Jumat, 25 Mei 2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah

     Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
 Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa : yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki. (Ani Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22).
 Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersbut merupakan proses sosialisai yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi
B.Rumusan Masalah

     Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah di dalam makalah ini adalah :
1. Apa makna perkembangan sosial anak ?
2. Bagaimana bentuk – bentuk tingkah laku sosial pada anak ?
3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ?
4. Bagaimana pengaruh perkembangan sosial anak terhadap tingkah laku anak ?
C.Tujuan Penulisan

     Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui makna perkembangan sosial anak ; mengetahui bentuk-bentuk perkembangan sosial anak ; mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan pengaruh perkembangan sosial anak terhadap tingkah laku anak.
D.Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bagian, yaitu Pertama: Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masala dan sistimatika uraian. Kedua: Isi atau bagian teori dan hasil meliputi ; makna perkembangan sosial anak, bentuk-bentuk perkembangan sosial anak ; faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku anak.

BABII
PEMBAHASAN

A. Makna Perkembangan SosialAnak
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa :
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semamin bertambah usia anak maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.

B.Bentuk–BentukTingkahlakuSosial
     Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk interkasi sosial diantarannya :

1. Pembangkangan (Negativisme)

    Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia empat hingga enam tahun.
     Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.

2. Agresi (Agression)

    Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya.
    Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.

3. Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.
4. Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
6. Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.
7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya
9. Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.

C.Faktor–faktor  yang  Mempengaruhi  Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
2. Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.

D. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku

Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya. Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam pikirannya.

Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
1. Cita-cita dan idealism yangbaik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan raktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain daalm penilaiannya.Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.














BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.Perkembangan sosial individu dimulai sejak anak usia 18 bulan. Faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi perkembangan sosial anak, semakin bagus tata cara keluarga, maka perkembangan sosial anak juga semakin bagus.
Perkembangan sosial juga sangat mempengaruhi kepribadian anak, anak yang mempunyai daya intelegensi yang tinggi, perkembangan sosial yang baik pada umumnya memiliki kepribadian yang baik.












DAFTAR KEPUSTAKAAN
Cahyani Ani. Mubin, Psikologi perkembangan; cet I (Quantum Teaching, Ciputat Press Group, 2006).
Hurlock B Elizabeth, Developmental Psikologi; Mc Grow Hill, Inc, 1980, Alih Bahasa, Istiwidayanti dan suedjarwo, Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga, tt.
LN Yusuf Syamsu; Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nurihsan Juntika, 2007, Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta didik , Bandung; Sekolah Pasca Sarjana (UPI)
Santrock, John W, Life-Span Development, WM, C Brown Comunication, Inc, 1995, Alih bahasa Achmad Chusairi, S.PSI, Perkembangan Masa Hidup Jilid I, Jakarta, Erlangga, 2002.
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan; (PT Raja Grafindo, : 2004).

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kami dari para juru nasehat dan yang memberei pengertian kepada kami tenteng ilmu-ilmu ulama yang melekat. tetapkanlah Rahmat dan salam sejahtera kepada Nabi Muhammad SAW , pembawa Islam yang sanggup melenyapkan agama-agama orang kafir dan musyrik demikian pula RahmatNy dan salam kepada keluarga dan para sahabat beliau yang teguh menjalankan syariatnya .
Alhamdulilah berkat Rahmat Allah SWT kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah “ Usul Fikih “  tersusunya makalah ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada guru-guru terutama kepada guru pembimbing kami Dra. Lislis Lisnawati. M. Ag
harapan semoga dapat menjadi amal jariyah beliau yang amat berjasa kepada kami .Amin.
Dan karena TIDAK ADA GADING YANG TAK RETAK maka kami sangat mengharapkan koreksi dan tegur sapa para guru , cerdik pandai dan semua pembaca demi penyempurnaan langkah kami selanjutnya .
Demikianlah semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan kaum muslimin pada umumnya amin.

Cirebon, 18 Mei 2012

   Penyusun





i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................i
Daftar isi ............................................................................................................................ii
BAB I  PENDAHULUAN………...................................................................................................1
BAB II      WACANA TAGYIR LI KHALQ ALLAH (REVOLUSI DAN EVOLUSI CIPTAAN TUHAN)
PROBLEM SOLVING……………………………………………………2
BAB III
Uraian Dalil Al-Qur’an ............………………………………………….. 5
Al-Hadits dan Ruang Lingkupnya ..……………………………………… 8
 Taghyir Li Khalq Allah  Dalam Tinjauan Syariat .................................10

 Syariat Menyikapi Kloning pada Manusia ……………………….…..14
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................................................19
              Daftar Pustaka ……………………………………………………..………….20





ii
MAKALAH

PERKEMBANGAN FIKIH DI INDONESIA
MASA KE KINIAN

Mata Kuliah     : Usul Fikih
Dosen        : Dra. Lislis Lisnawati. M. Ag
Jurusan     : Tarbiyah / PAI
Semester      : IV C









Di Susun Oleh Kelompok  A   :
Ahmad Syukur       (10.01.0135)
Karno              (10.01.0139 )
Minchatul Maula   (10.01.0141)
Muslih             (10.01.0143)
M. Zarkoni Amri    (10.01.0197)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAIC )
TAHUN AKADEMIK 2012
BAB I
PENDAHULUAN


    Penampilan bagi sebagian kalangan merupakan hal terpenting dalam menentukan keputusan hidup duniawi mereka, sehingga tidak jarang inovasi dilakukan dalam rangka mengubah penampilan lahiriyah, sampai- sampai terkadang mereka tidak memperdulikan fitrahnya sebagai hasil karya sang pencipta. Mulai dari kosmetik, sampo penghitam rambut sampai pengunaan silikon mereka ciptakan demi kekuasaan itu. Bahkan teknologi termutakhir, mampu maenemukan rekayasa genetika dengan obyek manusia, atau kita sering dengar dengan istilah human cloning. Sebenarnya dunia islam tidak terlalu menganggap tabu fenomena ini. Namun hal ini bermasalah jika harus ditelan mentah-mentah oleh mereka yang setatus awam. Tentunya harus ada pembatasan konkrit, sehingga terbedakan antara wilyah yang masih bisa ditelorir dan yang masuk batasan larangan.













BAB II
WACANA TAGYIR LI KHALQ ALLAH
(REVOLUSI DAN EVOLUSI CIPTAAN TUHAN)

PROBLEM SOLVING

    Kemajuan akan positif manakala disikapi sebagai pendukung beradaban dan pengabdian kepada Sang Pencipta. Hanya saja manusia terkadang terlalu tumpul untuk menerjemahkan wacana tersebut. Persaingan memamerkan gebyar duniawi tanpa di sadari menjadi pemicu kuat terjadinya pelecehan karya cipta Tuhan. Kodrat manusia tidak lagi dihargai sebagai ciptaan yang harus diberikan perawatan sebagai ungkapan rasa syukur, namun sudah dianggap sebagai pengekang kebebasan.
    Manusia yang diberikan kemapuan kreasi oleh Allah swt, mencoba menciptakan segala sesuatu guna menopang kebutuhan hidupnya. Semula hanya sebatas karya cipta biasa, lama-lama mereka mulai berani meninggalkan etika berkreasi dengan mencoba mengotak-atik ciptaan dan karya Pencipta dan bahkan berani menggugat. Segala cara mereka tempuh untuk merubah ciptaan Allah dengan bermodalkan teknologi modern. Diciptakan perangkat operasi anatomi tubuh untuk memenuhi kepuasan tubuh ideal. Ditawarkan kiat-kiat berpenampilan melalui kosmetik, kemanfaatan silikon dan masih banyak lagi. Permasalahan Taghyir Li Khalq Allah (merubah hasil ciptaan tuhan) sangatlah konpleks terjadi pada manusia. Mereka selalu merubah apapun saja yang mereka inginkan guna mendapatkan kepuasan, sehingga yang mengemuka bukan lagi perubahan biasa, namun telah sampai pada fase evolusi dan revolusi atas ciptaan Allah SWT. Fase ini mencapai tingkat termodern tak kalah para teknolog mampu menghasilkan rekayasa genetika yang kita kenal dengan cloning.
    Istilah klon atau clone berasal dari bahasa Yunani yang artinya pemangkasan (tanaman). Istilah ini digunakan untuk potongan atau pangkasan tanaman yang akan ditanam. Kini, dalam term ilmu pengetahuan, kloning berarti sebuah rekayasa genetika untuk memproduksi makhluk organic secara aseksual (tanpa diawali pembuahan oleh sel telur sperma, tapi diambil dari inti sebuah sel). Saat ini aplikasi kloning sudah mencakup bidang yang cukup luas, yakni kloning gen (kloning pada bakteri dan sel dalam kultur jaringan), kloning tanaman (buah, sayuran, bunga) dan kloning  hewan (katak, tikus, domba). Manfaat kloning gen bagi kehiduipan antara lain adalah untuk memperoleh hormon pertumbuhan, insulin, interferon, vaksin, terapi gen dan diagnosis penyakit genetik. Sedangkan kloning tanaman dan hewan bermanfaat dalam memperbanyak bibit unggul secara efektif dan efesien.
    Kloning hewan pertama kali dicoba pada tahun1950-an pada katak. Kini selain tikus, kera dan bison, juga pada domba yang cukup menghebohkan. Kloning bison dilakukan dari sel bison yang sudah mati (fosil bison). Sedangkan kloning domba dilakukan dari sel domba yang masih hidup. Secara teoritik, kloning manusia(human cloning) juga bukan hal yang mustahil, baik dari sel manusia yang masih hidup maupun yang sudah mati, karena prosesnya tidak berbeda dari kloning hewan. Untuk kloning manusia, sebagai kloning hewan, selain sel yang akan dikloning, harus ada ovum (sel telur) dan rahim. Tanpa ovum, tidak bisa dikloning dan tanpa rahim, sel yang dikloning pada ovum  itu akan mati.
    Kloning manusia ada dua cara. Cara pertama, sel langsung dikloning pada ovum. Setelah terjadi pembelahan, diambil satu langsung ditanam pada rahim. Proses seterusnya seperti pada kehamilan pada umumnya. Cara kedua yakni pembuahan sperma atas ovum (sel telur di luar rahim).
    Setelah terjadi, intinya diambil dan diganti dengan sel inti manusia yang akan dikloning. Proses selanjutnya adalah sebagai mana kehamilan biasa. Namun demikian, baik melalui cara pertama maupun cara kedua, manusia hasil kloning takan persis sama dengan manusia yang dikloning, karena juga dipengaruhi sperma,  (bagi cara kedua). Ovum dan kondisi ibu yang mengandungnya. Kloning manusia juga dapat dilakukan untuk menghindarkan seorang dari penyakit caranya hasil pembuahan yang terdeksi mengandung suatu penyakit diambil sel intinya kemudian di ganti dengan sel lain yang sehat. Untuk mengikuti kemajuan jaman, wacana kloning maupun lainnya wajar terjadi. Akan tetapi yang di sesalkan, mereka sering mengabaikan seruan syariat, sehingga lupa pada khilqah-Nya. Dan yang paling ironis, teknologi tersebut tidak di manfaatkan semestinya. Bahkan mereka berani menerobos masuk dalam hak prerogratif  Allah. Maka dari itu kita harus perihatin atas terjadinya hal tersebut. Dan kita harus mencoba untuk menguraikan dan menjelaskan, sejauh mana batasan merubah ciptaan Allah.


























BAB III

URAIAN DALIL AL-QUR’AN

      Taghyir adalah meralisasikan sesuatu yang belum ada sebelumnya. Atau bisa dikatakan suatu perpindahan dari suatu keadaan dari sebuah keadaan menuju keadaan yang lain. Pintar prestasi taghiyr secara umum yang bisa dicontohkan dalam beberapa permasalahan di antaranya:
Pembuatan tato pada kulit supaya kelihatan artistik
Kloning, agar tercipta keturunan yang lebih baik
Operasi silikon guna mendukung penampilan agar kelihatan tampan dan cantik serta lebih seksi.
Kastrasi binatang, untuk meningkatan kesehatan dan pertumbuhan daging.
Bahkan perbuatan mengkultruskan matahari bulan, bintang, batu, patung, api dan lain-lain sebagai tuhan, bisa masuk dalam kategori taghyir li khalq Allah.
Allah berfirman QS. An-Nisa’: 119
                        
Artinya : dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.

     Hikmah yang melatarbelakangi ayat tersebut, bermula dari banyaknya manusia yang tergoda dan mengikuti bujuk rayu setan, yang selalu menantang ajaran Tuhan. Ekses yang muncul dari perbutan itu, berupa keberanian mereka menodai kemurnian tauhid. Dalam ayat tersebut termuat keterangan tentang orang-orang yang tebujuk rayuan setan sehingga banyak manusia tergoda oleh keindahan duniawi yang sebetulnya hanyalah patamorgana. Demi sebuah kepentingan mereka, melupakan seruhan syariat. Bahkan dalam ayat tersebut, kepentingan itu sudah membutakan mereka hingga sampai berani merubah kreasi Illahi
    Ayat di atas juga mengandung gugatan terhadap tradisi Arab pada masa jahiliyah. Mereka memotong telinga unta untuk dijadikan  simbol persembahan dan tidak boleh disembelih atau diganggu, dan dibiarkan bebas berkeliaran. Tradisi pemotonan telinga juga terjadi pada binatang piaraan lain seperti sapi, kambing, keledai dan lain-lain. Hal ini bertujuan meningkatkan produksi daging dan menambah citarasa. Dengan inio diharapkan bisa menarik minat konsumen dan mendongkrak harga jual. Ada juga praktek pengebirian budsk demi mengeliminir gairah seks ( libido) dan memperkuat vitalitas tubuh.
    Sebuah petaka besar apabila pengebiriran dilakukan dengan sasaran manusia. Karena hal itu akan berdampak lemah mental, jiwa dan fisik. Lantaran, pengaruh yang ditimbulkan merupakan kebalikan daripada hewan. Allah berfirman dalam Qs. Al Ra’d:11
          
Artinya: “ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah seuatu perkara pada kaum, sehingga mereka merubah keadaan mereka  sendiri.
    Dari keterangan ayat tersebut dapat kita fahami bahwa kita semua harus berusaha dan berjuang selalu untuk mendapatkan kemenagan, kemuliaan, kenikmatan dan kesucian secara hakiki. Sebab jika kita pasrah kepada keadaan tanpa tahu halal dan haram serta membiarkan kedzoliman dan kemaksiatan yang terjadi di atas bumi, maka Allah akan membiarkan kita berjalan tersesat dan pada akhirnya masuk neraka.
    Hendaknya kita semua kita semua senantiasa menegakkan kebenaran dan mengurangi kemaksiatan. Tentunya kita harus belajar terlebih dahulu, tentang sesuatu yang halal dan haram, mafsadah dan maslahat, manfaat dan madlarat dengan memandang kemampuan diri kita masing-masing dan menempatkan apapun sesuai dengan porsinya. Sebab jika kita berbuat sesuatu tanpa memandang pertimbangan secara universal, padahal tidak ada anjuran, maka perbutan itu tergolong merubah ciptaan Allah dan hukumnyapun  juga di haramkan. Sebagaimana digambarkan, kita memberikan pelajaran, dengan tingkat kesulitan tinggi pada seorang murid tingkat dasar, memberikan pekerjaan yang sulit kepada orang yang kurang mampu atau mungkin memberikan hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahannya. Dan gambaran paling nyata yang dialami masyarakat modern yang kebingungan mencari mode adalah perempuan yang berpenampilan seperti laki-laki atu laki-laki berpenampilan layaknya perempuan. Karena kita ditakdirkan sebagi manusia yang berketuhanan dan wajib selalu mengabdikan diri untuk-Nya, maka setiap langkah dan gerak, kita tidak diperkenankan melawan printah-Nya. Karena dengan itu kita akan divonis telah melakukan taghyir li khalq Allah (meubah ciptaan Allah). Oleh karena itu tindakan yang paling tepat bagi seorang muslim adalah taat dan loyal atas semua perintah, baik yang datang dari      
Allah maupun yang diwahyukan melewati

Nabi. Sebagaimana dalam QS.Al-Hasyr: 7
          
Artinya: “ Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang di larangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah.
Kepahaman tekstual ayat tersebut menerangkan permasalahan fai’i (harta rampasan yang diperoleh dari musuh tanpa pertempuran) yang distribusinya telah diatur secara jelas oleh Rasul. Dalam ayat ini Allah menekankan pentingnya ketaatan terhadap segala aturan yang telah diajarkan oleh Nabi. Pada awalnya ayat ini mengupas tentang otoritas rasul dalam mengalokasikan harta fai’i kepada yang berhak. Namun subtansi ayat ini dapat diperluas jangkauan interprestasinya. Dalam arti segala perintah dan larangan Rasul merupakan prioritas yang harus dijunjung tinggi oleh umatnya sebagai bukti loyalitas. Tetapi, hak itu tanpa melupakan pemberdayaan ditengah perkembangan zaman. Berlatar belakang dari acuan maslahah li al- ‘ibad (kepentingan umum umat) yang menjadi barometer syariat, Rasulullah dalam tatanan hukumnya selalu mengedepankan nilai positif dan menepis nilai negatif yang rentan muncul.

AL-HADITS DAN RUANG LINGKUPNYA

    Sebenarnya permasalahan taghyir li khalq Allah sudah terjadi semenjak Beliau Nabi masih hidup.Banyak sekali hal-hal yang tergolong merubah ciptaan Allah yang kemudian dilarang Rasulullah. Dalam literature hadits,banyak ditemukan beberapa praktek Taghyir secara tegas dilarang oleh Nabi.Diantaranya HR.Ibnu Umar
أن النبي صلى الله عليه وسلم : نهى عن خصاء الغنم والبقر والابل والخيل
Artinya:”Sesungguhnya Nabi saw melarang pengebirian kambing,sapi,onta dan kuda”
Hadits tersebut menjelaskan larangan melakukan kastrasi pada binatang ternak yang sering dilakukan oleh orang – orang Arab pada zaman jahiliyah guna mendapatkan keuntungan dan kepuasan melalui cara tersebut.
Pengertian “khasa” dalam hadits di atas adalah memotong alat kelamin atau lebih dikenal dengan istilah kastrasi.Ternyata realita yang ada kastrasi,kastrasi tidak hanya berlaku untuk pemotongan alat kelamin saja,terbukti dengan munculnya pemotongan organ tubuh yang lain seperti telinga dan mata.
Hadits lain yang menerangkan tentang khasa’,di antaranya HR.Ibnu Abbas
نهى عن صبر الروح وخصاء البهائم
Artinya: ”Beliau  Nabi melarang adanya penahanan Ruh (jiwa) dan mengebiri binatang”
Selain mengenai larangan kastrasi,hadits ini juga menitik beratkan tentang bentuk lain dari taghyir li khalq Allah yaitu shibr al-ruh (penahanan ruh).
Termasuk kategori shibr al-ruh adalah pengguguran kandungan,minum atau makan sesuatu yang bisa membunuh sel keturunan.Dengan sebuah alasan perbuatan itu telah menyentuh  area hak cipta Allah swt,
sebagaimana Hadits dari Ibnu Umar ;
لا تخصوا ما ينمى خلق الله
Artinya:”Janganlah kalian mengebiri sesuatu yang bisa mengembangbiakan ciptaan Allah swt”
     Dari Hadits ini kita dapat mangambil kesimpulan bahwa pemutusan garis keturunan baik terjadi pada manusia maupun pada hewan adalah larangan syariat. Karena hal tersebut telah menyalahi anjuran untuk mengembangbiakan makhluk. pengembangbiakan dengan berbagai cara,tidak dipungkiri merupakan penentu berlangsungnya siklus kehidupan. Atau dalam wacana syariat dipertegas dengan alasan memperbanyak hamba-hamba yang taat di muka bumi. Perkawinan baik yang dilakukan manusia maupun makhluk lain merupakan  bukti dari anjuran tersebut. Seperti dalam Sabda Rosulullah dalam sebuah hadits.
تناكحوا تناسلوا فإني مكاثر بكم الأمم
Artinya:”Kawinlah dan dapatkan keturunan,sesungguhnya aku memperbanyak umatku pada kalian” 

    Termasuk Taghyir Li Khalq Allah adalah mentato,mancabut atau mencukur beberapa bulu, memperindah bentuk gigi. sebagaimana tercantum dalam beberapa hadits Nabi, diantaranya dari Ibnu Mas’ud
لعن الله الواشمات والمستوشمات و المتنمصات والمتفلجات للحسن الغيرات خلق الله تعالى
Artinya; ” Allah melaknat orang yang mentato dirinya dan pada orang lain, mencabut atau  mencukur beberapa mulutnya,dan memangur giginya supaya kelihatan indah. itu semua merubah ciptaan Allah”
    Dalam Hadits lain, secara bervariasi Allah juga melaknat orang yang memakai konde atau menyambung rambut(al-washilah) mempola wajah dengan berbagai peralatan (al-Qasyr) dan Allah juga melaknat pria yang berlagak ataupun berpakaian seperti wanita ataupun sebaliknya. Pengertian Hadist ini menerangkan berbagai macam perbuatan yang bernuansa taghyir li khalq Allah dan kasus diatas adalah sebagian kecil contoh yang terjadi di masa nabi. tentunya ini menuntut kita dapat mengkontekstualisasikan dalam berbagai macam problematika di masa kini sebagaimana operasi silikon, kloning dan lain sebagainya.

  TAGHYIR LI KHALQ ALLAH  DALAM TINJAUAN SYARIAT

    Larangan syariat dalam taghyir li khalq Allah secara umum tetapi berpegang pada prinsip universal dalam syariat, yaitu mengantisipasi setiap kemadlaratan serta memperhitungkan aspek kemaslahatan yang akan bisa diambil. Dalam contoh larangan melakukan kastrasi,kloning membuat tanda dengan logam serta contoh lain yang terjadi pada binatang, selain merupakan kategori merubah ciptaan Allah Swt, hal itu juga didasari alasan prinsipil berupa timbulnnya efek negative lebih besar dibanding  manfa’at yang diperoleh dari perbuatan itu, termasuk salah satunya adanya unsur penyiksaan. Akan tetapi dari sudut lain, kastrasi dan selainnya bisa saja diperbolehkan karena ada sisi positif yang lebih besar . Sisi positif yang dimaksud adalah kemanfaatan yang lebih besar,seperti menambah gemuk,sehat dan kuat dan lain sebagainya.
    Dalam wacana umum,sebenarnya kastrasi maupun kloning diperbolehkan dalam beberapa catatan.pertama,dilakukan pada binatang yang halal dikonsumsi dagingnya.Kedua,dalam kastrasi diperbolehkan hanya saat binatang masih kecil. Dan tentunya kedua praktek ini tidak diperkenankan diuji coba pada manusia.
    Pengebirian pada binatang yang tidak halal dikonsumsi dikhawatirkan hanya untuk sebuah hobi dan hiburan saja.Sedangkan untuk binatang yang terlanjur dewasa tentu tidak akan berpengaruh secara maksimal. Bahkan seandainya hal tersebut dipraktekan pada manusia, maka akan berdampak lemah syahwat, otot, mental serta lemahnya kemampuan akal.
    Sedangkan dalam kategori merubah ciptaan Allah dengan mentato, cap, memakai kosmetik (dengan efektivitas tertentu), mencukur atau menghilangkan bulu dan rambut, memkai wig (konde), menyambut rambut dan segala macam perubahan pada anggota tubuh termasuk operasi, hukum syariat menyebutkan secara variatif. Ada haram, makruh, sunnah bahkan wajib, dipengaruhi oleh beberapa ketentuan dan kerelatifan dalam setiap aspek . aspek-aspek dapat dibedakan dalam beberapa bagian,
Jenis perubahan
Jenis perubahan yang ada dalam fenomena ini terbagi dua bagian. Ada kala nya perubahan yang terjadi bersifat permanen, seperti operasi, pengebirian dan lain-lain. Dan ada pula yang bersifat non permanen, seperti merias atau mempercantik wajah dan tubuh dengan memakai kosmetik atau make up, memberi pewarna kuku, mencukur atau menghilangkan bulu dan rambut, menyambung rambut dengan memakai wig dan lain-lain.
Objek perubahan
Perubahan di atas bisa dilakukan terhadap manusia atau binatang. Dan sasaran perubahan tersebut bisa dilakukan pada organ tubuh manapun.
Alat dan bahan
Alat dan bahan yang dipakai untuk mengusahakan perubahan yang diinginkan sangat bervariasi. Secara garis besar bisa dikategorikan menjadi beberapa macam. Peralatan yang dapat menimbulkan rasa sakit bagi pemakai atau bahkan tergolong najis. Ada juga bahan yang hanya bisa mengusahakan perubahan secara perlahan, seperti hanya sampo dan mayoritas jenis kosmetik.
Ekses dari perubahan
Dampak dari usaha merubah ciptaanAllah terkadang membawa akibat, terutama bagi pelaku. Dampak yang langsung dirasakan semisal rasa sakit dalam kategori perubahan yang menggunakan peralatan tertentu. Atau bahkan mungkin hal lain seperti kemandulan dalam kasus pengguguran janin dan masih banyak lagi kasus yang pada akirnya berdampak negatif bagi pelaku.


Alasan perubahan
Aspek yang satu ini lebih mentitiktekankan motif yang melatarbelakangi dilakukan taghyir li khalq Allah. Dimana terkadang hanya demi memenuhi kepuasan hidup, namun ada juga yang dilatarbelakangi kebutuhan, baik mendesak maupun kebutuhan jangka panjang. Kesenangan semu yang terlalu, terkadang berakibat terabaikannya hasil karya Sang Pencipta. Pada prisipnya tidak dilarang umatnya untuk tampil cantik dan mempesona. Akan tetapi harus ada batasan yang konkret agar tidak ada kesan mengikuti hawa nafsu yang menyeret kelembah kehancuran.

Dari lima sudut pandang tersebut, formulasi hukum bisa ditentukan sesuai dengan motif dan aspek yang melatarbelakanginya. Mulai dari haram, makruh, mubah, sunnah hingga wajib. Tergantung intensitas sisi yang memberatkan dan meringankan dari dalil al-Nash, al-Hadist, al-Sabab, ‘illat dan hikmah. Sehingga akan muncul pula istilah rukhshah (keringanan) dan ma’fu (diampuni) atau dlarurat (terpaksa). Akhirnya yang terjadi dalam penetapan hukum kasus perkasus dari taghyir li kholq Allah., juga relative, tergantung cara pandang mujtahid dalam menimbang sisi positif dan negatifnya. Misalkan dalam kastrasi(pengebirian), menurut kalangan syalfiiyah dan Imam Malik hokumnya diperbolehkan. Dikarenakan ada manfaat yang lebih besar, seperti peningkatan produksi daging, kesehatan dan lain-lain, meskipun dijumpai unsur negatif (mafsadah) lain yang menyeratinya, yakni ada penyiksaan. Namun, menurut ulama Hijaziah, Hanafiah, Abdul Malik bin Marwan dan al-Auza’I hukumnya makruh. Versi ini mengemukakan  konklusi hokum yang tercetu lewat perhitungan dampak negative yang mengemuka. Hanya saja, hokum yang tercetuskan tidak sampai pada batas keharaman karena melihat ada sisi positif yang didapatkan atau lantaran menganggap lemah dalil yang mengharamkan. Dan sebagian lagi ada yang secara tegas mengatakan haram karena menitik beratkan pada sisi negatifnya.

Dalam kasus berikutnya, yakni pentatoan, member tanda tubuh, cap dan membuat tahi lalat syariat member vonis dengan cara pemilahan.
Pertama, diperbolehkan pada binatang pada selain wajah, dengan tujuan untuk mengidentifikasi hewan agar berbeda satu dengan yang lainya.
Kedua, haram jika dilakukan pada manusia, karena ada unsure penipuan dan pengelabuhan kepihak lain ( dengan perubgahan pada dirinya )serta terdapatnya penyiksaan dan lain-lain. Yang merupakan unsure negative. Dan apabila terlanjur terjadi, seperti halnya tato maka harus dihilangkan selama masih memungkinkan ( tidak menimbulkan dampak yang lebih besar.
Ketiga, haram mutlak, baik pada hewan maupun pada manusia. Versi ini member alasan lebih beratnya sisi negative dalam praktek tersebut, yaitu penyiksaan dan penipuan.

    Hukum mencukur atau menghilangkan rambut atau bulu pada wajah dan tubuh adalah masih diperdebatkan. Menggunduli kepala makruh bagi laki-laki dan haram bagi perempuan. Karena berhubungan erat dengan kehormatan, kecuali ada kebutuhan seimbang seperti pengobatan dan lain-lain. Memotong pendek rambut kepala, sunah bagi pria untuk menghidari unsure tasyabbuh ( serupa dengan wanita ) dan demi kerapian. Namun, jika dilakukan seorang wanita, sebaliknya, hokum akan menjadi makruh dan bahkan bisa haram, karena ada hokum tasyabuh.
    Hukum mencukur kumis dan membiarkan jenggotnya, maka hukumnya sunnah untuk menghilangkan. Hukum menyambung rambut, memasang wige atau konde adalah haram kecuali disambung dengan barang suci. Namun untuk penggunaan rambut manusia terjadi perbedaan anatara ulama.
    Hukum memakai kosmetik makruh bahkan bisa haram, karena ada unsure penipuan dan fitnah, kecuali ada kebutuhan yang seimbang serta ada dalil syariat yang memperbolehkanya. Misalnya, untuk membuat senang suami, menghindarkan unsure tasyabuh ( serupa ) atau mungkin pengobatan. Jika melihat beberapa aspek pertimbangan ini, pemakaian kosmetik pada perempuan meskipun termasuk kategori tagyir li khalq Allah adalah kebutuhan yang ada. Contoh lain dari wacana tagyir li khlq Allah adalah memotong juz atau bagian anggota tubuh. Hal ini dilarang kecuali ada perbandingan maslahah yang seimbang. Seperti halnya memotong kuku, memotong dan meruncingkan gigi karena alasan tertentu yang dibenarkan bahkan dianjurkan syariat. Atau melakukan amputasi organ karena dikhawatirkan menjalarnya luka. Semua ini bisa menjadi faktor perubahan hokum dari sunah menjadi wajib.
    Hukum perempuan berlagak menjadi pria atau pria berlagak wanitaadalah haram karena perbuatan tersebut menyalahi kdrat ilahidengan membuat kemiripan dari sesuatu yanmg telah ditentukan berbeda dalam fitrahnya. Dalam persoalan ini bukan hanya lagak ataupun gaya, akan tetapi semua perbuatan yang telah menyalahi kodrat. Akan tetapi jika ada orang perempuan yang serupa atau bahkan melebihi laki-laki dalam hal mental, perasaan, pemikiran, penalaran dan kreasi itu adalah rahmat dari Allah dan wajib disyukuri. Sehingga dari wacana ini, syariat memberikan ruang tersendiri bagi masing-masing jenis kelamin. Seperti dalam masalah member warna pada kuku, dimana vonis syariat mengatakan sunnah bagi kaum laki-laki. Sedangkan mewarnai jenggot, kumis dan uban dengan warna merah dan kuning hukumnya sunnah bagi kaum pria kecuali dengan warna hitam, maka hukumnya haram, karena diklaim itu adalah gugatan pada Sang Pencipta.

  SYARIAT MENYIKAPI KLONING PADA MANUSIA

    Hukum kloning pada manusia, para pakar mengatakn bahwa keberhasilan kloning hewan sesungguhnya merupakan pendahuluan pada manusia. Kloning manusia dapat berlangsung dengan adanya laki-laki dan perempuan pada manusia dalam prosesnya. Proses ini dilakukan dengan mengambil sel pada laki-laki, kemudian inti sel diambil kemudian digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini setelah bergabung dengan inti sel tubuh laki-lakiselanjutnya ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan agar dapat memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi.

    Hal tersebut mirip dengan apa yang telah berhasil dilakukan pada hewan domba ( dolly ). Mula-mula inti sel diambil dari tubuh domba, yaitu dari payudara atau ambingnya, kemudian sifat-sifat kusus yang berhubungan dengan ambing ini dihilangkan. Inti sel tersewbut dimasukan kedalam lapisan sel telur domba, setelah inti sel dibuang. Sel telur ini kemudian ditanamkan dalam rahim domba agar memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi domba. Inilah domba yang bernama dolly itu., yang mempunyai kode genetic ( DNA) yang sama dengan domba pertama yang menjadi sumber pengambilan sel ambing.
    Kloning yang dilakukan pada laki-laki atau perempuan baik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas keturunan dengan menghasilkan keturunan yang lebih cerdas, lebih kuat, leih sehat, dan lebih rupawan maupun yang bertujuan untuk memperbanyak keturunan guna meningkatkan jumlahpenduduk suatu bangsa agar bangsa atau Negara itu lebih superior, seandainya benar-benar terwujud maka sungguh akan terjadi bencana dan biang kerusakan bagi dunia. Ada beberapa tinjauan kusus berkenaan  dengan konstelasi kloning menurut perpestik islam sebagai wujud nyata kepeduliannya mensikapi perkembangan ilmu pengatahuan, meliputi:
Anak-anak produk proses kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak alami. Padahal justru cara alam itulah yang telah ditetapakan oleh Allah swt untuk manusia dan dijadikan-Nya sebagai sunnah Allah ntuk menghasilkan anak –anak dan keturunan. Allah berfirman Qs. Al-Najm 45-46
              

Artinya : 45. dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.46. dari air mani, apabila dipancarkan.
Allah berfirman Qs. Al- qiyamah: 37-39

                      

 
Artinya : 37.  Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
       38. kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya,   dan menyempurnakannya,
     39. lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.
Anak-anak produk kloning dari perempuan saja ( tanpa adanaya laki-laki ), tidak akan mempunyai ayah dan anak kloning tersebut  ika dihasilkan  dari proses pemindahan sel telur yang telah di gabunkan dengan inti sel tubuh kedalam rahim perempuan yang menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung, tidak lebih. Ini tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab dalam kondisi ini tidak terdapat ayah dan ibu. Hal ini bertentangan dengan  Firman Allah Qs. Al –hujrrot: 13
                        
Artinya :”  Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Hal ini juga bertentangan Firman Allah Qs. Al-Ahzab: 5
                                 
Artinya :” Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Kloning manusia akan menghilangkan nasab ( garis keturunan ). Padahal islam telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Diriwayatkan dari Abu Abbas RA, yang mengatakan bahwa Rosulullah saw bersabda yang artinya:
 “ Siapa saja yang menghubungkan nasabkepada orang yang bukan ayahnya, atau seorang ( budak ) bertuan ( loyal/taat ) kepada selain tuanya, maka ia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia “. ( HR. Ibnu Majah ).
Diriwayatkan dari Abu Ustman Al-Nahri ra, yang berkata: “ Aku dengan sa’ad dan Abu Bakrah masing-masing berkata, “ Kedua telingaku telah mendengar dan hatiku telah menghayati sabda Nabi Muhammad saw; “ Siapa saja yang mengaku-ngaku ( sebagai anak ) kepada orang yang bukan bapaknya, padahal dia tahu orang itu bukan bapaknya, maka syurga haram baginya”. (  HR. Ibnu Majah ). Diriwayatkan dari Abu utsman al-Nahri ra, yang berkata “ aku dengan Sa’ad dan Abu bakarah masing-masing berkata; “ Kedua telinga masih mendengar  dan hatiku telah menghayati sabda Nabi Muhammad saw, yang artinya” siapa sajah yang mengaku-ngaku  ( sebagai anak ) kepada orang yang bukan bapaknya, padahal dia tau dia itu bukan bapaknya, haram.” ( HR. Ibnu Majjah ).” Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bawasannya tatkala turun ayat li’an, dia mendengar Rasulullah saw bersabda yang artinya; “Siapa saja perempuan yang memasukan kepada suatu kaum nasab ( seseorang ) yang bukan dari kalangan kaum itu,  maka dia tidak mendapatkan apapun dari Allah dan Allah tidak akan pernah memasukkanya kedalam surga. Dan siapa sajah laki-laki yang mengingkari anaknya sendiri padahal dia melihat ( kemiripan ) nya, maka Allah akan tertutup darinya dan Allah akan membeberkan perbuatannya itu dihadapan orang-orang terdahulu dan kemudian ( pada hari kiamat.” ( HR Al-dahrimi ).
    Kloning yang bertujuan memproduksi manusia-manusia unggul dalam kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawaan, jelas mengharuskan seleksi terhadap laki-laki dan permpuan yang mempunyai sifat unggul tersebut, tanpa mempertimbangkan apakah mereka suami istri atau bukan, sudah menikah atau belum. Dengan demikian sel-sel tubuh akan diambil dari laki-laki dan permpuan yang sifat-sifat yang diinginkan, dan sel-sel telur juga akan diambil dari perempuan yang terpilih, serta diletakan pada rahim perempuan terpilih pula, yang mempunyai sifat-sifat keunggulan. Semua ini akan mengakibatkan hilangnya nasab dan campur aduknya nasab
Memperoduksi anak dari melalui proses kloning akan mencegah pelaksanaan hukum-hukum syariat, seperti hukum tentang perkawinan, nasab,nafkah, hak dan antara kewajiban bapak dan anak, wali, perawatan anak, hubungan ke-mahram-an, hubungan  ‘ashabah dan lain-lain. Dan disamping itu kloning akan mencapuradukkan dan menghilangkan nasab serta menyalaihi fitrah yang telah diciptakan Allah untuk manusia dalam masalah kelahiran anak. Kloning manusia sungguh perbuatan keji yang akan dapat menjungkirbalikkan kehidupan masyaraka. Berdasarkan dalil-dalil itulah proses kloning manusia diharamkan menurut hukum islam dan tidak boleh dilaksanaka. Allah berfirman mengenai perkataan Iblis terkutuk, yang mengatakan artinya : ….. Dan aku ( Iblis )  suruh mereka ( mengubah ciptaan Allah ),  lalu benar-benar mereka mengubahnya. “ ( QS. Al-Nissa’119).
     Yang dimaksud ciptaan Allah ( khalaq Allah ) dalam ayat tersebut adalah suatu fitrah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk manusia. Dan fitrah dalam kelahiran dan berkembang biak pada manusia adalah dengan adanya laki-laki dan perempuan., serta melalui jalan pembuahan sel sperma laki-laki pada sel telur perempuan. Sementara itu Allah swt telah menetapkan proses tersebut wajib terjadi antara laki-laki dan perempuan yang diikat dengan ahad nikah yang sah. Dan dengan demikian kelahiran dan perkembangbiakan anak melalui kloning bukanlah termasuk fitrah. Apalagi prosesnya terjadi antara anak laki-laki dan perempuan yang tidak diikat dengan ahad nikah yang sah.







BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

    Pada akhirnya syariat telah mengulas tuntas dengan kelengkapan kaidah dan metodologi ushul fiqih secara gamblang dan melakukan kolaborasi Al-Qur’an dan al-Hadits secara universal. Sehingga kita bisa ditarik kesimpulan bahwa hukum asal ciptaan Allah adalah haram dan tidak bisa dihilangkan kecuali dengan berbandingan yang seimbang sebagimana berikut. Pertama, hokum haram tersebut dapat berubah sewaktu-waktu. Jika ada dalil nash ( al-Qur’an atu al-Hadits ) yang memperbolehkan. Kedua, perubahan itu juga diperkenankan jika ada kebutuhan seperti pengobatan ataupun cacat, Ketiga, alasan dan  tujuan dari perubahan itu juga didukung dan dibenarkan syariat. Kempat, diharapkan tidak ada eskes atu efek samping dan membahayakan.
Kritik dan saran
     Demikian makalah ini kami buat apabila ada kekurangan dan kekeliruan dalam pembahasan ini kami mohon ma’af Karena hal ini merupakan awal proses bagi kami dan dalam penulisan makalah kami juga mohon kritik dan sarannya .
           












DAFTAR PUSTAKA
       
Syekh Abd Hamid Bin Muhammad , Lathoiful Isyaroh Darul Ihya Al-Arobi 1992.
Syekh Musthofa Muhammad’Umdah, Jawahirul Bukhori, Darul Fikr 1994
Ahmad Idris Marzuqi , Athoillah Sholahuddin . Paradigma Fiqh Masail, Tim Pembukuan Manhaji 2003

KUMPULAN BAHTSUL MASAAIL

Pondok Pesantren Sidogiri. Alamat : Desa Sidogiri Kraton Pasuruan Jawa Timur.
Telp. (0343) 420444 Fax. (0343) 428751
Website : http://www.sidogiri.net

Ahli Waris Beda Agama

Apakah seseorang anak tetap mempunyai hak waris jika antara keyakinan anak dan orang tua berbeda (beda agama)?
Fadhila, pondouk@yahoo.com


JAWAB:
Harta warisan tidak dapat diwariskan apabila salah satu dari pewaris dan ahli warisnya non-Muslim. Jika kedua-duanya Muslim, atau sama-sama non-Muslim, maka harta warisan itu dapat diwariskan. Kasus kedua (sama-sama non-Muslim bisa saling waris-mewariskan) dapat terjadi karena agama mereka sama-sama batalnya.
Lihat: Hasyiyah Jamal, XV/326


Amalkan Wirid, Tak Tahu Maknannya

Bagaimana hukumnya mengamalkan wiridan yang maknanya tidak kita pahami?
L-Chalis, L-Chalis@yahoo.co.id


JAWAB:
Di antara model amalan wirid:
· Amalan wirid tidak diketahui arti dan tujuannya, model seperti ini tidak diperbolehkan untuk diamalkan, sebagaimana difatwakan oleh Ibnu Hajar al-Haitami dalam salah satu kumpulan fatwanya, Fatawa al-Hadîtsiyyah.
· Amalan wirid yang secara bahasa maknannya tidak dipahami oleh orang yang mengamalkan. Model wirid semacam ini boleh diamalkan asalkan didapat dari orang yang dapat dipercaya, seperti orang saleh dan teguh memegang agamanya. Apalagi wiridan yang memang warid dari Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Lihat: al-Fatawa al-Haditsiyah, I/254

==
Abdulloh Munawwir
Editor: A. Qusyairi Isma’iel


Anggota Tubuh Terputus, Wajib Dimandikan?

Salah satu anggota tubuh yang terputus misalnya kaki apa itu sama seperti mayyit (wajib dimandikan, dll)?
Hafidzin, mshafidzin@gmail.com


JAWAB:
Anggota tubuh yang terputus dari orang yang masih hidup itu tidak sama dengan mayit, artinya tidak wajib dimandikan, dll. Apabila anggota tersebut terputus dari orang Islam yang jelas-jelas sudah mati maka hukumnya sama dengan mayatnya, yaitu wajib dimandikan dishalati dll.

Lihat: Mughni al-Muhtaj, I/346

==
Abdulloh Munawwir
Editor: A. Qusyairi Isma’iel

 Basuh Najis Anjing dengan Sabun

Di tempat saya ada sabun namanya sabun mandi herbal thaharah, komposisi sabun itu terbuat dari tanah liat, minyak zaitun, minyak kelapa sawit, susu sapi, dll. Bisakah sabun itu digunakan untuk mensucikan najis besar (najisnya anjing) sebagai pengganti tanah?
Alfitri, yun1_kony3l@yahoo.com


JAWAB:

Tata cara membasuh najis anjing yang dijelaskan dalam kitab fiqih adalah membasuh tempat yang terkena najis dengan tujuh kali basuhan, salah satunya dicampur dengan debu.

Apabila debu tersebut diganti dengan yang lain semisal sabun, maka terjadi perbedaan di kalangan ulama sebagai berikut:

Pertama, sabun tersebut bisa menggantikan posisi debu (bisa dibuat campuran) sebagaimana batu dalam istinjak bisa diganti dengan benda yang lain yang sepadan.

Kedua, sebun tersebut tidak bisa menggantikan posisi debu sebagaimana tidak bisanya debu diganti dengan benda yang lain ketika tayammum.

Ketiga, apabila masih ada debu, maka yang lain tidak bisa menggantikan posisinya. Sedangkan apabila tidak ada debu maka sabun bisa menggantikan posisi debu.

Lihat: Kifayatul-Akhyar, I/71; al-Muhadzdzab, I/48

Bermakmum kepada Orang yang Pakai Semir
Sahkah salat jumat bermakmum pada imam yang suka nyemir rambut yang sudah putih menjadi hitam lagi?
Hasib, Sumenep
JAWAB:
Menyemir rambut dengan warna hitam merupakan perbuatan maksiat, sebagaimana pendapat yang dipilih oleh Imam an-Nawawi. Dasarnya adalah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud:
يَكُونُ قَوْمٌ يَخْضِبُوْنَ فِي اخِرِالزَّمَانِ بِاالسَّوَادِكَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ لَايَرِيْحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّة
Di akhir zaman akan datang sebuah kelompok masyarakat yang mengecat rambutnya dengan warna hitam, seperti (warna hitamnya) kantong makanan burung merpati. Mereka tidak akan merasakan bau harumnya surga. (HR Abu Dawud).
Karena itu orang yang terus melakukannya bisa divonis fasik. Orang fasik makruh menjadi imam salat, tapi bermakmum kepadanya masih dihukumi sah.

  Lihat: Fathul Bârî, VI/499; Asnal-Mathâlib, III/289
 
Binatang di Areal Makam

Bagaimana sebenarnya hukum menggembalakan kambing ke pekuburan?
Abdullah, Pamekasan
JAWAB:
Memasukkan binatang ke pekuburan jika tidak khawatir mengotori dan menajisi kuburan hukumnya sangat makruh. Jika ada kekhawatiran seperti itu maka hukumnya haram. Bahkan, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Bughyah hukum tersebut lebih parah daripada hukum menginjak yang dilakukan oleh manusia. Apalagi, jika di areal kuburan tersebut terdapat kuburan orang yang terkenal kewaliannya. Lebih lanjut dalam kitab Bughyah dijelaskan, orang yang melihat hewan mau kencing di atas kuburan bagi dia wajib menghalanginya. Sebab, mayat juga merasa tersakiti sebagaimana yang dirasakan orang yang masih hidup.
  Lihat: Bughyatul-Musytarsyidîn, 94.

 Membeli Barang Curian

Bagaimanakah hukumnya membeli barang curian?
Badrus Soleh, badrus_sa@yahoo.co.id


JAWAB:

Di antara syarat sahnya jual beli adalah barang yang dijual harus merupakan hak milik orang yang menjual. Jika bukan hak milik orang yang menjual, seperti barang curian dll maka transaksinya tidak sah/batal.

Namun apabila pembeli tidak tahu bahwa barang yang dibeli merupakan barang curian maka ia boleh menerimanya serta halal menggunakannya dengan catatan orang yang menjual barang tersebut secara zhahir adalah orang yang baik. Jika secara zhahir dia bukan orang yang baik, maka pembeli tetap akan mendapat tuntutan di akhirat, sekalipun transaksinya sah. Karena itu kita harus hati-hati menerima sesuatu dari orang zhahirnya jahat, baik menerima dalam rangka membeli, diberi, atau lainnya.

Lihat: Fathul Mu’in; I’anatuth-Thalibin, III/13

kamus salafi mhm


kAMUS

SALAFI

Jawa – Indonesia


A

Abab                : Bau mulut
Abah-abah       : Sesuatu yang dihias pada kuda / Pelana kuda
Abdi                : Pembantu
Abrit                : Merah
Abuh               : Bengkak
Abot                : Berat
Adang              : Menanak
Adi doyo         : Adi kuasa
Adi gong          : Suka menonjolkan jabatan kekuasaan & kekuatan
Adi guna          : Suka menonjolkan kepandaian
Adi gung          : Suka menonjolkan keturunan kebangsawanan
Adonan                        : Adukan
Adoh               : Jauh
Adol                : Jual
Adol tinuku     : Jual beli
Aeng                : Asing
Ajrih                : Takut
Alit                  : Kecil
Alus                 : Halus
Amargo            : karena, Sebab
Amrih rerubo   : Mendapat penghormatan
Anget               : Hangat
Angel               : Sulit
Anggup                        : Mancung Bunga
Antawis           : Antara
Anteng             : Tenang
Anyar teko       : Baru datang, Perkara Baru
Arep                : Mau, Ingin
Artosipun         : Artinya
Asor                 : Rendah, Hina
Awak dewe      : Pribadi sendiri
Ayang-ayang   : Bayang-bayang
Age-age           : Cepat-cepat
Ageng              : Besar
Agreng-agrengan          : Saling menyombongkan diri
Ajang                           : Tempat makan ( Piring )
Ajere peraupan                        : Murah senyum
Aji kerto                      : Mengharga-harga
Aji-aji                          : Jimat
Ajur                             : Hancur
Akur                            : Rukun, Damai
Alat lelahan                 : Alat music/ Mainan
Aleman                                    : Manja
Ali-ali                          : Cincin
Aling-aling                   : Tutup, pembatas
Alon-alon                    : Pelan-pelan
Alum                           : Layu
Alun-alun                    : Tanah lapang, Lapangan
Ambalan                      : Hitungan, lain kali
Ambekan                     : Bernafas
Amben kencono          : Singgasana
Amber                         : Penuh, Meluap (untuk air)
Ambrok                       : Runtuh
Ameng-amengan          : Main-main
Amis                            : Anyir
Amot                           : Memuat
Ampas                         : Limbah
Amrih                          : Berusaha, supaya
Andhap ashor              : Rendah hati
Andoh                         : Jauh dari, melewati
Andup                         : Semerbak
Angas                          : Ingkar, menentang
Angen-angen               : Berangan-angan, berhayal
Angeng pestine                        : Bahwa sanya, hanya itu
Anggak-anggakan        : Bermegah-megahan
Anggitan                      : Karangan
Angkler                        : Nyenya
Angkup                                    : Kuncup bunga
Angon                          : Mengembala
Angop                          : Menguap
Anjlok                         : Turun
Anting-anting               : Perhiasan telinga
Anyes                          : Dingin
Apes                            : Lemah
Ari-ari                          : Pusarnya bayi
Arikalane                     : Pada waktu, ketika
Aring                           : Gembira
Aris                              : Lapang dada
Arit                              : Sabit
Arto                             : Uang
Asal sumelehe             : Asal kejadian
Athi-athi                      : Rambut ditepi pipi yang berhadapan dengan telinga
Atos                             : Keras
Aup-aup                      : Tempat berteduh
Aweh rerubo                : Memberi penghormatan
Aweh                           : Memberi
Awis                            : Mahal
Awon                           : Jelek
Awur-awor                  : Menabur-nabur
Ayenan                                    : Sakit ayan, Epillepsi

B
Baba’an                       : Kulit pohon
Babakan agomo                       : Permasalahan agama
Badui                           : Orang aravb pedalaman
Bai-bai                         : Cuma-Cuma, Gratis
Balung gigir                 : Tulang punggung
Balung Kodok             : Tulang belakang
Baler                            : Bintik, titik
Bali                              : Pulang
Bolan Baleni                : Mengulang – ulang
Bolo Perang                 : Pasukan, Prajurit
Bam                             : Geraham ( Geraham )
Bandoso                      : Keranda Mayit
Bangsa ake                  : Menggolokan
Banget                         : Sangat
Bangkang                     : Melawan
Banjur                          : Kemudian, Lalu
Bantahan                     : Berdebat
Banyol                         : Melawak
Banyu kolohan                        : Air bekas cucian
Bathi                            : Untung, Laba
Batih                            : Keluarga, Famili
Bebel                           : Bodoh
Beber                           : Menggelar
Bebetan                       : Bersarung ( memakai sarung )
Bejo                             : Beruntung
Brangkang                   : Merangkak
Budukan                      : Penyakit Kusta
Bulus                           : Kura-kura
Bungah                                    : Senang
Bekakas omah             : Perabotan rumah
Beker                           : Suara  ringkikan kuda
Belang                         : Bekas luka
Belo                             : Anak kuda
Beloko                         : Hanya itu
Beluk                           : Asap
Bendhu                                    : Marah
Bendoro                       : Majikan, gusti
Benéh                          : Mengerti, Pintar
Bentén                         : Berbeda
Besel                            : Suap
Besér                           : Kemaluannya selalu keluar najis
Besét                            : Terkelupas kulitnya
Beyo                            : Biaya
Bibinahu                      : Belajar, mempelajari
Bilahi                           : Becana, malapetaka
Binggel                                    : Perhiasan dikaki
Biyung                         : Ibu
Blarak                          : Daun pohon kelapa atau sejenisnya
Blebet                          : Balut
Bledék                         : Petir
Bleduk                         : Debu yang berterbangan, anak gajah
Blendhet                      : Endapan kotoran
Blenggu                       : Rantai
Bloko                           : Hanya itu
Blolok-blolok              : Berbinar-binar
Bolong                         : Berlubang
Bon-bonan                   : Ubun-ubun
Bondho fek                 : Harta yang tersisa
Bondho jarahan                       : Harta rampasan perang
Bopo purus                  : Banci, Waria
Bopo                            : Bapak
Boro                            : Mengebara
Boyongan                    : Tawanan
Brengengeng                : Berdengung
Brengos                       : Kumis
Broto                           : Hasrat yang menggebu-gebu
Brujul                          : Kambing tak bertanduk
Brutu                           : Tulang ekor
Budhal                         : Berangkat
Bungah-bungah lacut   : Gembira dengan sombong
Buthek                         : Keruh
Butho arepan               : Cemburu

C
Cancut tali wondo        : Menyingsingkan lengan, bersiap sedia
Candak cekal               : Terampil cekatan
Cangkala’an                 : Ketiak  
Cangkriman                 : Teka-teki
Canthuk                       : Menyedot darah kotor
Carub                           : Campur
Catu                             : Luka
Cawangan                    : Cabang, sebagian dan sesuatu
Cawis-cawis                 : Bersiap-siap
Celapan                       : Pewarna kain
Cemeti                         : Cambuk
Cemomot                     : Montok ( payudara )
Cendek                                    : Pendek
Cengel                         : Tengkuk
Cengger                       : Pial pada unggas
Centéng                       : Tukang pukul
Centhung                     : Ubun-ubun
Cethek                         : Dangkal
Cethil                           : Kikir
Cetho                           : Jelas
Cidro                           : Ingkar, hianat
Cis                               : Besi yang tetrdapat pada ujung tombak
Clathu                          : Dicaci
Cokot                           : Menggigit
Congkrang                   : Tidak akur
Coplok                         : Lepas
Cumentel                     : Menggait pada
Cumlérét                      : Berkilat, bersinar
Cupet pikirane             : Sempit pikirannya

D
Dahar                           : Makan
Dalan rumpil                : jalan setapak yang sulit dilalui
Dalem                          : Rumah
Damén                         : Jerami
Dayoh                          : Tamu
Dédéran                       : Tanaman bibit
Dedes                          : Minyak wangi dari Musang
Demen                         : Suka, Senang, Cina
Dén paril                      : Diumpamakan
Dén trétési                   : Dihiasi
Dén wilang-wilang       : Dianggap, dipertimbangkan
Dengkul                       : Lutut
Derapun                       : Agar, Supaya
Dérés ( hujan )             : Lebat
Derengki                      : Iri hati
Dérés                           : Membaca, mengkaji
Deriji                           : Jari-jari
Dhédél                         : Merusak
Dhédés                                    : Susunya musang, sesuatu baham minyak wangi yang diperoleh dari musang.
Dhemen                       : Cinta, suka
Dhépé-dhépé               : Merendahkan
Dhingin                        : Dahulu
Dhompolah                  : Setangkai
Dhudoh                                   : Kuah
Dhuko                         : Marah
Dingkluk ake               : Menundukan muka
Dino                            : Hari
Dlamakan                    : Telapak kaki
Dodot Keré                  : Pakaian perang terbuat dari besi
Dodot Remong                        : Jubah, Pakaian kebesaran
Dodot telesan               : Pakaian harian/ kerja
Dowo                           : Panjang
Dolanan                       : Bermain-main
Doyong                                    : Miring
Dukur                          : Tinggi
During                         : Belum
Dodot                          : Baju, Pakaian
Dom                            : Jarum
Dopok                         : Berbicara yang tidak ada artinya
Doro                            : Merpati
Dowo angene               : Menghayal
Drembo                       : Rakus, banyak makanannya
Dulur kanthét               : Saudara kandung
Dumadakan                 : Tiba-tiba
Dum-duman                : bagian, pembagian
Dupo                           : Asap kemenyan

E
Eboran                         : Sengot
Eco                              : Enak
Edan                            : Gila
Edhi                             : Indah
Elék                             : Bagus, indah
Elok-élokan                 : Ikut-ikutan
Embong                       : Jalan
Empér                          : Teras, pinggiran rumah yang beratap
Eman-eman                 : Kikir
Endhok amun-amun    : Bayangan semu, fatamorgana
Endi Enggon                : Di manapun
Endhut                         : Lumpur
Enggalénggal                : Cepat-cepat
Enjet                            : Kapur yang sudah direndam
Enthéng                       : Ringan
Enthok-énthok             : Pura-pura
Entong-énthong                       : Bahu
Estri                             : Perempuan

G
Galengan                     : Gundukan tanah pembatas petak sawah / pematang sawah
Gaman                         : Senjata
Gampil                         : Mudah
Garing                          : Kering
Gawe toto kromo         : Ber etika
Gerumpung                  : Orang yang tak punya hidung
Gulu                            : Leher
Gégér                           : Ramai
Geger                           : Punggung
Gancangan                   : Cepat-cepat, buru-buru
Gandi                           : Busur tanah
Gandrung                     : Sangat merindukan, tergila cinta
Ganggang                     : Jenis lumut
 Gangsar                      : Lancar
Ganjaran                      : Pahala
Ganjel                          : Benda yang disisipkan sebagai tumpuan
Gapura                         : Pintu gerbang
Garwo                          : Suami, Istri
Gawok                         : Heran, Kagum
Gayeman                     : Kunyahan yang dikeluarkan dari dalam perut
Gayoh                          : Menggapai
Gebak                          : Menghitung
Gedhoh                                    : Daun telinga
Gedoh                          : Dalamnya daun telinga
Gegéyongan                 : Berpegangan, berpedoman
Gegremetan                 : Hewan yang merayap dibumi
Gelis                            : Cepat
Gemblengan                : Menyeluruh, global
Gembung                     : Jasad, badan, sosok
Gemi                            : Irit, tidak boros
Gendhéwo                   : Busur panah
Gepok                          : Menyentuh
Gerabah                       : Barang yang terbuat dari tanah
Gerébo                         : Tempat air dari kulit hewan
Germo                         : Mucikari
Gesang                         : Hidup
Gesit                            : Liar
Geteh                           : Darah
Gething                                    : Benci, tidak senang
Getun                           : Menyesal
Gigu                             : Jijik
Gilir-gumanti               : Saling bergantian
Gingsir-gingsir             : Bergeser, hilang
 Gisik                           : Tepian sungai, tepian laut (pantai)
Glati                             : Pisau, Belati
Glodokan                     : Rumah tawon
Godho                         : Alat pemukul
Gogo                            : Tanaman yang tumbuh dimusim kemarau
Golo-golo                    : Depah kecil
Gondo                         : Bau
Gonjang-ganjing          : Bergetar hebat
Gopoh-gopoh              : Tergesah-gesah
Goroh                          : Bohong
Gremati                        : Merayap
Grumping                    : Tidak punya batang hidung
Gulo wentah                : Mendidik
Gulon klambi               : Leher baju
Gulu manjing               : Jakun
Gumantung                  : Bergantung
Gunedhe                      : Sombong
Gumelar                       : Menyebar
Gumoh                                    : Muntak ( Anak kecil )
Gumrégah                    : Bangkit
Gumuk                                    : Bukit kecil
Gumun                                    : Heran
Gundék                                    : Suruhan raja
Guneman                     : Berkata
Guyub                         : Rumun, damai

H
Halé bloko                   : Cuma itu
Halé maleh                  : Juga
Haryo                          : Kamus ini
Hasafah                       : Ujung kemaluan laki-laki
Horek                          : Goncangan, gempa

I
Idep                             : Bulu mata
Idu                               : Air ludah
Igo wekas                    : Tulang iga
Ijén                              : Sendirian
Ijon-ijon                       : Sayuran yang berwarna hijau
Ilér                               : Air liur
Ingatase                       : Terhadap
Ing dalem                     : Di dalam
Inggil                           : Tinggi, atas
Ingsun                          : Saya
Ipet                              : Kipas
Irén                              : Saling menolak, saling melempar tanggung jawab
Ireng weteng                : Hati
Irung                            : Hidung
Isin                              : Malu
Isinan                           : Pemalu
Iwak loh                      : Ikan laut

J
Jabané ati                     : Hafal
Jagal                            : Menyembelih
Jajal                             : Mencoba jalan depan / belakang ( semisal Beser )
Jalaran                         : Karena
Jaler                             : Pria
Jamban                                    : Toilet, WC
Janggut                                    : Dagu
Janganan                      : Sayuran
Jangkung                     : Tegap, tinggi besar
Jarahan                                    : Harta rampasan dalam perang
Jaran plongko              : Kuda yang semua kakinya berwarna putih
Jaré                              : Katanya
Jarem                           : Masih terasa nyeri
Jarit                              : Kain kebaya
Jatmiko                                    : Tenang, bersahaja
Jawah                          : Udan
Jawil                            : Mencolek
Jelimet                         : Ruwet
Jember                         : Kotor
Jemparing                    : Anak panah
Jembar                         : Lebar, luas
Jejek                            : Tegak
Jentikan                       : Jari kelingking
Jenggrenge                   : Sosoknya
Jengkar                                    : Runtuh
Jumeneng                    : Berdiri
Juru pitakon                 : Sang penanya
Juru sunggeng              : Pemahat patung
Jengkerut ake               : Mengerutkan kening
Jengkerut                     : Keriput
Jenthik                         : Jari kelingking
Jéréh                            : Takut
Jéréng                          : Membentang
Jeroan                          : Isi perut
Jerum                           : Hewan yang sedang istirahat
Jimpé                           : Lumpuh
Jingklong                     : Nyamuk
Jladrén                         : Adonan
Jléntréh                                    : Jelas, Sangat jelas
Jluntrungé                    : Rangkaiannya,Urutan susunannya
Joglangan                     : Tanah yang ledok (digali)
Jon- ijo                                    : Alat untuk mencari air
Jopo                             : Mantra
Judeg                           : Macet pikiran
Jugug                           : Gonggongan Anjing
Jun                               : Bejana
Jungkung                     : Memurnikan,hanya itu saja
Juru badhé                   : Tukang ramal
Juruh                           : sari gula,gula yang di masak dengan air
Juwet-juwet                 : merengek

K
Kabegjan                     : keberuntungan
Kabeh                          : semua
Kabundhelan               : sah, jadi
Kabotan                       : keberatan
Kacék                          : selisih
Kahanan                      : keadaan
Kalangan                     : golongan
Kandhek                      : berhenti
Kantil                           : melekat
Kantun                         : tertingap
Kaprah                         : umum,sering
Kangelan                     : susah payah,sengsara
Keprucut                      : terlanjur
Kawitan                       : permulaan
Kebak                          : penuh
Kebujuk                       : tertipu
Kedah                          : harus
Kedadean                    : kejadian
Kelawan                      : dengan,bersama
Kecobo                                    : kecuali
Kalem                          : tenggelam
Kepengén                    : ingin
Ketawis                        : kelihatan
Kaulo                           : hamba
Kanti pertelo                : dengan jelas
Kawas tanan                : dinamakan
kawelasan                    : kasih saying
kawengku                    : termuat
kakung                         : lelaki
kasereng                      : terpaksa
katimbang                    : daripada
kalebet                         : masuk,termasuk
kapuré hayawan                      : kantong susu hewan
karang gati                   : rumah laba-laba
kasemsem                    : tertarik
kasepén                                   : tidak ada
katog                            : puncak
katon                           : kelihatan
katot                            : ikut serta
kebangkat                    : kemampuan, kuasa
kedangon                     : terlalu lama
kédér                           : ciut nyali
kedhaton                      : pendopo
kedlarung                     : salah jalan
kejlomprong                : tertipu,terpedaya
kelem                           : tenggelam
keluk                           : asap
keluron                                    : bayi yang keluar sebelum waktunya
kembar dampit             : anak kembar laki-laki dan perempuan
kembar siam                : anak kembar yang sejenis
kersanipun                   : kehendaknya
kejawi                          : kecuali
kelawan                       : dengan
kepanggih                    : bertemu
kerso                            : mau
ketingalan                    : kelihatan
kemlaratan                   : bahaya,rugi
kemlungkung               : sombong
kemul lurik                  : selimut,pakean halus
kenceng                       : lurus
kencéng                       : tunai,kontan
kendel                          : pemberani
kentol                          : betis
kepailan                       : paceklik
kepaung                       : pergi tanpa tujuan
keprawiran                   : wibawa,charisma
keprucut                      : terlanjur
kéreng                          : tenggelam
kesengsem                   : tertarik, terpesona,tekun dalam………….
Ketigo                          : kemarau
Ketungkul                    : sibuk, tergsnggu
Kina bodon                  : tidak di ketahui
Kinalingan                   : terhalang
Kinawedén                  : wibawa
Kinten-kinten               : Kira-kira
Kiat                              : Kuat
Kokok belok                : Burung hantu
Kondor                                    : Kembali
Klambi glangsaran       : Baju sehari-hari
Klambi kéré                 : Baju perang dari besi
Klambi kurung             : baju kurung
Klambi                                     : Baju
Klenger                        : jatuh pingsan
Klompen                      : sandal bakiak
Kluron                                     : lahir sebelum masanya
Kluruk                                     : berkokok (ayam jantan)
Kobér                          : sempat
Koco benggolo                        : suryakanta,kaca pembesar
Kolang kaling              : nama buah aren, orang yang tidak mempunyai ayah, ibu maupun saudara
Kolomonggo                : laba-laba
Konco raket                 : sahabat karib
Kongang                      : mungkin,sempat ada waktu
Krangkéng                   : penjara
Kuah                            : air sayur
Kuluk                          : mahkota
Kulup/kuncup              : orang yang ujung dzakarnya masih tertutup (belum sunat/khitan)
Kumandel                    : percaya
Kumet                          : kikir, pelit
Kumoluhur                  : sombong
Kumprung                   : tolol
Kumrentek                   : terlintas,muncul dalam pikiran
Kuncoro                      : mashur/terkenal
Kurasan                       : lembaran-lembaran kitab

L
Labet                           : bekas
Labuh                          : musim semi
Labur                           : mengolesi
Lacut                           : seneng melakukan maksiat
Lading                         : pisau
Lagon-lagon                 : nyanyi-nyanyi, nyanyian
Lak                              : cap, stempel,segel
Landep                                    : tajam
Langgeng                     : abadi
Langkung                     : lebih
Lantakan                      : bahan baku (utuh)
Lapak jaran                  : pelana kuda
Lar                               : bulu
Lar –lar an                   : langit-langit mulut
Laturoko                      : abu (kotoran) sisa rokok
Lawé                            : benang
Lali                              : lupa
Lamun                         : Bila, jika
Lambe                         : Bibir
Lajeng                          : Lalu, kemudian
Lantaran                      : Perantara
Latar                            : Halaman
Lebaran                       : Bebas
Lebu                            : Debu
Legan                           : Wanita yang belum kawin ( Perawan )
Legi                             : Manis
Léléyangan                  : Duduk sambil tidur- tiduran santai
Lare                             : Anak
Lemareng                     : Musim rontok
Lemu                           : Gemuk
Lereh-lereh                  : Tukar-menukar, barter
Lémék                         : Alas tidur
Lemése lambung          : Lemah-lembut
Lemah gares                : Tanah datar berpasir yang tidak ada tanamannya , tanah tandus
Lempéng                      : Lambung,pinggang
Lempeng                      : Lurus
Lempung                     : Tanah liat
Leng                            : Liang
Lengar                                     : Botak yang terdapat pada bagian kepala
Lengo                          : Minyak
Lepén                          : Sungai
Leres                            : Benar
Lestari                          : Terus,abadi
Let                               : Jarak
Lelahan                        : Bermain
Lérén                           : Istirahat
Liger                            : Memindahkan
Limpat                                     : Cerdas
Lingsir                                     : Tergelincir (untuk matahari)
Limpo                          : Hati
Lintu                            : Lain
Lisah                            : Nyenyak
Liso                             : Telor putu
Lober                           : (Air) Tumpah dari tempatnya (karena penuh)
Lôbo                            : Rakus,sangat tamak
Loh jinawi                   : Subur,makmur
Loman                                     : Dermawan
Longan                        : Tempat dibawah tempat tidur
Longgar                       : Lebar , banyak waktunya
Longko                        : Jarang terjadi
Lontrongan                  : Jalan di sela-sela rumah
Loteng                                     : Rumah tingkat
Lor                               : Utara
Loro                             : Sakit
Loro                             : Dua
Luang cempuri                         : Liang kubur yang tengahnya dibikin seperti parit yang sekiranya cukup untuk                                             
                                       Mayat
Luang landhak                         : Liang kubur yang arah kiblatnya dibentuk seperti goa yang sekiranya cukup
                                      Untuk mayat ?
                                      Catatan: dalam luang cempuri mayat yang diletakan ditengah sedang dalam 
                                      Luang landhak mayat diletakan dipinngir
Luh                              : Air mata
Luhur                           : Tinggi
Lulang                                     : Kulit
Lumaku darat              : Jalan kaki
Lumaku ngondok        : Berjalan tanpa alas kaki
Lumitu                                     : Tetap ,terus menerus
Lumuh                                     : Congkak,tidak menyukai ,malas
Lungguh ason-ason      : Duduk dengan merapatkan lutut pada badannya
Luput                           : Salah
Lulo                             : Yatim
Lumayu                       : Berlari
Lumaku ngicik                         : Lari-lari kecil
Lumrah                        : Wajar
Lungguh                      : Duduk
Lung-lungan                : Jual beli tanpa akad
Luput                           : Salah
Luwe                           : Lapar
Luweh                                     : Lebih
Luas                             : Putus asa , berhenti dari haid


M

Mabluk (uban)                         :  Banyak, merata
Mabor                          : Terbang
Madol-madol               : Acak-acakan
Madul-madul               : Mengguncing,melaporkan pada orang lain
Magos                          : Memotong
Maido                          : Mencela
Majangi                        : Mengawinkan (untuk hewan)
Maleri                          : Mengecualikan
Mamang                       : Ragu-ragu
Mampang                     : Tidak mau
Manak                                     : Melahirkan
Mangklah-mangklah    : Mencacimaki
Mangon                       : Menggembala , melindungi
Manjing gunem            : Memperbincangkan
Manjing                       : Masuk
Mantangi                      : Sederajat
Mantun                        : Selesai
Margi                           : Jalan
Mayang                        : Bunga
Mayar                          : Mudah
Mambu                        : Berbau
Madani                        : Menyamai
Madoni                        : Mendebat
Mamah                        : Mengunyah
Manuk bido                 : Burung elang
Manuk suwari              : Burung merak
Mandek                       : Berhenti
Maténi                                     : Membunuh
Maténi micis                : Membunuh dengan sadis, menyiksa
Maring                                     : Menuju
Mbahurekso                 : Mengelola ,menguasai
Mbalang                       : Melempar
Mbangir                       : Mancung
Mbanyol                      : Melawak
Mbatang                       : Mengira ngira
Mbatek                        : Menarik
Mbébér                        : Membentangkan
Mbedol                        : Mencabut
Mbeling                       : Nakal
Mbeneri                       : Menetapkan,menepati
Mbentelaké                  : Memojokan
Mbentés-mbentés         : Menghardik
Mberot                                     : Melarikan diri
Mbesengut                   : Mengerutkan wajah,muram durja
Mbesét                                     : Menguliti
Mbesuk                        : Menjenguk orang sakit
Mbiwara’aké                : Mengumumkan
Mblawur                      : Membingungkan,menjadikan kacau,memalsukan
Mblebet                       : Membalut
Mbrénték                     : Menjalar
Mbujuk                        : Menipu, memperdaya
Mbuntoni                     : Menutupi
Mbawur                       : Memalsukan,membingungkan
Mbobot                        : Hamil
Mburi                           : Belakang
Mbukak                       : Membuka
Medén-medéni                         : Menakut-nakuti
Mendem                      : Mabok
Mentek-mentek            : Padat berisi
Menthoake                   : Menawarkan
Mertombo                    : Berobat
Medel                          : Memberi pewarna (sumba)
Medhit                         : Peil, kikir
Megat                           : Menceraikan
Megot                          : memotong, memutus
Mejono                                    : sedang
Mekenani                     : Mengenai
Meléh- Meléhaké         : melecehkan
Melék                          : Tidak tidur
Meleng                         : Menatap tajam, hitam
Mémbo-mémbo                       : Menyerupai, mirip, menyamar
Memet                         : Hancur
Mempeng                     : Sungguh-sungguh, rajin
Mémper                       : Mirip
Menatu                                    : Mensetrika
Mencorong                  : Bersinar
Mendho                       : Bodoh
Mengeh-mengeh          : Tersengat-sengat (nafas)
Mengku                       : Mencakup, memuat
Méngo                         : Berpaling, membelakangi
Menawa-menawa         : Seandainya, mungkin saja
Mentheleng                  : Matanya melotot
Merdhi-merdhi             : Memaksa, berusaha keras
Mergawé                      : bekerja
Merkoleh                     : Mendapat
Merkungkung              : Membungkukkan badan
Mertambuh                  : Tak mau tahu keadaan
Mertambuh                  : Pura-pura tidak tahu, cuek
Mertéla’aké                  : Menjelaskan
Mésem                         : Tersenyum
Meséso                                    : Sifat kekuasaan
Mertelaké                     : Menekan
Meteng                         : Hamil
Midanget                      : Mendengarkan
Mider-mider                 : Kebimbangan, Keraguan
Milang-milang              : Menganggap,mempertimbangkan
Mili                              : Mengalir
Minger                         : Membelokan, menjauhi
Minggat                        : Melarikan diri (pergi tanpa pamit)
Minongko                    : Sebagai
Misuhi                         : Mencaci Maki
Miyos                          : Keluar, berangkat
Mlaku ilé                     : Berjalan dengan sombong
Mlaku medhi               : Berjalan tanpa alas  kaki
Mlaku ngodok             : Berjalan dengan tanpa alas kaki
Mlarat                          : Miskin
Mlarati                         : Membawa bencana
Mlémpéng                    : Menyimpan dari kebenaran
Mlengos                       : Memalingkan muka
Mlethék                       : Muncul, retak
Mligi                            : Murni
Mlintheng                    : Melempar dengan ketapel
Mliringi                        : Menyindir
Mlumah                       : Terlentang
Mocot                          : Melepas
Mongso                        : Musim
Moho-moho                 : Menyengaja
Mohong                       : Hanya itu, thok
Mireng                         : Mendengarkan
Mrenco-mrenco                       : Memisahkan
Mrengut                       : Masam mukanya, cemberut
Mrongkoni                   : Menyarungkan senjata
Mukah                         : Berduka (membatalkan puasa)
Mulat-mulat                 : Api yang menyala-nyala
Mulyo                          : Mulya
Mungkuri                     : Membelakangi, berpaling
Munggah                      : Naik
Mubeng                       : Melingkar
Mucal                          : mengejar
Muhung                       : Hanya
Mukena                       : Kain penutup kepala orang perempuan
Mundhak-mudhak       : Semakin bertambah
Mungkir                       : Mengelak, tidak mengakui
Mungkur                      : Mundur
Munté                          : Bunga kalung
Munthuk                      : Berbusa
Murbo waseso             : Sifat kebesaran dan kekuasaan
Muring-muring             : Marah
Mustokoo                    : Kepala
Muwun                                    : Menangis
Muzah                         : Jenis sepatu

N
Nabok                          : Menampar
Nacat                           : Mencacat, mencela
Nampan                       : Baki
Nanah uwuk                : Nanah bercampur darah kotor
Nandangi                     : Mengerjakan             
Nanggungake               : Mengarahkan, menanggungkan
Nangkring                    : Hinggap
Natrapi                         : Menyiksa
Ndalih                          : Menuduh
Ndédhél                       : Menghilangkan, merusak
Ndedhes                      : Mendesak supaya mengaku
Ndékék                                    : Meletakkan
Nderes                         : Belajar
Ndinginake                  : Mendahulukan
Ndhingkluk                  : Menundukkan kepala
Ndhodhok                   : Berjongkok
Nalikane                      : Tatkala, ketika
Nambani                      : Mengobati
Nampani                      : Menerima
Ndemék                       : Menyentuh
Ndérék                         : Ikut
Ndukur                                    : Atas
Ndhudhuk                   : Menggali
Ndikik                         : Mengintai
Ndlonjoraké Sikil         : Memanjangkan kaki
Ndok amun-amun        : Bayang-bayang semu. Fata morgana
Ndredhek                     : Gemetar
Ndulang                       : Menyuapi makanan
Ndangu                                    : Menanyai, Mengintrogasi
Nekod aké                   : Menyakini
Nemu aké                    : Menemukan 
Nejo                             : Menyengaja
Néko-néko                   : Model-model, Macem-macem
Nelangkep                   : Menutup
Nelungsungi                 : Ganti kulit ( hewan )
Nemen-nemeni                        : Berusaha dengan sungguh-sungguh
Nengeri                                    : Memberi tanda
Néngkléngaké              : Mendengarkan dengan serius
Nepa-I                         : Ketepatan
Nerécél                                    : Menyimpang dari aturan yang umum
Nesep                          : Menghisap
Nesu                            : Marah
Ngalap                         : Mengambil
Ngalembono                : Manja
Ngambah                     : Menempuh, menjalani
Ngampak                     : Merampok
Ngandan-andan                       : Ikal, Bergelombang (rambut)
Ngandut                       : Hamil
Ngangasi                      : Menentang    
Nganggit                      : Mengarang
Ngangsu                       : Mencari air
Nganingoyo                 : Berbuat aniaya, bertindak dzalim
Nganti                          : Menenung
Nganti-nganti               : Menunggu
Nganyang                    : Menawar
Ngapurancang              : Menyela-nyelakan jari dengan air
Ngapusi                       : Meniipu
Ngagetake                    : Mengejutkan                            
 Ngadek                       : Berdiri
Nganggo                      : Memakai
Ngarem-ngarem           : Menghibur
Ngatok ake                  : Menghabiskan
Ngawulo bekti             : Berbakti
Ngarep                         : Depan
Ngarep-ngarep             : Mengharap
Ngarepake                   : Ingin, mengharapkan
Ngapura                       : Maaf
Ngaweruhi                   : Mengetahui
Ngemot                                    : Memuat
Ngendiko                     : Berkata
Ngenani                       : Tertimpa
Ngeronce                     : Merangkai
Ngeroso pegot              : Putus asa
Nggepok                      : Menyentuh
Ngiler                           : Mengeluarkan air liur
Nginep                         : Bermalam
Nginceng                     : Mengintip
Ngilangi                       : Menghilangkan
Ngisor                          : Bawah
Ngombe                       : Minum
Ngukuhake                  : Menguatkan
Ngaring-ngaring           : Menghibur
Ngaruh biru                 : Mengganggu
Ngaru-ngaru                 : Menentang
Ngaso                          : Istirahat
Ngatop                         : Mencium bau busuk dari mulut
Ngawur-angawuraké    : Menebarkan
Ngé gosaké                  : Memalingkan
Ngé’tekodaké              : Menyakini, mengi’tikadkan
Ngédhéng                    : Terang-terangan
Ngedoh                                    : Menjauhi
Ngéjék / ngicik             : Lari-lari kecil
Ngeker                         : Menahan
Ngelabang                    : Mengepang rambut
Ngelem                                    : Memuji
Ngelilir                         : Terjaga / bangun dari tidur
Ngelindhih                   : Mengalahkan
Ngelu                           : Sakit kepala
Ngembeng                   : Tidak memerah sapi
Ngempet                      : Menahan
Ngéndangi                   : Mengunjungi, menjenguk
Ngendé- ngendé           : Menunda-nunda
Ngendhé- ngendhé       : Menunda
Ngengo’aké                 : Memalingkan
Ngentop                       : Menyengat
Ngenut buréni              : Mengikuti
Ngepuh                                    : Memerah susu          
Ngeramut                     : Memelihara
Ngerem-ngerem           : Menghibur
Ngesoake                     : Menuangkan
Ngesoreké lambung     : Merendahkan diri
Ngésot                         : Perjalanan pantat
Nggagar                       : rusak, tidak jadi, berantakan
Ngganjel                      : Masih terasa
Nggegem                      : Menggenggam
Nggégéraké                  : Membuat geger, gundah, ramai
Nggegéréhi                   : Memberi dorongan, motivasi
Nggegéréhi                   : Mendorong, Menganjurkan
Nglemaké                    : Membuatnya mahu
Gersah                         : Resah, risau
Nggigoaké                    : Menjijihkan
Ngilani                         : menjijihkan
Nggogo                                    : Bercocok tanam
Nggondol                     : Membawa lari barang
Ngrenjel atiné              : Masih terasa, mengganjal dihati
Nggulo wenthah           : Mendidik
Nggupa-I                      : Mengotori
Ngguyu latah-latah       : Tertawa lepas, terbahak-bahak
Nyicipi                         : Merasakan
Ngidek                         : Menginjak
Ngidhung                     : Bernyanyi
Ngijik                           : Lari-lari kecil
Ngiléaké getih              : Mengalirkan darah / Membunuh
Ngiléaké                      : Mengalirkan
Ngingeraké                  : Memalingkan
Nginjen-nginjen           : Mengawasi, memeriksa, selalu memperhatikan
Ngitik-itik                    : Mendidik
Ngiwuh-ngiwuhi          : Memepersulit
Nglarani manak                       : Sakit karena melahirkan
Nglebaraké                  : Membebaskan
Nglebur                        : Melebur, menghapus
Nglémbréh aké                        : Membiarkan terurai ( kebaya, jubah, dll )
Nglencer                      : Tamasya
Nglepéh                       : Mengeluarkan makanan / Minuman dari mulut
Ngligeraké                   : Melimpahkan
Nglimpé                       : Mencari kelengahan musuh
Nglimputi                     : MeNcakup
Ngloloi                         : Menyuapi hewan
Ngorok                                    : Mendengkur
Ngrateg aké                  : Menangguhkan
Ngrekso                       : Menjaga
Ngrenggo-ngrenggo      : Mengucapkan selamat
Ngrindhu                     : Mengganggu
Ngridhik                      : Mengintai dari belakang
Ngringkes                    : Menyingkat, membatasi
Ngubub-ngububi          : membuat uap / asap
Ngudaneni                   : Mengetahui
Ngudhari                      : Melepaskan, menjelaskan
Ngulesi                                    : Menghafani
Ngumpet ake               : Menyembunyikan
Ngundhat-ngundhat     : selalu menyebut jasa pada orang lain
Ngunek-ngunekolo      : Iri hati , dendam
Ngunjal ambekan        : Menghela nafas
Nguntal                       : menelan
Nguntut                       : memakan makanan dari tepung
  dengan cara sedikit demi sedikit
Ngupengi                    : Mengepung
Ngupokoro                  : Memelihara, meramut
Ngurupaké                  : Menyalakan
Ngusut                        : Meninggalkan pakaian
  berwarna, perhiasan dan parfum
Niti-niti                       : Meneliti
Niyak-niya’aké            : mengabaikan,menelantarkan
Nilar                            : meninggalkan
Nimbali                       : memanggil
Ninda aké                    : menjalani
Ningali                        : melihat
Njabel                          : mencabut, menarik kembali
Njempok                     : menyentuh
Njéréng                       : menjemur
Nowok                        : nusuk
Nracak                         : jalan tanpa alas kaki
Nrembes                      : meresap
Nutur ake                    : menyebutkan
Nuduhake                   : menunjukan
Nunggang                   : mengendarai
Nusuli                          : mengikuti
Nucuk                                     : mengecup, mencium
Nuhoni                        : memenuhi
Nulayani                      : menyalahi
Nuli-nuli                      : Terus-menerus
Nundung                     : Mengusir
Nusuli gunem              : Menyambugn ucapan dengan perkara yang
  tidak di sangka- sangka sebelumnya
Nutut-nutut                 : Bersikap ramah
Nyamikan                    : Buah-buahan, makanan/minuman ringan
Nyandu Poyo              : Tipu muslihat
Nyawuk                      : Menciduk
Nyawuk                      : Mengambil air dengan tangan
Nyebrot                       : Merampas, menjambret
Nyerot                         : Menyedot
Nyingkrih                    : Minggir        
Nyakot                                    : Menggigit
Nyolong                      : Mencuri
Nyuwiji aké                 : Meng Esakan
Nyekoki                      : Menjejalkan makanan / minuman pda mulut
Nyélehaké                   : Meletakan
Nyembadani                : Mengabulkan
Nyemplong                 : Terjebur
Nyeranté ake               : Menunda
Nyereng                      ; Memaksa
Nyethaki                     : Menyuapi bayi
Nyilihaké                     : Meminjamkan
Nyiprataken                : Memercikan
Nyono                         : Menyangka
Nyrundup                    : Menanduk
Nyudat                                    : Mengeluarkan nanah dengan semisal jarum
Nyuduk                       : Menusuk
Nyumpeli                    : Menyumpal, mengisi, dengan semisal kapas
Nyuplek                      : Mengambil mata
Nyuprih                       : Mencari                                

O
Obah-obah                  : Bergerak-gerak
Olo                              : Jelek
Omah mutho               : Tenda
Ombo                          : Lebar
Onco                           : Unggul
Oncor-oncoran            : Unggul-unggulan
Onjo                            : unggul
Ontan-ontan                : Rombongan
Ono                             : Ada
Opo maneh                  : Apa lagi( bondet, JP )
Ora gingsir-gingsir      : Selalu
Ora kena ora                : Harus, wajib
Ora semugih                : Membutuhkan
  Ori-ori                       : Nama jenis bamboo
Oro-oro                       : Tanah lapang
Owah                          : Berubah

P
Pacekler                       : Paclet
Pacul                           : Cangkul        
Padusan anget             : Pemandian
Pagas                           : Putus
Pangebang-ebang        : Janji
Pangkat-pangkat         : Sedikit demi sedikit (secara berangsur-angsur)
Pangkeng                    : Ranjang, singgahan
Pangupojiwo               :Mata pencaharian
Pangur                         : Meratakan gigi
Pantan                         : Golongan
Papah                          : Pelapah
Parilan                         : Perumpamaan, kira
Pasulayan                    : Persilisihan, perbedaan
Pathi                            : Sari, inti
Pati                              : Kematian
Patrapan                      : Siksaan, tuntutan
Patut                            : Pantas
Pawengkon                 : Naungan
Paweton                      : Hasil
Payon                          : Atap
Payu                            : Laku
Pakewuh                     : Sungkan                   
Palegan                        : Peperangan
Panduman                   : Pembagian
Panggonan                  : Tempat
Pangkeng                    : Singgasana
Pareden                       : Pegunungan
Parek                           : Dekat
Pasarean                      : Kuburan
Pasuryan                      : Muka
Panjenengan                : Engkau, kamu
Pagayotan                   : Berhubungan
Panggenan                   : Tempat
Pawon                         : Dapur
Pawonan                     : Dapur Api
Payah                          : Keletihan, kelelahan
Pagelangan                  : Pergelangan
Pados                          : Mencari
Pangridu                      : Godaan
Panganan                     : Makanan
Palenggahan                : Tempat duduk
Pestén                          : Kepastian
Pécé                             : Buta salah satu matanya
Pécok                          : Kapak
Pedhét                         : Anak sapi
Pegagan                       : Kebun
Pegatan                       : Cerai
Pejajahan                     : Daerah
Pekéwuh                     : Ketakutan, suasana yang menakutkan
Pelakon                       : Jarak perjalanan
Pelanggeran                 : Batasan
Pelikan                                    : Hasil tambangan
Peluh                           : Impotensi
Pendhoso/bendhoso    : Keranda mayat
Pengadatan                 : Kebiasaan
Pengayoman                : Perlindungan
Pengebang-ngebang    : Janji, sayembara
Penggalih                    : Perasaan
Pengilon                      : Kaca carmin
Peniti-niti                    : Penelitian
Pentél                          : Punting susu
Penyono                      : Sangkaan
Percados                      : Percaya
Perkawis                      : Perkara
Pejah                           : Mati
Pemanggih                  : Bertemu
Penganggo                  : Pakaian
Pepaés                         : Perhiasan
Pepéko                                    : Sembrono
Pepéling                      : Peringatan
Pépér                           : Membersihakan tempat keluarnya kotoran dengan menggunakan batu
Perbéo                         : Biaya
Perkéling                     : Pertimbangan, suri tauladan, perhitungan
Persabén                      : Alasan          
Persambungan             : Berhubungan
Persemon                     : Sindiran
Persepén                      : Kesendirian / menyendiri
Pertélo                         : Jelas
Petondo                       : Tanda
Pesareyan                    : Makam / kuburan
Penganggepe               : Anggepane
Peteng                         : Gelap
Péréng                         : Jalan di gunung
Persulayan                   : Perselisihan
Pipih                            : Potongan kain
Pisuh-pisuhan              : Saling mencela / mencaci maki
Plintheng                     : Ketapel
Plongko                       : Hewan yang semua kakinya berwarna putih
Pok                              : Pangkal
Polok                           : Mata kaki
Poncoboyo                  : Marabahaya
Poro padu                    : Bertengkar
Pot                               : Habis, hilang
Potang                         : Piutang ( uang yang dihutangkan kepada orang lain )
Powan                         : Susu
Poyamng-payingan     : Terguncang, bingung, gelisah
Pranatan                      : Aturan
Prayitno                       : Waspada
Prencu-prenco             : Terpisah-pisah
Pringsialan                   : Testis
Priyantun                     : Bangsawan
Picek                           : Buta
Pilingan                       : Pelipis
Pinarak                        : Duduk
Pitulung                       : Pertolongan
Pitutur                         : Nasehat
Pirso                            : Tahu 
Piwales                        : Balasan
Pidatos                                    : Di percayai   
Pikajeng                      : Butuh
Pinarinagan                 : Mendapat
Pitulung                       : Petunjuk
Piyambak                    : Sendiri
Podo Ugo                    : Sama hal nya
6powan Kentel            : Keju 
Pupuran                       : Memakai Bedak
Pungkasan                   : Akhir, puncak
Punokawan                 : Hamba sahaya, teman, anak
Pupak                          : Copot / tanggal giginya (bagi anak-anak)
Puputan                       : Habis-habisan
Purik                            : Ngambek, tidak mau melayani suaminya

R
Racak                          : Rata-rata, sama semua
Ragat                           : Biaya
Ragil                            : Anak terkhir
Rahino                         : Siang hari
Rai                               : Wajah
Rambahan                   : Hitungan, lain kali
Rampatan                    : Hidangan
Rantai-rantai               : Merantai, berangkaian, berhubungan terus              
Rasukan                      : Baju
Rawis                          : Rambut yang tumbang di bawah bibir bagian bawah
Rawuh                         : Datang
Raos                            : Rasa, Terasa
Rekoso                        : Susah payah
Reget                           : Kantor
Réko doyo                  : Tipuan, rekayasa
Rending                      : Musim hujan
Répét                           : Awan mulai menutupi langit, akan rurun hujan
Rerembukan                : Bermusyawarah, berdiskusi
Rerowangan                : Pergaulan
Rerubo                                    : Penghormatan, hadiah
Rewang                       : Teman, pembantu
Ringkes                       : Pendek, singkat
Rinungan                     : Terdengar
Rondho                       : Agak
Rojokoyo                    : Hewan ternak                       
Rondo                         : Janda
Rongko                       :  Rangka (tempat), keris, pedang
Roso                            : Kuat
Ros-rosan                    : Persendihan  
Rulat                           : Berkecamuk (perang)
Rumangkang               : Hewan, binatang
Rumaos                       : Merasa
Rumat                         : Menjaga
Rumekso                     : Menjaga, menngecualikan, menjauhi
Rumongso                   : Merasa
Rupek                          : Sempit
Rupaké Perang            : Berkecamuknya perang
Ruang Lungguh          : Tempat duduk

S
Sabuk                          : Ikat pinggang
Sajeng                         : Arak, minuman yang memabukkan
Sak banjuré                 : Seterusnya
Sak kecrotan               : Sekejap, sebentar, sedikit sekali
Saking                         : Dari
Sak ambalan                : Sekali
Sak durunge                : Sebelumnya
Sak liyane                    : Selainnya
Sak temene                  : Sesungguhnya
Sak wuse                     : Setelahnya
Sak kepel                     : Segenggam tangan
Sak let                         : Sekejap
Sak pukulan                : Sesuap
Sambat-sambat            : Minta tolong
Sanak raket                 : Saudara
Sandhupoyo                : Tipu daya, tipu muslihat
Sarwo tulus                 : Makmur, serba berhasil
Sato galak                   : Binatang buas
Sato kesit                    : Binatang liar
Satru                            : Musuh                      
Salah sawiji                 : Salah satu
Salah cipto                  : Salah sangka
Sandang                      : Pakaian
Sartane                                    : Beserta
Sajen                           : Sesaji
Sarono                         : Serta, bersamaan
Saben-saben                : Setiap
Sareng                         : Bersaan
Sami ugi                      : Baik….., Begitu juga
Sanés                           : Bukan, lain
Sanget                         : Sekali, sangat, selalu
Saré                             : Tidur
Sawer                          : Ular
Sayogya                      : Sebaiknya, seyogyanya
Seyogya                      : Sebaiknya
Sébo                            : Sowan
Sebongso                     : Satu golongan, dinisbatkan
Sebul                           : Tiup, meniup
Sederék                       : Saudara
Sedo                            : Mati
Sejo                             : Keinginan
Sekedhup                    : tabdu yang diletakkan di punggung onta
Sékéng                                    : Miskin
Seliran                         : Pilihan
Seloko                         : Perak
Selulup                        : Menyelam
Sembrono                    : Ceroboh
Semprong                    : Terompet
Semugih                      : Tidak membutuhkan, sudah tercukupi
Semut pudhak             : Semut putih yang sangat kecil
Séndéhan                    : Bersandar
Senggruk                     : Memasukkan obat lewat hidung
Sengit                          : Benci
Sengkeran                   : Tanah lapang, batas
Serbétan                      : Mengeringkan, menyeka dengan air
Serimpang                   : Tanda untuk membedakan orang kafir + orang Islam
Serimpung                   : Tali yang kuat/ kencang untuk mengikat hewan, laso
Sesatron                      : Permusuhan
Seséléhan                    : Peletakkan
Sesrawungan               : Pergaulan
Sedoyo                        : Semua
Ssegoro                       : Laut
Sekedap                      : Sebentar
Selajeng                       : Kemudian
Selagine                       : Selam, sejauh
Semanten                    : Sekian
Senajan                        : Meskipun
Sedulur                        : Saudara
Sentoso                       : Aman
Serbét                          : Sapu tangan, Lap
Serupo                         : Serupa, mirip
Setuhune                     : Sesungguhnya
Sekinten                      : Seolah-olah
Semanten ugi              : Begitu juga
Sekedik                       : Sedikit
Sekéco                         : Enak, nikmat
Sepuh                          : Tua
Sét                               : Ulat kecil yang ada pada makanan / buah-buahan
Sigar                            : Terbelah, terpecah
Silihan                         : Pinjaman
Simbar                         : Rambut yang tumbuh di dada ( bulu dada )
Singgetan                    : Batas ( Kamar )
Singitan                       : Bersembunyi
Sinom                          : Bulu pelipis
Sinaoso                        : Meskipun
Sirah                            : Kepala
Siro                              : Kamu
Suing                           : Taring
Soco                            : Intan, mata
Sok-sokan                   : Bercucuran keringat
Songgowedhi              : Panjatan pada tunggangan
Sowan                         : Menghadap
Sonten                         : Sore
Srampat                       : Tali
Sregep                         : Rajin
Sregen                         : Merah
Sugeng                        : Hidup, selamat
Suket                           : Rumput
Suluhané mripat          : Saluran air mata
Sumebar                      : Tersebar
Sumingkrih                  : Menghindar
Sumrambah                 : Merata, umum
Sumringah                   : Berwajah cerah
Sungu                          : Tanduk
Supoto                         : Sumpah
Suruh                           : Daun sirih
Surup                           : Terbenam
Susuh                          : Sarang
Sudo                            : Berkurang
Sumangsane                : Ketika, tatkala
Suwiji-wiji                   : Sesuatu
Surohipun                    : Contohnya
Supé                            : Lupa
Sumurep                      : Mengetahui
Sumiyar                       : Mashur, Terkenal
Susukan                       : Bagian kepala yang melingkari ubun-ubun
Suwal                          : Celana
Suwanten                    : Suara
Suweng                       : Perhiasan di telinga
Suwog                         : Kosong, tidak berpenghuni