
Amat menarik lagi apa yang telah ditufis oleh Dr. Wolter Oscar Lindberg, yang dimulai di halaman 33 di antaranya demikian:
"Kegagalan beberapa sarjana di dalam memahami dan menerima pokok-pokok dasar pendirian tentang pengakuan adanya Tuhan dari segi ilmu pengetahuan adalah dari beberapa sebab. Dua di antaranya hendak kita sebutkan:

Pertama: Maka orang sampai tidak percaya kepada adanya Allah, ialah karena langkah yang ditempuh oleh setengah organisasi atau gerakan inter­nasionai yang berdasarkan atheist, menurut program politik tertentu, yang bertujuan menyebarkan faham tidak bertuhan dan memerangi kepercayaan kepada Allah. Sebab mereka pandang bahwa kalau kepercayaan kepada Tuhan masih ada, -sangatlah bertentangan dengan dasar gerakan itu.

Kedua: Walaupun telah bebas akal manusia dari ketakutan , tidak juga mudah membebaskannya dari fanatik dan sentimen. Di dalam sekalian gerakan agama Kristen selalu ditanamkan kepercayaan, sejak dari masa kanak-kanak bahwa Tuhan itu ialah berupa manusia, sebagai pengganti dari kepercayaan bahwa manusia itu adalah Khalifah Allah di bumi ini. Dan setelah akal ber­tumbuh selanjutnya dan dilatih mempergunakannya dalam metode-metode ilmu pengetahuan, maka rupa yang ditanamkan sejak masa kanak-kanak itu tidak jugalah dapat mereka sesuaikan dengan jalan berfikir teratur atau logika yang dapat diterima. Akhirnya setelah gagal segala usaha menyesuaikan fikiran keagamaan yang kuno itu dengan metode berfikir ilmiah dan logika , kita dapati ahli-ahli fikir yang demikian mencoba melepaskan dirinya dari kesulitan itu dengan membuang habis fikiran tentang Allah.

Setelah mereka sampai ke dalam keadaan yang begini di dalam persangkaan bahwa mereka telah me­lepaskan diri dari pada kekacauan fikiran agama bersamaan dengan hasil-hasil yang menyebabkan kekacauan dalam jiwa, maka tidaklah mereka mau lagi kembali memikir-mikirkan soal ini, bahkan mereka tantang setiap fikiran baru yang ada hubungannya dengan memperkatakan tentang Tuhan."

Menarik pula tulisan Dr. George Herbert Blunt, di antaranya di halaman 84:

"Semata-mata telah percaya tentang adanya Tuhan, belumlah menyebab­kan seorang telah dapat disebut beriman. Karena setengah manusia takut akan ikatan-ikatan yang dibelenggukan kepada kemerdekaan fikirannya karena mengakui bahwa Allah itu ada. Ketakutan itu bukan tidak berdasar. Karena kita saksikan kebanyakan sekte-sekte Kristen, sampaipun kepada sekte yang boleh disebut besar, kerap memaksakan suatu macam fikiran kepadanya secara diktator. Tidak syak lagi bahwa kediktatoran fikiran ini lain tidak hanyalah bikinan manusia saja, bukan suatu keharusan dari agama. Misalnya Kitab injil sendiri; Dia memberi orang kebebasan berfikir seketika dia berfikir bersama-­sama."

Dan.sebagai kuncinya kita salinkan perkataan Dr. John Adolf Bohler dari halaman 104 dan 105:

"Dan pastilah kita dapat merasakan kodrat Allah pada sekalian peraturan yang Dia jadikan dan undang-undang yang tunduk kepada sekalian yang ada. Mungkin manusia ini sanggup menafsirkan segala yang sulit karena telah mendapat rahasia dari peraturan-peraturan yang mengaturnya itu. Tetapi manusia lemah tak sanggup untuk membuat sendiri undang-undang itu, sebab undang-undang itu adalah ciptaan Allah semata-mata. Kepandaian manusia hanyalah membongkar-bongkar rahasia itu untuk dipakainya mencapai rahasia alam yang belum dia ketahui. Setiap undang-undang dan peraturan yang didapat oleh manusia sebenarnyalah akan memperdekatkannya kepada Allah, dan kemampuan untuk mencapaiNya. Itulah dia tanda-tanda yang dengan dia Allah itu bertambah nyata. Mungkin buat mengenal Allah bukan ini saja jalan satu-satunya. Mungkin juga Allah dapat kita kenal dari Kitab-kitab Suci misal­nya. Tetapi kejelasan ada Allah yang disaksikan pada penciptaanNya atas alam yang kita saksikan ini bolehlah dikatakan yang sepenting-pentingnya dipandang dari segi kita."

Banyak lagi kata-kata lain dalam buku itu yang tidak dapat lengkap kalau hanya kita salin saja. Yang lebih baik ialah bila ditelaah seluruh isi buku itu, akan mernberikan kesan pada kita, bahwa dalam kalangan sarjana-sarjana alam yang besar di zaman moden ini telah timbul suatu kepercayaan Yang murni terhadap adanya Allah, ialah sebagai akibat daripada mendalamnya, ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan tehnik dan fisika atau apa yang disebut ilmu pengetahuan eksakta.

Renungkan kembali ayat yang kita tafsirkan ini dan baca kesan dari ahli-ahli dan sarjana itu, sampai kita kepada kesimpulan: "Dengan mempelajari keadaan alam, kita akan sampai kepada kepercayaan akan adanya Allah."

Sistem yang dianggap moden ini telah dimulai oleh al-Quran sejak 14 abad Yang lalu.
Dan dengan ini kita mendapat kesan pula bahwasanya suatu ilmu pengeta­huan moden yang menjauhkan diri daripada kepercayaan akan adanya Allah, sudah terhitung kolot, atau dikacaukan oleh ambisi-ambisi politik golongan tertentu.





 Referensi:
 http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_163_164.htm

TAFSIR SURAT AL-BAQOROH AYAT 159-162

بسم الله الر حمن الرحيم



(159) Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah pernah Kami turunkan dari keterangan - keterangan dan petunjuk, setelah Kami terangkan dianya kepada manusia di dalam Kitab , mereka
itu akan dilaknat oleh Allah dan merekapun akan dilaknat oleh orang-orang yang melaknat.


(160) Kecuali orang-orang yang ber­taubat darr berbuat perbaikan dan mereka yang memberikan penjelasan. Maka mereka itulah yang akan Aku beri taubat atas mereka ; dan Aku adalah Pemberi taubat lagi Penyayang.

إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَ مَاتُوْا وَ هُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللهِ وَ الْمَلآئِكَةِ وَ النَّاسِ أَجْمَعِيْن
(161)
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mau percaya , dan mati , padahal mereka masih di dalam kufur. Mereka itu , atas mereka adalah laknat Allah dan Malaikat dan manusia sekaliannya.

خَالِدِيْنَ فِيْهَا لاَ يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلاَ هُمْ يُنْظَرُوْ
(162)
Kekal mereka di dalamnya; tidak akan diringankan azab atas mereka, dan tidaklah mereka akan di perdulikan.

Ayat-ayat ini masih menyangkut dengan sikap ahlul kitab, terutama Yahudi yang ada di Madinah seketika Rasululiah memulai da'wahnya ini. Mereka telah mengetahui bahwa kiblat yang diajakkan oleh Rasul itu adalah benar. Di ayat 146 di atas telah diterangkan pula bahwa mereka mengenal siapa Rasulullah s.a.w. itu sebagairnana mereka mengenal anak kandung mereka sendiri , sebab sifat-sifatnya cukup tertera di dalarn Kitab yang mereka terima (Taurat), tetapi sebahagian besar di antara mereka sengaja menyemburryikan kebenaran itu. Sekarang datanglah ayat ini, (159) menerangkan orang-orang yang menyem­bunyikan kebenaran itu:
إِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَ الْهُدَى
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah pernah Kami turunkan, dari keterangan-keterangan dan petunjuk. " ( pangkai ayat 159 ).

Keterangan-keterangan itu ialah tentang sifat-sifat Rasul Akhir Zaman yang akan diutus Tuhan itu, yaitu Nabi Muhamrnad s.a.w. yang demikian jelas sifat sifatnya itu diterangkan , sehingga mereka kenal sebagaimana rnengenal anak mereka sendiri. Dengan menyebut keterangan-keterangan , nyatalah bahwa penjelasan ini bukan di satu tempat saja dan bukan satu kali saja, melainkan di berbagai kesempatan. Dan yang dirnaksud dengan petunjuk atau hudan ialah intisari ajaran Nabi Musa , yang sama saja dengan intisari ajaran Muhammad s.a.w. yaitu tidak mempersekutukan yang lain dengan Allah , tiada membuatnya patung dan berhala:

مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ
"Setelah kami terangkan dianya kepada manusia di dalam Kitab."
Artinya, segala keterangan dan petunjuk itu jelas tertulis di Kitab Taurat itu sendiri , dan sudah disampaikan kepada manusia, sehingga tidak dapat disembunyikan lagi:

أُولَئِكَ يَلعَنُهُمُ اللهُ وَ يَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُوْن
"Mereka itu akan dilaknat oleh Allah dan merekapun akan dilaknat oleh orang orang yrang melaknat." (ujung ayat 159).

Orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan itu adalah orang yang tidak jujur, orang-orang yang curang , yang telah melakukan korupsi atas kebenaran , karena mempertahankan golongan sendiri , Orang yang sernacam itu pantaslah rnendapat laknat Tuhan dan laknat manusia. Kecurangan ter­hadap ayat suci di dalam Kitab-kitab Tuhan, hanya semata-mata untuk mem­pertahankan kedudukan, adalah satu kejahatan yang patut dilaknat.

Di dalam Kitab Ulangan fasal 18 ayat 15 telah ditulis perkataan Nabi Musa demikian bunyinya:

"Bahwa seorang Nabi dari tengah-tengah kamu dan antara segala saudaramu , dan yang seperti aku ini; yaitu yang akan dijadikan oleh Tuhan Allahmu bagi kamu, maka akan dia patutlah kamu dengar."

Kemudian pada ayat berikutnya , ayat 18 lebih dijelaskan lagi sebagai sabda Tuhan Allah kepada Musa disuruh menyampaikan kepada Bani Israil:

"Bahwa Aku akan menjadikan bagi mereka seorang Nabi dari antara segala saudaranya, yang seperti engkau, dan Aku akan rnemberi segala firmanKu dalam mulutnya dan iapun akan mengatakan kepadanya segala yang aku suruh akan dia."

Di ayat berikutnya (ayat 19) Iebih dijelaskan lagi;

"Bahwa sesungguhnya barangsiapa yang tidak mau dengar akan segala firmanKu, yang akan dikatakan olehnya dengan namaKu, niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang lain."

Setelah itu pada ayat 20 dijelaskan lagi perbedaan di antara Nabi yang benar-benar Nabi dengan Nabi palsu. Demikian firman Tuhan dengan per­antaraan Nabi Musa.

"Tetapi adanya Nabi yang melakukan dirinya dengan sombong dan me­ngatakan firman dengan namaKu, yang tiada Kusuruh katakan, atau yang berkata dengan nama dewa-dewa , niscaya orang nabi itu akan mati dibunuh hukumnya."
Kernudian pada ayat berikutnya (ayat 21) dijelaskan lagi:

"Maka jikalau kiranya kamu berkata dalam hatimu demikian; dengan apakah boleh kami ketahui akan perkataan yang bukannya firman Tuhan adanya?"

Ayat 22 seterusnya menjelaskan tanda itu demikian:

"Bahwa jikalau Nabi itu berkata demi nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya itu tiada jadi atau tiada datang, jatuhlah perkataan yang bukan firman Tuhan adanya , maka Nabi itupun telah berkata dengan sombongnya, janganlah kamu takut akan dia."

Ayat-ayat ini terpancang dengan jelasnya di dalam Kitab Ulangan tersebut, yang menurut keyakinan orang Yahudi, kitab itu adalah salah satu dari rang­kaian Kitab Taurat.
Orang Kristenpun mengakuinya. Kumpulan kitab yang sebelum Nabi Isa a.s. mereka namai "Perjanjian Lama".
Ayat 20 tersebut sesuai bunyinya dengan al-Quran Surat al-Haqqah (Surat 69), ayat 44, 45 dan 46; yaitu jikalau Nabi Muhammad s.a.w. berani mengatakan suatu perkataan yang bukan wahyu dikatakannya wahyu, diapun akan di­bunuh: "Akan Kami putusken urat lehernya."
Dari antara segala saudara itu, ialah saudara yang satu keturunan yaitu Bani Israil adalah keturunan dari Ishak dan orang Arab adalah keturunan dari Ismail.

Keduanya anak kandung Nabi Ibrahim , maka dari kalangan Bani lsrail itupun akan diutus Tuhan seorang Nabi yang seperti engkau, yaitu seperti Nabi Musa juga.

Demikianlah bunyi firman Tuhan itu, yang sampai sekarang tetap ter­pancang didalam Kitab Ulangan tersebut.
Tetapi orang Yahudi sengaja me­nyembunyikan kebenaran itu. Dan orang Nasrani menafsirkannya kepada Nabi Isa bukan kepada Nabi Muhammad. Padahal kalau difikirkan dengan tenang dan jujur, lebih serupalah Nabi Musa dengan Nabi Muhammad, daripada dengan Nabi Isa. Dan kalau difikir secara jujur pula, jauhlah perbedaan Musa dengan Isa. Lebih banyak keserupaan Musa dengan Muhammad. Musa dan Muhammad sama-sama lahir sebagai manusia biasa, yaitu berbapa. Bapa Musa keturunan Bani Israil clan Bapa Muhammad keturunan Bani Ismail.

Tetapi kebenaran dan kenyataan firman ini mereka sembunyikan. Di zaman Rasulullah s.a.w. masih hidup, benar-benar naskah itu,tidak mereka bolehkan jatuh ketangan orang-orang yang beriman. Tetapi di zamari sekarang dengan kemajuan cetak-mencetak dan telah disalinnya Kitab-kitab itu ke dalam segala bahasa , tidaklah dapat mereka sembunyikan lagi.

Sungguhpun begitu mereka berkeras memberikan tafsir yang lain. Orang.Yahudi mengatakan bahwa Nabi yang disebutkan itu bukanlah Muhammad, melainkan Nabi yang lain masih ditunggu. Dan orang Nasrani berkeras juga mengatakan bahwa Nabi yang disebut itu ialah Isa Almasih; sebab kata mereka Isa Almasih itu keturunan Daud. Padahal Yusuf yang kawin dengan Maryam sesudah Isa lahirlah yang keturunan Daud bukan Isa. Silsilah keturunan Yusuf dari Daud itulah yang ditulis Matius dalam Injilnya fasal 1 ayat 1 sampai ayat 17. Bukan keturunan lsa Almasih, sebab dia bukanlah anak dari Yusuf tersebut, Isa tidak berbapak.

Dan segala puji bagi Tuhan. Nabi kita Muhammad s.a.w. bukanlah mem­buat-buat wahyu sendiri dan bukan menyerukan dewa-dewa. Sebab itu bukan­lah beliau mati dihukum bunuh, dengan diputus urat lehernya. Seorang perempuan Yahudi yang jahat telah mencoba meracuni beliau seketika beliau menaklukkan benteng Khaibar. Tetapi cepat beliau tahu. Sahabatnya Abu Bakar termakan juga sedikit racun itu. Sejak termakan racun itu kesihatan Abu Bakar sangat mundur. Salah satu penyakit yang membawa ajalnya ialah bengkak dalam perut, bekas racun tersebut.

Seketika ditanyakan kepada perempuan tersebut mengapa dia berbuat demikian keji, dengan terus-terang perempuan itu berkata bahwa kalau dia memang Nabi, niscaya dia akan tahu racun itu.

Maka yang dimaksud dengan ayat yang akan kita tafsirkan ini ialah penyembunyian kebenaran yang telah mereka lakukan itu; karena tidak mau percaya kepada Utusan Tuhan, sampai hatilah mereka menyembunyikan. Berani mereka berlangkah curang terhadap yang mereka sendiri mengakui Kitab Suci. Tentu laknat kutuk Allahlah yang akan menimpa orang yang demikian. Dan manusiapun akan mengutuk selama manusia itu masih ingin akan kebenaran. Apatah lagi tulisan itu tidak dapat dihilangkan, melainkan bertambah tersebar di muka bumi ini. Orang yang datang di belakang tentu hanya menurut tafsiran yang telah ditentukan oleh orang yang dahulu.

Ayat yang tengah kita tafsirkan ini adalah celaan keras atas perbuatan curang terhadap kebenaran. Sebab itu janganlah kita hanya menjuruskan perhatian kepada sebab turunnya ayat, yaitu pendeta Yahudi dan Nasrani tetapi menjadi peringatan juga kepada kita ummat Muslimin sendiri. Apabila orang-orang yang dianggap ahli tentang agama tentang al-Quran dan Hadits telah bersikap pula menyembunyikan kebenaran, misalnya karena segan ke­pada orang yang berkuasa, atau takut pengaruh akan hilang terhadap pengikut­pengikut mereka, maka kutuk-yang terkandung dalam ayat inipun akan me­nimpa mereka.

Terutama dari hal Amar Ma'ruf , Nahi Munkar, menganjur-anjurkan berbuat yang baik-baik dan mencegah daripada mungkar, menjadi kewajiban­lah bagi orang-orang yang telah dianggap ahli dalam hal agama. Apatah lagi karena sabda Nabi:

"Ulama-ufama adalah penjawat waris Nabi-nabi." Dirawikan oleh Abu Daud, Termidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Baihaqi dari Hadis Abu Darda'.

Lantaran itu dalam Islam ulama mempunyai dua kewajiban, yaitu menuntut ilmu agama untuk mengajarkanriya pula kepada orang yang belum rahu, sehingga diwajibkan bagi yang belum tahu itu bertanya kepada yang tahu. Kewajiban yang kedua menyampaikan atau mentablighkan. Ulama dalam Islam bukanlah hendaknya sebagai sarjana yang duduk di atas istana gading, men­jauhkan diri dari bawah dan melihat-lihat saja dari atas. Lantaran itu maju mundurnya agama di suatu negeri amat bergantung kepada aktif tidaknya ulama di tempat itu dalam menghadapi masyarakat. Kalau mereka telah menyembunyikan pula ilmu dan pengetahuan , keterangan keterangan dan petunjuk , kutuk laknat Tuhanlah yang akan menimpa dirinya. Dan manusiapun mengutuk pulalah , sehingga kadang-kadang jika terdapat banyak maksiat di satu negeri, maka bertanyalah orang: "Tidakkah ada ulama di sini?"

Imam Ghazali menceritakan bahwa shufi yang besar itu, Hatim si Tuli (al-Asham) datang ke satu negeri Islam dan bermaksud hendak berdiam lama di sana. Tetapi baru tiga hari dirobahnyalah niatnya , dia hendak segera berangkat meninggalkan negeri itu. Maka bertanyalah orang kepadanya , mengapa tidak jadi niatnya diteruskari hendak menetap di negeri itu ? Beliau menjawab: "Sudah tiga hari saya di sini, tidak pernah saya mendengar suatu pengajianpun dalam negeri ini. Tidak ada rupanya ulama di sini yang sudi mencampungkan dirinya kepada orang awam buat mengajar mereka. Maka kalau aku tahan lama-lama di sini akan matilah aku."
إِلاَّ الَّذِيْنَ تَابُوْا
"Kecuali orang-orang yang bertaubat."(pangkal ayat 160)
Taubat artinya kembal:. Yaitu kembali kepada jalan yang benar. Karena jalan menyembunyi­kan kebenaran itu adalah jalan yang sesat.

وَ أَصْلَحُوْا
"Dan berbuat perbaikan. "
Maka langkah yang salah selama ini diperbaiki kembali, lalu mereka jelaskan ke benaran dan tidak ada yang disembunyi-sembunyikan lagi. Atau , mana-mana keadaan yang salah dalam masyarakat segera diperbaiki, sediakan seluruh waktu buat ishlah.
وَ بَيَّنُوْا
"Dan mereka yang memberikan penjelasan. "
Terangkan keadaan yang sebenar-benarnya, jangan lagi berbelok-belok, karena kedustaan tidaklah dapat dipertahankan lama.

فَأُولَئِكَ أَتُوْبُ عَلَيْهِمْ
"Maka mereka itulah yang akan Aku beri taubat atas mereka. "
Inilah penegasan dari Tuhan, bahwa apabila orang te!ah kembali ke jalan yang benar, telah insaf, dan keinsafan itu dituruti dengan kegiatan menyelesaikan yang kusut, menjernihkan yang telah keruh, mern­perbaiki yang telah rusak dan tidak bosan-bosan memberikan penjelasan, segeralah Tuhan akan memberikan taubatnya. Dan segeralah keadaan akan berubah, sebab yang berubah itu ialah orang yang bersalah sendiri.

وَ أَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
"Dan Aku adalah Pemberi taubat, lagi Penyayang." (ujung ayat 160).
Apabila orang telah insaf akan kesalahannya itu, dan segera dia berbalik ke jalan yang benar, maka Tuhanpun cepatlah menerima taubatnya. Kelalaian yang sudah-sudah segera diampuni. Dan Tuhanpun Penyayang; niscaya akan diberiNya pimpinan, bimbingan dan bantuan kepada orang yang telah mulai menempuh jalan yang benar itu.
Lantaran itu maka terhadap ayat ini janganlah kita terlalu berpegang kepada Asbabun-Nuzul.(sebab turun ayat). Karena sudah ditakdirkan Allah didalam hikmatNya yang tertinggi bahwa perlombaan golongan-golongan agama akan masih tetap ada di dunia ini, untuk oramg berlomba berbuat yang baik. Maka ayat ini menjadilah hasungan bagi kita yang telah menyambut al-Quran supaya menghindarkan diri daripada menyembunyikan kebenaran. Mari kita kembali ke jalan Tuhan dan membuat ishlah dan memberikan penjelasan.

إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا
"Sesumgguhnya orang-orangyang tidak rnaupercaya."(pangkal ayat 161),
padahal segala keterangan telah diterimanya , dan dia masih berkeras kepala mernpertahankan yang salah dan tidak mau berganjak daripadanya.
وَ مَاتُوْا وَ هُمْ كُفَّارٌ
"Dan mati padahal mereka masih di dalam kufur,"
sehingga kesempatan yang selalu diluangkan Tuhan bagi mereka, tidak mereka pergunakan. mereka itu,

أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللهِ وَ الْمَلآئِكَةِ وَ النَّاسِ أَجْمَعِيْن
"atas mereka adalah laknat Allah dan Malaikat dan manusia sekaliannya."(ujung ayat I61).

Kebenaran sudah datang, masih saja tidak mau menerima. Alasan buat menariknya tidak ada selain dari keras kepala atau ta'ashshub, mempertahankan yang salah. Niscaya kutuk laknatnya yang akan menimpa mereka terus menerus. Sebenarnya kutuk dari Allah sajapun sudah cukup; tetapi oleh karena kebenaran Allah itu turut juga dipertahankan oleh Malaikat, yang selalu me­nyembah Allah clan mensucikanNya,'tentu terganggulah perasaan Malaikat melihat kebenaran disanggah. Tidak pelak lagi, MaTaikat itupun mengutuk. Dan umumnya manusiapun menghendaki kebenaran clan tidak menyenangi kecu­rangan clan kekerasan kepala. Niscaya nranusiapurr turut mc:ngutuk pula. Maka laknat Allah dan Malaikat serta manusia itu akan didapatnya terus-menerus:
خَالِدِيْنَ فِيْهَا
"Kekal mereka di dalamnya" (pangkal ayat 162).
Kekal dalam kutukan, walaupun telah hancur tulangnya dalam kubur. Ingatlah nama-nama sebagai Fir'aun, Karun, Haman dan Abu Lahab yang tersebut dalam al-Quran, walau pun telah beribu tahun mereka mati , kutuk Allah dan kutuk Malaikat serta kutuk manusia masih rnereka terima. Bahkan jika timbul manusia lain mem­bawakan kekufuran sebagai mereka, terkenang lagi orang akan mereka dan mengutuk lagi: "Orang ini seperti Fir'aun! Orang ini jahat sebagai Abu Lahab." Dan sebagainya.
لاَ يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ
"Tidak akan diringankan azab atas mereka."
Yaitu azab akhirat di samping kutukan di dunia.

وَلاَ هُمْ يُنْظَرُوْ
"Da» tidaklah mereka akan diperduli­kan." (ujung ayat 162).
Akan dibiarkan mereka berlarut-larut dalam siksaan akhirat.
Di dalam permulaan Surat al-Baqarah sudah juga diterangkan tentang kufur -atau orang kafir. Puncak kekafiran adalah mengingkari adanya Allah , atau mempersekutukanNya dengan yang lain, atau tidak mau percaya kepada adanya hari kemudian (Kiamat) atau tidak mau mengakui wahyu , atau berkata tentang Allah dengan tidak ada pengetahuan. Pendeknya segala sikap menalak kebenaran yang dijalankan agama dan mempertahankan yang batil, yang telah diterangkan batilnya oleh agama.





Referensi:http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_159_162.htm



TAFSIR SURST AL-BAQOROH AYAT 158





(158) Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu adalah daripada syiar-syiar Allah jua. Maka barangsiapa yang naik haji kerumah itu atau umrah, tidaklah mengapa bahwa dia keliling pada keduanya. Dan barangsiapa yang menambah kerja kebaikan, maka sesungguhnya Allah ada­lah Pembalas terimakasih, lagi Maha Mengetahui.

Sa'i Di Antara Shafa Dan Marwah
 Menurut Syaikh Muhammad Abduh dalam pelajaran tafsirnya , ayat ini masih urutan dari masalah peralihan kiblat juga. Meskipun pada tafsir-tafsir yang lain seakan-akan telah terpisah. Menyebutkan dari hal Sa'i di antara Shafa dan Marwah setelah memperingatkan menyuruh sabar dan shalat, guna mene­rima segala penyempurnaan nikmat Tuhan kelak, dan supaya tahan menderita segala macam percobaan, maka dengan ayat ini dibayangkanlah pengharapan, bahwa akan datang masanya mereka akan berkeliling di antara bukit Shafa dan Marwah. Betapapun besarnya kesulitan yang tengah dihadapi sekarang namun pengharapan mesti selalu dibayangkan. Apatah lagi kalau yang membayangkan pengharapan Allah Ta'ala sendiri:
 إِنَّ الصَّفَا وَ الْمَرْوَةَ مِنْ شَعَآئِرِ اللهِ
"Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu adalah daripada syiar-syiar Allah jua."( pangkal ayat 158).
Bahasa kita Indonesia telah kita perkaya juga dengan memakai kalimat syi'ar. Kita telah selalu menyebut syiar Islam. Syiar artinya tanda. Kata jamaknya ialah sya'air. Sya'airallah artinya tanda-tanda periba­datan kepada Allah. Ketika mengerjakan haji banyaklah terdapat syiar itu. Unta-unta dan lembu yang akan dikurbankan waktu habis haji ditukai tengkuk­nya, sebagai tanda Melukai itupun dinamai syi'ar. Shalat di makam lbrahim adalah termasuk syiar ibadat. Tawaf keliling Ka'bah, wuquf di Arafah dan di ayat ini disebut berjalan atau Sa'i di antara Shafa dan Marwah itupun satu di antara syiar-syiar (sya'air) itu pula, dan melempar Jamrah di Mina. Syiar-syiar demi­kian adalah termasuk ta'abbudi, sebagai imbangan dari ta'aqquli( Dalam istilah Ushul Fiqh: Ma'qulul-ma'na ).
Ta'abbudi artinya ialah ibadat yang tidak dapat dikorek-korek dengan akal mengapa dikerjakan demikian.
Ta'aqquli ialah yang bisa diketahui dengan akal. Kita mengetahui apa hikmahnya mengerjakan shalat; itu namanya ta'aqquli. Tetapi kita tak dapat meng-akali mengapa zuhur empat rakaat dan subuh dua rakaat. Itu namanya ta'abbudi. Kita dapat mengetahui hikmah rnengerjakan haji se­kurangnya sekali seumur hidup (ta'aqquli), tetapi kita tidak dapat mengetahui mengapa ada perintah melontar Jamrah dengan batu kecil 7 kali (ta'abbudi). Maka syiar-syiar itu termasuklah dalam ta'abbudi.
 فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا
"Maka barangsiapa yang naik haji atau umrah, tidaklah mengapa bahwa dia keliling pada keduanya."
Rumah itu yang dimaksud di sini ialah Baitullah (Ka'bah) itu. Adapun haji ialah pada waktu tertentu dimulai 9 Zulhijjah sampai selesai berhenti di Mina sekeliling tanggal 12 atau 13 Zulhijjah. Tetapi umrah adalah kewajiban di waktu lain, selain waktu haji, yang tidak memakai wuquf di Arafah dan berhenti di Muzdalifah dan di Mina. Tetapi haji dan umrah sama-sama memakai pakaian ihram, sama-sama memakai tawaf keliling Ka'bah dan sama­-sama memakai sa'i di antara kedua bukit Shafa dan Marwah.
Shafa dan Marwah adalah dua buah bukit kecil, atau menunggu di dekat Masjidil Haram. Jarak di antara kedua bukit itu ialah 760 1/2 (tujuhratus enam­puluh setenggah) hasta. Setelah perbaikan Masjidil Haram yang terakhir (1957) kedua bukit itu telah termasuk dalam lingkungan mesjid. Maka dalam rangka mengerjakan haji dan umrah termasuklah sa'i, yaitu berkeliling pergi dan kembali di antara kedua bukit itu 7 kali. Dikerjakan setelah mengerjakan tawaf. Sehabis sa'i itulah boleh tahallul, yaitu mencukur rambut dan menanggalkan pakaian ihram . Dengan tahallul nusukpun selesai.
Menurut Hadits Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas , syiar sa'i ini adalah kenangan terhadap Hajar (isteri muda Ibrahim) seketika Ismail yang dikandung­nya telah lahir , sedang dia ditinggalkan di tempat itu oleh Ibrahim seorang diri, sebab Ibrahirn melanjutkan perjalanannya ke Syam , maka habislah air persediaannya dan nyaris keringlah air susunya, sedang sumur untuk mengarnbil air tidak ada di iempat itu. Anaknya Ismail telah menangis-nangis kelaparan, hingga hampir parau suaranya. Maka. dengan harap-harap cemas setengah berlarilah (sa'i) Hajar itu di antara kedua bukit ini mencari air , sampai 7 kali pergi dan balik. Anaknya tinggal dalam kemahnya seorang diri di lembah bawah.
Tiba-tiba kedengaran olehnya suara dan kelihatan burung terbang. Padahal tangis anaknya kedengaran pula meminta susu. Selesai pulang balik 7 kali itu diapun berlarilah kembali ke tempat anaknya yang ditinggalkannya itu. Dilihat­nya seorang Malaikat telah menggali-gali tanah di ujung kaki anaknya, maka keluarlah air.
Dengan amat cemas dipeluknya air itu seraya berkata: Zam! Zam! yang artinya; berkumpullah, berkumpullah! Kebetulan di masa itu datang kafilah orang Jurhum yang tengah mencari air. ltulah sumur Zamzam dan itulah asal "lembah yang tidak mempunyai tumbuh-tumbuhan" itu diramaikan men­jadi negeri. ltulah asal Makkah.
Maka perkelilingan Hajar itu dimasukkanlah dalam rangka syiar ibadat haji dan umrah, dan diakuilah , dia oleh ayat yang tengah kita tafsirkan ini , bahwa dia memang syiarlah adanya daripada ibadat kepada Allah. Salah satu dari tanda peribadafan. Barangsiapa yang naik haji atau umrah tidaklah ada salahnya jika dia berkeliling pula di antara kedua bukit itu sebagaimana lazimnva.
Menurut sebuah Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim, pada suatu hari Urwah bin Zubair menyatakan pendapatnya di dekat Ummul Mu'mi­nin Siti Aisyah, bahwa demikian bunyi ayat tidaklah wajib sa`i di antara Shafa dan Marwah itu. Karena kalau disebut tidaklah mengapa berkeliling di antara keduanya, niscaya tidak berkelilingpun tidak mengapa. Pendapat Urwah ini ditegur dengan baik oleh Aisyah: "Bukan sebagai yang engkau fahamkan itu wahai anak saudaraku." * Adapun sa`i di antara Shafa dan Marwah itu adalah termasuk dalam rangka syiar ibadat: Maka ayat itu menyebut tidak mengapa, . ialah karena di sana di zaman jahiliyah kalau ada orang Anshar pergi beribadat haji atau umrah ke Makkah , mereka mesti bertemu dengan berhala manata yang besar dan seram yang terletak di antara kedua bukit itu. Setelah mereka menjadi Muslim semua musykillah dalam hati mereka bagaimana mereka akan sa'i juga di antara kedua bukit itu , padahal di sana masih berdiri berhala manata itu. Maka ayat ini menjelaskan bahwa tidak mengapa jika mereka sa'i di sana , walaupun di sana masih berdiri berhala itu.
Demikian kita tuliskan maksud dari Hadits Bukhari dan Muslim itu.
Lanjutan ayat:
 وَ مَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ
"Dan barangsiapa yang menarnbah kerja kebaikan, maka sesungguhnya Allah adalah pembalas terimakasih, lagi Maha Mengetahui." (ujung ayat 158).
Mengerjakan haji atau umrah yang wajib hanya sekali seumur hidup. Tetapi jika orang ingin menambah lagi dengan tathawwu' , menambah haji lagi dan menambah umrah lagi , entah berapa kali dia ke Makkah, maka Allah mensyukuri amalnya itu dan membalas budinya itu dengan baik. Dan semua amalnya yang ikhlas diketahui oleh Allah.
Maka terasalah bahwa ayat ini masih bertali dengan perintah peralihan kiblat dan pengharapan akan kemenangan di zaman depan: Satu waktu kelak merekapun akan dapat mengerjakan umrah. Meskipun di antara bukit Shafa dan Marwah itu masih ada berhala dan di dinding Ka'bah masih bersandar patung-patung , tidak mengapa mereka meneruskan ibadat mereka, karena ibadat itu tidak ada sangkut-pautnya dengan berhala itu. Maka pada beberapa masa kemudian bermimpilah Rasulullah bahwa dia dan sahabat-sahabatnya pergi ke Makkah mengerjakan umrah, lalu mereka pergi bersama-sama, sesuai dengan yang dimimpikan.
Tetapi sampai di Hudaibiyah pada tahun keenarn Hijriyah, mereka dihalangi orang Quraisy clan terjadilah perdamaian Hudai­biyah. Tidak jadi mereka naik tahun itu. Pada tahun mukanya , tahun ketujuh , barulah terjadi Umratul Qadha. Mereka telah mengerjakan umrah dengan baik dan selesai , mereka tawaf keliling Ka'bah yang masih berhala, dan mereka sa` i di antara Shafa dan Marwah yang masih ada berhala manata di sana, tetapi mereka tidak singgung menyinggung dengan itu. Syiar ibadat mereka lakukan dengan sempurna. Dan kelak pada tahun kedelapan setahun kemudian, karena orang Quraisy telah mengkhianati janji , negeri Makkah telah ditaklukkan dan segala berhala telah disapu bersih. Dan semuanya itu mereka capai dengan didahului oleh berbagai penderitaan , kekurangan hartabenda , kekurangan kawan-kawan yang syahid di medan jihad, tetapi akhirnya ialah penyempurnaan
---------------------------------------------------------------------------------------------
*Urwah bin Zubair adalah anak dari Zubair bin Awwam, salah seorang dari sahabat mulia yang sepuluh, yang bergelar Hawari Rosulullah Saudara dari Abdullah bin Zubair bin Urwah ialah Asma bintu Abu Bakar yang bergelar "Yang empunya dua ikat pinggang" sebab satu dari dua ikat pinggangnya itu tempat penyembunyian makanan yang diantarnya kepada Rasulullah dan ayahnya ketika sembunyi di gua Tsaur. Asma adalah kakak dari Aisyah. ltu sebabnya maka beliau mengatakan kepada Urwah "Wahai anak saudaraku." Dan Urwah membahasakan Aisyah Kholati saudara perempuan ibuku.
---------------------------------------------------------------------------------------------
dari nikmat yang telah dijanjikan Allah. Dan Allah membalas segala amal dan usaha mereka dengan kemenangan dunia dan kebahagiaan akhirat.
Adapun tentang Sa'i di antara Shafa dan Marwah itu, telah ijma'lah sekalian Ulama ikutan kita menyatakan bahwa dia itu memang termasuk rnanasik haji. Cuma mereka berbeda pendapat tentang hukumnya menurut ketentuan Fiqh. Imam Malik dan Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat bahwa dia termasuk Rukun pada Haji. Imam Abu Hanifah berpendapat termasuk wajib haji.


Referensi : http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_158.htm